[25]

346 37 2
                                    

Hello!

Budayakan voment!

Koreksi typo*

Terkadang melemparkan kata-kata kasar kepada orang lain, berusaha merendahkan mereka yang lemah dan tak berdaya hanyalah tindakan yang dilakukan manusia tanpa otak
~FIGA~

Langit di atas sana nampak cerah tanpa ada nya awan-awan yang menggantung bebas. Sang surya nampak menyinarkan sinarnya dengan sempurna. Cuaca kali ini tak buruk sama sekali bagi lelaki yang tengah menghisap benda berbahan nikotin tersebut. Tak terlalu panas serta dingin, ini lah yang membuatnya akhirnya memutuskan untuk bolos dalam pelajaran dan berakhir disini. Terdengan aneh memang seorang Indra bolos dalam pelajaran, sebab sifatnya yang selama ini dikenal sebelas dua belas dengan mantan kekasih Fiola.

Kepala Indra menengadah, mengamati kepulan asap rokok yang ia hasilkan menyatu dengan udara perkotaan yang penuh polusi. Kembali dihisapnya benda berasa manis itu dan menghembuskan lagi sebuah gas berwarna abu-abu.

"Gue benci lo!"

Kembali kalimat itu menghantui otaknya. Cowok ini menyisir jambulnya ke belakang, frustasi. Pikirnya jika merokok akan sedikit menghilangkan rasa gelisah serta kacau dalam dirinya namun tidak. Rokok tersebut tak berefek apapun untuk dirinya saat ini. Sial!

"Indra!"

Lelaki dengan baju yang sudah keluar dari celana abu-abunya tersebut menoleh kala mendengar namanya disebut.

"Lo ngapain disini?" kali ini yang menanyainya bukan lelaki tadi, ini Willy. Keduanya ikut duduk di sisi kiri dan kanan Indra, mengisi kekosongan bangku tempat Indra menaruh bokong.

"Ngerokok," sahut Indra santai. Dahinya mengerut merasa ada yang ganjil. Seharusnya dua orang ini sudah memakinya dan menghajar dirinya namun mengapa mereka malah santai seolah tak terjadi apapun. Indra tahu tentang fitnah yang kini tengah booming di sekolahnya. Bahkan semua kejadian yang berlangsung setelah adanya tuduhan itu.

Charlie tertawa renyah,"tumben lo ngerokok?" herannya.

"Lagi kacau dia nya!" sahut Willy mencomot satu puntung rokok milik Indra tanpa meminta persetujuan sang pemilik. Mengapit rokok tersebut di sela jari telunjuk dan tengahnya, menghidupkan nya melalui korek api yang sekali lagi ia ambil tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu dari saku baju Indra.

Charlie menghirup udara sekitaran rooftop. Netranya beralih ke belakang Charlie menegakkan tubuhnya dan menumpukkan tangannya pada railing. Memandang bangunan-bangunan pencakar langit yang menjulang tinggi serta padatnya jalanan dengan kendaraan roda dua dan empat.

"Kacau gara-gara gosip itu nya Ndra!" ucap Charlie dengan mata yang masih setia memandangi suasana kota.

Indra menginjak puntung rokoknya tanpa merespon ucapan Charlie.

"Gak ada niatan kasi penjelasan ke kita?" kata Willy.

"Emang kalian bakalan percaya?"

"Soal percaya atau enggak itu belakangan yang penting lo ada niatan kasi penjelasan ke kita!" tukas Charlie.

"Kenapa kalian gak hajar gue?"

"Ha?" Willy serta Charlie tak mengerti.

"Seharusnya kalian hajar gue bukannya minta penjelasan kayak sekarang!" terang Indra. Ia beranjak dari duduknya, berdiri menghadap kedua temannya.

"Karna kita taruh kepercayaan sama lo. Kita yakin lo gak mungkin khianatin Garel. Ngeliat kalian yang deket banget," jelas Willy. Keduanya memang sepakat tidak mempercayai gosip yang tersebar luas tersebut dan memilih meminta kejelasan langsung dengan orang yang terlibat. Ketimbang marah-marah dan menghajar Indra tanpa tahu hal itu benar atau tidak.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang