Happy Reading All!
Komen dan vote!
~FIGA~
Lima hari berkutat dengan berbagai macam lomba yang menyerukan, kini seluruh siswa-siswi dari setiap kelas dan angkatan dikumpul menjadi satu. Membentuk sebuah barisan rapi di lapangan upacara. Tepat di bagian paling depan, kepala sekolah berdiri dihadapan podium mulai menyatakan setiap tiga juara umum dari berbagai cabang lomba.
Ini adalah hari terakhir kegiatan pekan olahraga dan kesenian berlangsung. Kelas yang mendapat kemenangan akan langsung dipanggil ke depan dengan satu perwakilan. Terdapat sang ketua OSIS yang membawa baki berisi sebuah amplop lengkap dengan lembaran uang.
Banyak hal yang diberikan sekolah kepada kelas yang menang sebagai ucapan selamat tak lain berupa, piala, piagam, serta uang tunai. Menurut seluruh siswa kelas 12, ini adalah hari spesial yang tak akan lagi mereka rasakan setelah dinyatakan lulus. Tak lagi menjadi panitia, perwakilan kelas dalam berlomba, atau pun menjaga stand makanan dari organisasi yang diikuti.
Suara keantusiasan para murid pun menambah kesan meriah dalam suasana kali ini. Fiola tersenyum mengingat kejadian beberapa jam lalu, ketika kelasnya yang biasanya hanya membawa satu kemenangan kini mencetak rekor terbaru, tiga piagam serta piala dan uang.
Piagam yang tadinya didapat rencana akan diberi bingkai kaca lalu di pasang dikelas. Agar terpampang jelas untuk guru yang selalu menganggap kelasnya sebelah mata. Otak mereka memang rata-rata isinya kosong namun tekad berhasil mengalahkan segalanya.
Ah! Lorong koridor saat ini telah sepi, tentu saja sebagian murid tentunya telah menuju rumah masing-masing. Kedua temannya menghilang, meninggalkan dirinya seorang diri. Di pembelokan, Fiola meringis karna keteledorannya tak memperhatikan jalan dengan benar. Tubuhnya menabrak seseorang.
Bukan lagi memikirkan mengenai bahunya, Fiola terkejut nyatanya orang yang ia tabrak adalah seseorang yang membuat perasaan sepi yang telah terkubur kembali muncul ke permukaan.
"Maaf," ucap Fiola berintonasi rendah.
Sayup-sayup Fiola melihat kepala cowok itu terangguk disela-sela kegiatannya mengumpulkan kertas-kertas yang berhamburan tak lagi berada di genggamannya. Saat dirinya akan mensejajarkan tingginya dengan Garel membantu cowok tersebut seruan lain berhasil menghentikannya.
"Garel!" Nessa menghampiri Fiola yang terdiam dengan hati memanas dan Garel yang selesai membereskan kertas-kertas. "Gue cariin juga, ternyata disini," terselip nada kesal dalam ucapan perempuan bersurai lebat dan panjang itu.
"Ayo, pulang!" ajak Nessa.
Fiola memperhatikan adegan yang terjadi, rasanya muak apalagi dengan mudahnya Garel mengiyakan ajakan seniornya tersebut.
"Lo duluan," suruh Garel seraya dengan tangannya yang menyerahkan tumpukan kertas tadi.
Nessa tak banyak merespon, langsung berbalik dan melenggang setelah sebelumnya mengatakan akan menunggu di dalam mobil. Rasanya Fiola ingin menghancurkan sesuatu melampiaskan sakitnya terhadap benda tak bernyawa. Ia memalingkan wajah saat Garel menatapnya.
"Fiola."
Menghela nafas selanjutnya Fiola memberanikan diri membalas tatapan sang mantan. "Kenapa?"
Garel belum menanggapi, sesaat ia membiarkan kepalanya menunduk setelahnya terangkat seraya dengan irisnya yang menatap lekat manik mata gadis yang hanya terdiam menunggu ia bicara.
"Te extraño." Fiola dilanda bingung, bahasa Garel tak bisa dinalar oleh komponen otaknya. Ia pun tak mendapatkan kesempatan untuk bertanya. Lelaki itu telah melangkah jauh hingga punggungnya menghilang dari pandangan Fiola, menyisakan beribu tanda tanya dibenak Fiola.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Dla nastolatkówKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...