[42]

303 32 0
                                    

Happy Reading!

Cinta? Awal Dari Rasa Sakit Juga
Senang Yang sebenarnya

~FIGA~

Tarikan Sania pada lengan Fiola sama sekali belum terurai. Jika saja cewek yang kini tengah merengek habis-habisan di samping bangkunya saat ia tengah menikmati kepalanya menelungkup di atas lipatan tangan, sama sekali bukan temannya, mungkin dengan sukarela Fiola akan menendang Sania, hingga berada pada radius terjauh darinya.

"Sama Aqila ajalah, San!"

Gurat wajah Sania menampilkan kekesalan. Lantas, kakinya memberikan tendangan kuat di kursi yang tengah di duduki Fiola membuat gadis itu dihadiahi toyoran keras di dahinya.

"Kalau aja Aqila masuk gue gak bakalan minta anterin lo, bego!"

"Lah, tuh anak kemana? baru nyadar gue dari tadi gak liat batang hidungnya."

Bahu Sania terangkat sebentar memberikan isyarat tak tahu sambil bersedekap dada.

"Mungkin sakit!"

Tak terlalu mempedulikan, Fiola akan kembali merebahkan kepalanya di atas lipatan tangan. Bukannya tak memiliki rasa care terhadap sahabat karibnya yang bertubuh mungil tersebut. Hanya saja Fiola yakin bahwasanya tak adanya jejak Aqila di dalam kelas pastinya karena keterlambatan gadis itu. Terlalu sulit membayangkan jika gadis secerewet Aqila sedang sakit.

"Ayo! temenin gue pulang ambil buku fisika, Fiola!"

Lagi, istirahatnya terganggu. Padahal hatinya tengah gundah selama beberapa hari ini. Nama Garel terus saja tersemat dalam otaknya memberikan efek luar biasa pada mood Fiola. Dengusan sebal lolos begitu saja saat Sania mengguncang kuat bahunya tak kenal henti seharusnya ia sadar bahwa Sania adalah gadis yang tak pernah pantang menyerah.

"Oke! Gue anterin!"

Dengan kerasnya Sania bersorak kegirangan. Secara antusias ia menarik pergelangan tangan Fiola. Berjalan dengan langkah besar menuju parkiran sebelum bel masuk berbunyi untuk mengambil buku tulis fisikanya yang tertinggal di meja belajar. Guru fisika mereka terkenal galak dan memiliki peraturan ketat. Untuk itu Sania tak pernah ingin terkena amarah wanita bertubuh gemuk tersebut.

Tubuh Fiola yang awalnya lesu mendadak diserang energi setelah melihat Garel yang baru saja keluar dari dalam mobil. Lelaki itu memang kerap kali berganti kendaraan antara mobil dan motor jadi jangan heran jika mendapatinya hari selasa membawa motor dan kamis membawa mobil dalam merek yang berbeda.

Ternyata bukan hanya Garel yang berada di dalam mobil tersebut tetapi juga Nessa, ketua OSIS yang sebentar lagi akan habis masa jabatannya. Berpapasan dengan mereka saat akan menuju tempat mobil Sania terparkir membuat Fiola sudah akan mengusung senyum sebagai tanda sapaan. Namun Garel memalingkan wajah mengabaikan dirinya.

Nessa menyenggol pelan lengan Garel membuat sang empu menoleh tanpa menghentikan langkah. "Disenyumin mantan tapi lo sombongnya minta ampun."

Menarik pelan satu tali tas ransel yang tersampir di bahunya ke arah bawah, kaki jenjang Garel bergerak cepat mendahului Nessa yang terlihat tertawa jahil. "Pulang nanti, lo naik angkot."

Saat itu juga pandangan Nessa berubah tajam ke arah punggung lebar lelaki yang telah memasuki lobby sekolah. "Bangke!"

Di dalam mobil CRV berwarna putih cerah, pergerakan Fiola saat akan memakai sabuk pengaman tiba-tiba tercekat saat pertanyaan dari Sania mengudara. Senyum tipisnya terbit kala itu lalu dengan santai bibirnya mengatakan balasan, "Untuk apa cemburu? lagian Nessa cuma sepupu Garel kali."

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang