[26]

335 36 0
                                    

Follow IG Clsi_Adlia

Happy reading!

~FIGA~

Indra melepaskan rangkulannya pada Fiola begitu keluar dari area kantin. Lelaki ini yakin tindakannya tadi akan lebih menguatkan fitnah yang telah menyebar luas dan belum padam namun ia mencoba tak peduli pada opini mereka. Keduanya berjalan beriringan di koridor.

Jaket yang hitam yang tersampir di tubuhnya ia eratkan ketika kaget dalamannya begitu tertampak. Sungguh jika saja ia tak di tahan dengan kawan-kawan Rina ia pasti sudah menghajar cewek yang selalu mencari gara-gara dengannya. Fiola menghela nafas kasar.

"Makasih."

"Huh?"

"Makasih karna udah nyelamatin gue dari tamparan Rina dan dari malu," Fiola berucap lirih.

Cowok dengan kedua tangan yang berada di saku celana tersebut mengangguk menerima kata 'terima kasih' Fiola.

"Tapi gue agak nyesel."

"Kenapa?" sebelah alis Indra terangkat.

"Ya karna yang tolongin gue bukan..." Fiola menghentikan ucapannya ketika ia menyadari situasi saat ini.

"Bukan Garel?"

"Ha? Eng-gak gue gak ngarepin dia yang nolongin gue. Gue cuma harapin sahabat gue yang datang," Fiola berkata dengan nada rendah.

"Lo harusnya bersyukur gue mau tolongin lo. Kalau enggak udah habis lo di tangan Rina."

"Ya enggaklah, gue pasti lawan dia!"

Indra tertawa geli. "Lebih baik lo masuk kesana dari pada mikirin lo bakalan lawan dia. Karna itu gak bakal bisa!" suruhnya ketika telah sampai di persimpangan, dan tempat yang ia suruhkan adalah toilet wanita yang ada di bagian kanan mereka.

"Ih! Dasar fakboi!"

"Lo ngatain orang yang udah tolongin lo. Bener-bener gak tahu terima kasih," decak Indra.

"Abisnya lo tuh bikin gue yang udah kesel tambah kesel tahu gak!"

Tawa Indra lepas seketika. Lelaki ini tak menyangka orang yang dulu sangat ia tidak sukai kini menjadi orang yang ingin ia lindungi keberadaannya dan itu semua karna Garel yang lepas tanggung jawab. Tetapi Indra yakin jauh di lubuk hati terdalam Garel, cowok itu masih begitu mencintai mantan kekasihnya terlepas dari semua kesalahpahaman yang ada.

"Lo tahu gak gue paling males debat sama lo! Mending sekarang lo masuk dan bersihin baju lo! Gue mau ke rooftop nih, " titah Indra.

"Sebentar lagi bel bunyi bego!"

"Terus?"

"Ya harusnya lo ke kelas bukannya ke rooftop!"

"Ekhem! Yang mulai pedulian nih. Sorry ya kalau lo udah terperangkap pesona gue tapi gue gak mungkin balas cinta cewek badul kayak lo," gurau Indra dengan nada begitu angkuh.

"Ada yang mau dikeluarin tapi bukan uang!"

Indra terdiam dengan dahi yang terlipat berusaha mencerna ucapan gadis ini.

"Tapi muntah!" Fiola tergelak dengan ucapannya sendiri.

"Jadi males gue tolongin lo lagi," ujarnya terdengar menyesal.

"Bercanda kali!"

"Marahnya kapan-kapan aja ya, gue mau ke toilet ini!" Fiola berucap dengan tubuh yang langsung berbalik. Tangan kanannya terangkat ke atas lalu bergerak ke kanan dan ke kiri, melambai.

Sejenak Indra terkekeh pelan, Ia rasa pemikiran terdahulunya mengenai Fiola tak sepenuhnya benar. Cewek itu memang cocok untuk sahabatnya yang terlalu kaku itu.

Kemudian tubuh Indra berbalik. Kakinya melangkah lebar menuju kelas mengurung kan niat untuk pergi ke rooftop. Kepalanya menunduk ketika sekelebat peristiwa tadi kembali terputar di otaknya. Tatapannya kosong ke depan sedangkan pikirannya melayang ke belakang.

"Rel, lo gak mau nolongin Fiola?" tanya Charlie ketika dirinya dan Willy serta Garel tengah ada di kumpulan para manusia yang sibuk memperhatikan keributan yang terjadi.

"Gak," jawabnya cepat.

Indra yang juga berada di antara desakan itu mengeram kesal ia tak menyangka Garel bersikap bodo amat seperti itu.

"Tapi dia cewek lo bego!" ujar Willy ikut mendesak Garel.

"Kalau lo lupa kami udah putus!" dengan langkah santai Garel meninggalkan keramaian.

"Garel!" Willy dan Charlie terus menyerukan nama Garel dan mengejarnya.

Gelengan kepala di lakukan Indra. Ia tak mengerti kenapa semuanya menjadi seperti ini. Begitu sulit di mengerti dan di pahami. Kesalahpahaman terus berkoar membuat hubungan yang terjalin putus seketika.

Sedangkan disisi lain, Fiola menatap kosong pantulan dirinya di cermin berukuran besar yang terpasang di dinding toilet wanita. Fiola kembali menyalakan air melalui keran. Kali ini yang di basuh bukanlah seragam putihnya melainkan wajahnya. Setiap inci wajahnya tak lepas dari percikan air.

Badannya kembali menegak tangannya yang ada di sisi wastafel memegang erat sisi itu. Senyuman miris terpapar di wajah cantiknya. Entah mengapa kini pikirannya terpatok pada tiga orang yang berhasil menyakiti hatinya terus menerus melalui sikap mereka. Garel yang menjadi tambatan hatinya sepertinya memang sepenuhnya telah membenci dirinya mengingat tidak ada tindakan apapun yang ia lakukan saat kejadian dirinya yang teraniaya padahal ia tahu betul Garel berada di antara keramaian ketika keributan terjadi. Mungkin kesalahpahaman yang terjadi membuat Garel sepenuhnya menjadi tak peduli dan bodo amat padanya.

Bahkan kedua sahabatnya berlaku sama. Bersikap acuh tak acuh selayaknya tak pernah saling dekat. Fiola sadar sepenuhnya sikap ketiganya terjadi hanya karna kesalahpahaman yang di anggap kenyataan namun hatinya tak sekuat itu. Fiola tak bisa berpura-pura bahwa ia baik-baik saja tanpa ketiganya. Kasih sayang yang dulunya selalu membuatnya tersenyum kini terenggut dan Fiola tak kuasa menerima.

Tanpa sadar buliran air mengalir dari pelupuk matanya dan berakhir jatuh ke lantai.

Untuk semesta dari Fiola,

Semoga semuanya menemukan titik terang, batinnya sungguh tak kuasa.

~FIGA~

Gimana sama part ini?

Gak nyangka akan sampe readers 920. Moga nambah terusnya yang baca biar sekalian nembus 1k - 1 jt pembaca lebih Svaha. Tapi jangan lupa juga berikan vote kalian. Jangan jadi readers silent loh! Hargai penulis, hargai juga perjuangannya.

Follow akun Wattpad saya Adel_0422 jangan lupa juga follow IG saya @Clsi-Adlia.

Tinggalkan vote dan komentar!

See you in next part!

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang