Happy Reading!
Koreksi typo*
~FIGA~
Dahi Dylan kini terlipat-lipat. Heran saat memandang layar handphone milik adiknya tersebut.
"Siapa Dy?"tanya Indra penasaran.
"Fiola,"jawabnya langsung.
Garel yang tadinya menganggap telepon itu dari orang yang tidak penting langsung terperanjat kaget. Dengan gesit ia mengambil handphone nya yang sekarang sudah berada dalam genggaman tangannya.
Tombol hijau mulai di gesernya. Melangkah menjauh dari ke empat orang yang mulai menggodanya. Kini ia berdiri menyandar di pembatas balkon rumahnya menunggu orang di seberang sana memulai pembicaraan.
"Hallo,"sapa Fiola di seberang sana.
Jujur Garel merindukan suara ini. Suara yang beberapa hari ini sudah tak ia dengar. Bahkan sudah lama tak melihat pemiliknya.
"Hm."
"Besok ada waktu gak?"
Senyuman Garel terbit,"iya."
"Aku mau ketemu,"
"Dimana?"
"Jam istirahat pertama di taman belakang sekolah,"
"Oke,"
"Kamu lagi ngapain?"
"Lagi sama temen-temen,"
"Kalau gitu aku tutup,"
"Good Night dear,"
"Good night too,"
Panggilan terputus. Satu senyuman terbit di wajah Garel. Ia melangkah berbalik menuju teman-temannya lagi dengan wajah sumringan. Godaan pun tak bisa terhenti ketika telah sampai dan duduk di samping Dylan.
"Cie yang di telepon pacar!"seru Willy dan Charlie bersamaan sambil melempar kulit kacang yang isinya telah mereka lahap ke arah Garel.
"Fiola itu pacar Garel?"tanya Dylan masih tak paham.
Kepala Willy mengangguk cepat,"udah dua bulan dan sebentar lagi tiga bulan,"cowok dengan kaos bergambar tangan fuck you itu menjelaskan.
Dylan kini merangkul sang adik dan menjitak pelipisnya,"yang udah berani pacaran niee," kekeh Dylan.
"Lo kapan Dy?"celetuk Indra yang sedari tadi diam menyimak.
Cowok tersebut melepas rangkulannya."Gue tuh pingin seneng-seneng dulu. Pacaran terlalu mengekang!"balas Dylan dengan ekspresi angkuh.
"Bilang aja enggak ada yang mau!"ledek Garel menatap Dylan remeh.
Semuanya tertawa ria kecuali Dylan yang justru mengusap-usap dadanya mencoba menjadi sabar. Ia merasa menjadi manusia paling ternistakan saat ini.
"Kambing lo semua!"umpat Dylan tak bisa mengontrol rasa sabar.
~FIGA~
Sesuai taruhan malam minggu tersebut sekarang Fiola tengah duduk di atas rerumputan hijau berhiaskan daun-daun yang telah mengering. Gadis dengan rambut dibiarkan menjuntai ke bawah tersebut bertopang dagu menunggu kedatangan sang kekasih.
Dirinya telah menyiapkan hal apa yang akan dibahasnya nanti. Ia juga akan meminta maaf dan ingin berbaikan karna ia rasa ini juga salahnya. Di ambilnya benda pipih dari dalam tas ranselnya tuk membunuh rasa bosan yang membuncah.
Fiola kini teringat tentang semalam bagaimana jantungnya berdebar tak karuan hanya karna menelfon Garel dan teman-temannya yang terus menggodanya setelah sambungan telepon terputus.
Jantungnya juga berdesir aneh saat menonton video Garel yang bernyanyi begitu merdu. Sungguh saat itu ia benar-benar terpesona dengan Garel. Dan sekarang lihatlah senyumannya terbit tak kala memikirkan kekasihnya tersebut.
Aktivitas gadis tersebut berhenti ketika mendengar deru langkah kaki mendekat ke arahnya. Bibirnya langsung melengkung ke atas kala itu. Ia berdiri menepuk-nepuk rok bagian depan dan belakang lalu berbalik ke depan menunggu orang itu mendekat ke arahnya.
Fiola berdecak dan senyumannya langsung saja pudar saat mengetahui orang yang mendekat ke arahnya bukanlah orang yang sedari tadi dia tunggu.
"Fi,Garel suruh gue kasi tahu lo kalau dia enggak bisa ketemuan,"cowok berpakaian urakan itu memberitahu.
Fiola mengernyit ia memandang ke arah ponselnya kenapa lelaki tersebut tak memberitahunya secara langsung mengapa harus melalui orang lain. Sedangkan cowok dengan rambut yang tak tertata rapi itu seakan bisa membaca gerakan tubuh Fiola langsung berbicara,"HP Garel cas nya habis jadi enggak bisa hubungi lo,"beritahu Charlie lagi.
Kepala Fiola mengangguk mengerti,"makasih udah ngasih tahu,"sahutnya.
"Yaudah kalau gitu gue balik ke kelas," Charlie melenggang pergi dengan langkah lebar menyisakan Fiola yang menunduk kecewa. Harapan untuk bertemu sang kekasih pupus sudah.
~FIGA~
Fiola saat ini benar-benar merutuki dirinya kali ini ketika lupa bahwa ini adalah hari selasa dimana setiap anggota OSIS akan melakukan razia ke setiap kelas. Anggota OSIS tersebut tak akan mentoleransi dan tak akan menerima alasan apapun saat pelanggaran yang dilakukan.
Rok yang pendek akan mereka gunting, baju yang ketat akan mendapat bagian di coret dengan spidol hitam di bagian dada kiri atas. Sedangkan sepatu yang berwarna-warni seperti pelangi akan mereka sita dan akan di kembalikan ketika sang murid datang bersama orang tua untuk mengambil.
Gadis dengan rambut di cepol satu itu meringis ketika melihat nasib sang sahabat, Aqila tengah di gunting roknya. Aqila tengah memohon dengan berbagai alasan. Sungguh kali ini ia rasa dirinya tak akan bisa selamat dari razia kakak kelasnya ini.
Fiola juga menggerutu kesal dengan Sania, teman sebangkunya yang tak ingin mengingatkan dirinya. Lihatlah sekarang Sania tengah menyimak peristiwa di depan dengan santai sembari bertopang dagu dan jangan lupa senyuman mengejek yang tak luput saat itu juga.
"Fi siap-siap nya itu rok bakal di guntingnya!" ledek Sania sambil membekap mulutnya menahan tawa.
Fiola memutar malas bola matanya,"lo sahabat kesusahan malah diledekin,"cibir gadis itu.
Tangan Sania menepuk pundak sang sahabat,"gue gak ledekin cuma ketawain,"elak Sania di iringi kekehannya.
"Temen lucnut,"umpat Fiola.
Sania hanya tertawa ringan melihat temannya yang sepertinya risau tentang keadaannya nanti. Rasanya ia menjadi agak tak enak karna lupa memberitahu kedua sahabatnya tersebut.
"Fiola Margenda,"panggil cewek dengan jepit putih berhiaskan mutiara yang melekat sempurna di kepalanya itu.
Sania menepuk pundak sahabatnya itu yang belum juga beranjak,"sabar aja ya,"bisik Sania.
Mata Fiola melayangkan tatapan tajam. Ia berdiri saat ini dirinya tengah mengontrol ekspresi agar tidak di olok-olos oleh satu kelas. Sang ketua OSIS mulai meneliti dari atas sampai bawah seragam yang dikenakan Fiola.
Decakan begitu saja lolos dari mulut sang ketua, Anessa Putri Aldira."Cuma seragam yang lolos,"ucapnya sambil mengambil gunting tajam dari atas meja guru di belakangnya.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Teen FictionKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...