[29]

344 35 0
                                    

Happy Reading❤

Happy Reading❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~FIGA~

Pukul 09.00 pagi,

Hari kedua kegiatan PORSENI kembali terlaksana. Kini gadis bertubuh semampai itu tengah memandu lomba antara kelasnya yang melawan 12 IPS 5. Enam orang perwakilan dari kedua kelas ini tengah sengit-sengitnya saling berlomba. Ini adalah babak kedua setelah sebelumnya 12 IPS 5 memenangkan yang pertama. Tubuh-tubuh yang lumayan besar dari lawannya membuat peluang besar untuk kelas ini selalu menang. Namun tak selamanya, contohnya pada babak kedua ini.

Sebelas MIPA 3 seolah tak mau terkalahkan kembali. Dengan sisa kekuatan mereka mencoba menarik tali tersebut. Fiola yang menjadi panitia bahkan mengalami keringat dingin melihat pertandingan ini. Mulutnya tak lupa bersorak bersama teman sekelasnya yang lain. Bahkan para lelaki dari kelasnya meluangkan waktu sejenak untuk melihat kelasnya berlomba.

"Sania! Tarik terus San!" teriak Arkan dari tempatnya berdiri. Matanya hanya terfokus pada cewek itu, yang mengambil posisi paling depan. Wajahnya tampak begitu serius, tangannya terus berusaha menarik tali goni tersebut.

Kepala Arkan terdorong, membuat sang empu meringis. "Sania terus yang lo semangatin yang lain juga dong. Pilih kasih amat," cibir Toni yang bersebelahan dengan Arkan.

Dengan mengaruk pipinya yang tak gatal, Arkan memasang pose wajah nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.

Satu tarikan yang begitu kuat berhasil melemahkan kubu Rina yang berasal dari 12 IPS 5. Mereka ikut tertarik bersamaan dengan tali yang berhasil di tarik kuat oleh Sania beserta kawan-kawannya. Sorakan penuh kemenangan itu hadir bersamaan tali yang berhasil mereka rebut. Padahal baru kemenangan pertama namun semuanya sudah melafalkan berbagai doa terimakasih ke yang kuasa, benar-benar unik.

Rina menepuk-nepuk tangannya yang kotor akibat terjatuh. Ia merasa ada kecurangan bisa-bisanya kelasnya kalah, padahal ia sudah merekrut anggota dengan persyaratan bobot tubuh yang besar. Merasa terjadi kecurangan ia menegakkan badan menyuruh teman-temannya ikut bangun dan mengikutinya.

"Heh! Lo pasti curangkan!" todong Rina sembari mendorong bahu Sania dengan kuat hingga hampir limbung jikalau tubuhnya tak di tahan.

"Curang apaan? Kita main jujur kok," sahut Sania.

"Gak usah bohong deh. Kelas lo gak mungkin menang kalau gak curang mana mungkin kalian bisa ngalahin gue sama temen-temen gue," sungut Rina sambil bersedekap dada.

"Lo jaga nya omongan lo!" Aqila maju merasa tak suka dituduh curang semacam itu.

"Kelas lo emang curang. Logika dong pas pertama kalah yang kedua kok bisa menang. Temen-temen gue badannya gemuk beda sama kalian yang cungkring. Jadi udah cukup jadi buktikan kalau kalian tuh Curang!" dengan sengaja Rina memberi penekanan pada kata terakhirnya. Sania beserta teman sekelasnya mulai tersulut emosi mereka sudah mengambil ancang-ancang untuk main fisik namun dengan cepat Fiola menengahi. Cewek itu masih ingat wejangan yang diberikan bu Halimah, kalau sampai pertengkaran terjadi beliau pasti kecewa.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang