[53]

268 25 4
                                    

Happy Reading!

Ost. Speechless

~FIGA~

"Lepasin tangan lo!"

Ariel terkekeh pelan mendengar nada kemarahan dari ucapan Olla sembari menguatkan cengkramannya pada kapak, saat gadis dihadapannya masih berusaha melepaskan genggaman eratnya. Kelopak mata Fiola yang sedari tadi tertutup perlahan mulai membuka, ia memperhatikan keadaan sekitar. Pikirannya telah melayang sedari tadi sambil terus mengucapkan nama Tuhan dalam hatinya. Matanya menyipit tat kala menemukan Ariel berada disini. Fiola menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam. Kepalanya yang berdenyut membuat pengelihatan Fiola terasa memburam.

"Ariel ...." Gumaman Fiola lantas membuat cengkraman Ariel pada kapak Olla terurai. Pandangannya langsung jatuh ke arah gadis yang terduduk lemas di kursi, surai gelombangnya yang biasanya tertata rapi kini terlihat berantakan. Gadis itu seakan bukan Fiola Margenda, pancaran keangkuhan dari matanya meredup berganti tatapan sayu, kantung matanya menghitam dengan jejak air mata yang masih terlihat jelas.

Lutut Ariel tertekuk mencoba mensejajarkan tingginya dengan Fiola. "Apa kabar Fiola?" Pertanyaan itu sama sekali tak ditanggapi oleh Fiola. Ada hal lain yang saat ini tengah ia coba pecahkan. Terutama maksud dari kedua orang berlainan gender ini, menyekapnya di sebuah bangunan tua.

"Gue harap lo masih baik-baik aja untuk permainan di babak kedua, Fiola."

Olla mengetuk keras ujung kapaknya ke lantai dengan tatapan tajam yang menghunus ke arah Ariel. Jemarinya menggapai bahu lelaki itu yang mana membuat sang empu tak serta merta langsung menoleh. Ia tetap memusatkan perhatiannya ke arah Fiola yang kembali dikuasai ketakutan.

"Lebih baik lo pergi dari sini, dan biarin gue lakuin apa yang gue mau."

Kalimat Olla langsung memberi efek pada satu sudut bibir Ariel yang tertarik ke atas. Ia menepuk-nepuk kedua telapak tangannya sesaat setelah tubuhnya menegak. "Lo salah perintah orang."

"Dia target gue jadi biarin gue lakuin apa yang gue mau!!!"

"Jangan pernah berani tinggiin volume suara lo di depan muka gue!!!" Ariel memperkuat genggamannya pada surai Olla, hingga kepala sang empu menengadah ke atas. Bibir Olla tak tinggal diam, mengeluarkan rintihan dengan kalimat terbata-bata meminta untuk dilepaskan. "Jangan pikir karena Lo perempuan terus Lo bisa seenaknya di hadapan gue!" Ariel tak pernah main-main dengan setiap ucapannya. Benar-benar tidak pandang bulu jika kemarahan sudah di ujung tanduk.

Puas telah memberikan pelajaran kepada Olla, Ariel menghempaskan secara tak manusiawi surai Olla dari genggamannya. Tubuh Olla terhuyung, dahinya berakhir membentur dinding bangunan dengan cat putih yang telah mengelupas. Kenyataannya, Ariel mengkhianati perjanjian awal saat keduanya saling bersekutu. Bukannya membiarkan gadis yang bersekolah di tempat yang sama dengannya itu menghabisi Fiola, ia justru melepaskan gadis itu. Memapah tubuh Fiola dengan perlahan keluar dari bangunan ini.

Meskipun Fiola terus menyuarakan penolakan dengan nada lirih, Ariel seolah menutup kedua telinganya. Melihat hal itu lantas membuat erangan kekesalan lolos dari bibir Olla. Kepalanya berdenyut hebat, membuat Olla kesulitan untuk sekedar mengejar langkah Fiola dan Ariel.

"Sialan!"

~FIGA~

Rina mengeratkan pegangannya pada setir mobil yang sedang ia kendarai. Buliran air bermunculan di pelupuk matanya. Tidak lagi bisa membendung rasa sakit yang menyebabkan dadanya terasa sesak, air mata itu segera meluncur menyusuri pipi gadis dengan rambut tercepol.

Sekali lagi rasa sesak yang membuatnya seketika terisak kembali bersarang di hati gadis itu. Kepala Rina bersandar pada kursi pengemudi setelah menghentikan laju kendaraannya saat lampu merah telah menyala menggantikan lampu kuning.

FIGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang