[51]

363 38 17
                                    

Happy Reading!

Jangan lupa koreksi typo*

Ost. Tetap untukmu

~FIGA~

Sudah dua minggu semenjak Fiola mengalami koma. Namun, hingga kini tak ada gerak-gerik yang menyiratkan bahwa Fiola akan segera membuka mata. Menggunakan kedua telapak tangannya, Devan mengusap pelan wajahnya kemudian mengalihkan tatapan ke arah putrinya yang terbaring di ranjang dengan berbagai alat rumah sakit yang melekat pada tubuhnya.

Tak sengaja tatapan Devan jatuh pada bunga gerbera yang terletak di atas nakas. Pastinya bunga yang didominasi warna merah muda itu adalah bunga yang setiap hari diberikan untuk Fiola dari Garel. Melihat bentuknya yang tak lagi segar, Devan menebak jika itu adalah bunga kemarin sementara Garel belum sama sekali ke rumah sakit di hari sabtu ini.

"Maafkan Ayah." Setiap kali berkunjung ke kamar Fiola, kalimat itu pastinya meluncur dari bibir Devan. Namun, sepertinya untuk kali ini permintaan maaf yang terlontar adalah untuk perihal yang berbeda.

Sebuah benda pipih dikeluarkan Devan dari saku celananya. Ponsel berharga jutaan tersebut diputar 90° dan mengarah tepat kepada Fiola. Perlahan, sebuah video berdurasi empat menit lebih tertampil di layar ponsel Devan.

"Kamu inget saat-saat ini, Fiola?" Di ponsel Devan terdapat sebuah potongan video dimana kedua ayah dan anak tersebut sedang makan di sebuah ruangan bercat coklat tua, lebih tepatnya ini adalah salah satu ruangan yang terdapat di rumah berkayu milik nenek Fiola.

"Saat itu Ayah menantang Fiola untuk ngabisin semua makanan yang dibuat nenek. Sampai akhirnya Fiola menang dan Ayah harus menuruti semua keinginan Fiola." Kalimat yang keluar dari bibir Devan menyiratkan makna yang begitu dalam. Video kembali bergulir ke momen lainnya, "Dan, ini saat kamu yang terus minta pulang karena jatuh dari jetski." Buliran air mata mengalir dari pelupuk mata Devan, dadanya terasa sesak. Kemampuan berbicaranya seakan menghilang berganti dengan air mata yang terus mengalir. Namun, demi Fiola, pria itu mencoba kuat.

"Ini saat kamu baru masuk SMA. Dulu kamu pernah bilang kalau Fiola adalah anak Ayah yang paling kuat, dan sekarang Ayah ingin kamu buktikan kata-kata itu. Fiola kuat, dan Ayah yakin kamu bisa melewati masa koma kamu dan segera membuka mata."

Pemutaran video telah sampai pada pertengahan, sebuah foto dua orang lawan jenis ditampilkan dengan gaya masing-masing. "Dan, ini foto kamu dan Garel saat berlibur di villa. Kamu tahu? setiap hari tanpa bosan dia selalu bawain bunga untuk kamu. Duduk disini sambil berharap kamu akan buka mata."

"Jangan buat harapan dia, Ayah, dan semua orang hanya sekedar angan. Ayah rindu sama teriakan kamu, sayang. Ayah rindu saat Fiola selalu merengek di depan Ayah."

"Fiola anak Ayah yang paling kuat. Dia gak mungkin lemah dan buat Ayahnya kecewa. Iyakan?"

Ibu jari Devan menghapus jejak air mata yang terdapat di kantung matanya. Kepala pria itu tertunduk dalam setelah menghembuskan napas pelan. Melihat Fiola yang tak kunjung membuka mata, membuat harapan Devan serasa pupus.

Devan sudah akan bangkit dan melangkah menjauh dari ranjang Fiola untuk menerima telefon dari salah satu kolegannya, namun  pergerakan pelan jari telunjuk dan tengah Fiola membuat pria itu terdiam sembari mengamati dengan seksama.

~FIGA~

Lagi, bola mata Fiola terputar malas, mengetahui ada seorang pengganggu yang mengusik ketenangannya saat membolos pelajaran. Telunjuk Fiola mengarah tepat ke wajah seorang lelaki yang menatapnya dengan pandangan memelas.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang