[50]

470 39 6
                                    

Happy Reading!

Ost. I see the light

Bunga Gerbera
~FIGA~

Berbalut sepatu berwarna coklat muda, Ariel melangkah pelan dengan tangan yang dijadikan penghadang hujan yang menerpa wajahnya. Langkahnya terasa sulit saat buliran air hujan memburamkan pandangannya dalam mencari sang bunda yang tak kunjung pulang ke rumah setelah selesainya pemakaman ayahnya.

Tubuhnya terpaku di samping sebuah makam yang tak ia kenali sesaat setelah menemukan bundanya tengah menangis tersedu-sedu sambil memeluk nisan yang bertuliskan nama Zefron. Setetes air mata Ariel terjatuh, dadanya terasa sesak namun dengan cepat ia mengusapnya meskipun tak akan tampak karena bercampur air hujan buatan sang penguasa.

Ariel masih bergeming di tempat, terasa begitu sulit baginya untuk bergerak. Ia masih tak sanggup untuk melihat wajah bundanya yang selalu terhiaskan senyuman manis berganti mata sembab dengan tangisan yang menganak sungai. Tak lagi merasakan tubuh gemuknya yang diterpa dinginnya hujan membuat kepala bocah kecil itu menengadah, langsung ia menemukan payung berwarna hitam pekat menjadi penghadang hujan.

"Mari saya bantu tuan Arsa untuk membujuk nyonya pulang." Sederet ucapan seorang pria yang merupakan tangan kanan sang ayah, membuat lengkungan senyum tipis Ariel terbit kala itu.

Keduanya melangkah pelan, Ariel menekuk lututnya di samping bundanya yang masih setia memeluk makam ayahnya, pahlawan dalam hidup Ariel. Sementara orang terpercaya dari almarhum ayah Ariel, tetap berdiri memayungi keduanya. Tangan Ariel hinggap pada bahu sang bunda, memegangnya erat.

"Bunda, ayo kita pulang." Meskipun derasnya hujan sempat meredam suara ajakan Ariel, namun Bunda dari bocah tersebut masih bisa mendengarnya dengan jelas. Pandangannya ia alihkan kemudian mengusap pelan pipi chubby milik putra semata wayangnya.

"Kamu pulang aja, bunda mau temenin ayah kamu." Ariel segera menggeleng keras, ia menyerbu tubuh bundanya dengan sebuah pelukan erat. Isakan bunda Ariel kian terdengar, hatinya remuk dengan logikanya yang mulai tak mempercayai segala yang telah terjadi? mengapa Tuhan merebut kebahagiaannya dengan cara semacam ini?

"Zeo, bawa Arsa pulang!" Kalimat dalam bentuk perintah itu langsung mendapatkan anggukan dari seseorang yang paling dipercaya oleh ayah Ariel.

Ariel sempat menyuarakan kalimat penolakan namun kalimat lembut bundanya akhirnya membuat Ariel menurut untuk ikut dengan pria bernama Zeo tersebut. Walaupun dengan pergelangan tangannya yang dipegang erat oleh Zeo, tatapan Ariel masih tetap mengarah pada bundanya yang mengelus pelan nisan sang ayah.

Kedua tangan Ariel saling bertaut dengan kepalanya yang menunduk saat kejadian kemarin kembali menghantam ingatannya. Seharusnya Ariel tetap berada di sisi bundanya dan tak membiarkan wanita itu sendiri di atas langit yang bergemuruh. Ia menyesal, jika saja ia bersikeras tetap menemani bundanya, wanita itu tak akan terbaring lemah di ranjang akibat demam tinggi.

Ariel mulai turun dari kursi yang sedari tadi di dudukinya, tangan mungilnya memegang erat pinggiran ranjang. Berusaha kuat untuk menaiki tempat tidur berukuran besar ini. Usahanya tak berujung sia-sia, tubuhnya ia geser hingga punggungnya menyentuh kepala ranjang. Duduk di samping kepala bundanya yang terlapisi sebuah kain tepat dibagian dahi. Bocah itu mengulas seyum sembari mengelus surai lembut milik bundanya.

Kericuhan yang ditangkap oleh gendang telinga bocah bertubuh gempal tersebut membuatnya penasaran sekaligus kesal. Cepat-cepat Ariel turun dari ranjang dengan hati-hati, hendak memperingatkan agar tak mengeluarkan suara disaat bundanya tengah tertidur. Baru saja satu langkah ia tata setelah keluar dari kamar, tujuan bocah itu seketika urung melihat Zeo tengah terkulai lemas di lantai akibat pukulan telak dari pamannya.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang