Hola!
Udah lama Gak update ya!
Koreksi Typo*
Happy Reading:)
~FIGA~
Tungkai lelaki ber-hoddie ini melangkah santai di tengah-tengah keramaian manusia. Tempat yang saat ini tengah di datanginya terlihat tak pernah sepi oleh para khalayak yang akan berpergian baik keluar kota maupun negara.
Tempat ini juga yang menghadirkan kesedihan akibat perpisahan serta canda tawa dan kebahagiaan sebab pertemuan. Baginya bandara ini mungkin menghadirkan kesedihan bagi dirinya sebab akan berpisah kembali dengan kakak lucknut nya.
Decakan sebal lolos begitu saja saat memandang dua objek dihadapannya ini. Dylan tengah berpelukan mesra dengan seorang wanita yang terlihat sebagai warga negara asing. "Dy, nih minuman lo!"seru Garel menghentikan aktivitas mereka.
"Ver, this is my brother," ujarnya memperkenalkan.
Seulas senyum manis tercipta di bibir merah maron Verlina. Tangannya ia ulurkan sebagai ajang perkenalan. "Verlinia Berliana, and you?"
"Garel Geonanda," dengan sedikit ragu ia menyambut uluran tersebut dan langsung menyelesaikan begitu ia menyebutkan namanya. Entahlah ia merasa wanita ini sedikit agresif.
"He is so sexy."
Verlinia mendekati Garel mengelus pipi Garel dengan jemari lentiknya.
"Astagfirullah," dengan kasar ditepisnya tangan Verlinia dan sedikit menjaga jarak. Sudah ia bilang wanita dihadapannya ini benar-benar agresif. Dimatanya wanita ini layaknya ulat bulu. Ups! Tolong maafkan pemikiran buruk Garel.
Menyadari situasi yang tidak mengenakan Dylan langsung ambil kendali. Menarik Verlinia menjauh dari Garel yang seolah ketakutan. Seolah ada sebuah parasit yang mencoba menumpang hidup kepada sebuah pohon besar yang tumbuh subur.
"Verlina, my brother doesn't like women," alibi Dylan membuat Verlina sontak terkejut. Verlina menoleh ke arah Garel yang mengelus pipinya. Seolah ingin menghilangkan jejak sentuhan wanita tadi. Dengan cermat ditelitinya Garel dari atas sampai bawah.
"What is he gay?"
"Y-yes," jawab Dylan sedikit gugup.
Verlina bergidik ngeri dan menatap Garel seolah jijik. "Your brother handsome but gay!" ujarnya masih memperhatikan Garel.
"Fortunately you are not gay like him." Mereka berdua tertawa bersama sedangkan Garel berdecak sinis.
Setelahnya Verlina pamit pergi begitu melihat jarum jam yang berada di tangannya tak lupa sebelum pergi Verlina memeluk Dylan dan berpamitan dengan Garel. Barulah setelah itu Garel mau mendekat ke arah Dylan.
"Lo tadi ngomongin gue kan?"
"Ha? Enggak," Dylan menggeleng, "ge-er amat lo!" cibirnya. Garel memutar kedua bola matanya malas.
"Tinggal berapa menit lagi gue udah enggak disini lagi deh," ucap Dylan dengan nada sendu.
"Lo jaga baik-baik mamanya," lanjutnya sedikit berpesan.
"Iya."
Selanjutnya adalah hening keduanya seakan kehabisan topik pembicaraan. Dua bokong lelaki tersebut akhirnya memilih duduk di sebuah bangku yang tersedia di bandara. Duduk sembari menunggu waktu keberangkatan Dylan, sang kakak.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Novela JuvenilKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...