Happy Reading!
Sejauh Apapun Mencoba Salah Satu Hal Yang Paling Sulit Terlupakan Adalah Perasaan Cinta Terhadap Seseorang
~FIGA~"Berapa nilai ulangan harian fisika kamu?"
Seakan ada batu di bagian tenggorokannya, Fiola benar-benar kesulitan untuk meneguk saliva. Mengapa ayahnya justru menyinggung soal nilai padahal seharusnya mereka saling bercakap demi menghapus rasa rindu yang terasa sulit dibendung. Kini, Fiola benar-benar terasa mati kutu, otaknya seolah tengah bekerja ekstra agar tak mendapatkan ceramah super panjang.
"Bagus kok, Yah. Ngomong-ngomong gimana keadaan Ay-"
"Ayah sama sekali gak tanya soal bagus atau tidak tapi yang Ayah tanya jumlah nilai kamu, Fiola."
Seakan menyerah dengan keadaan Fiola menghembuskan nafas pelan kemudian membalas dengan intonasi rendah, "Nol."
Nilai yang begitu rendah bukan? nilai ini benar-benar sama dengan yang di dapatnya pada semester ganjil lalu. Semua yang diusahakannya demi ulangan itu berujung dengan nilai teramat rendah yang membuat Fiola kembali masa bodoh. Mencoba peruntungan dengan meminta jawaban kepada kedua temannya pun tak membuahkan hasil apapun. Keduanya serempak tidak membantu Fiola yang hampir saja mual melihat tiap nomor yang berisi angka.
"Ayah gak minta kamu untuk belajar super extra demi nilai sempurna. Yang Ayah inginkan, nilai kamu di atas standar." Devan menghela nafas pelan, menghadapi anak gadisnya sering kali membuat pria itu dilanda rasa pusing hingga kecemasan. "Jika tahun ini nilai kamu benar-benar gak ada penaikan dan guru kamu memutuskan agar kamu tinggal kelas, Ayah gak akan bisa lagi bantu kamu, Fiola."
"Ayah ..." Fiola mulai beranjak dari salah satu sofa yang tersedia di kamarnya. Genggaman tangannya pada ponsel itu kian menguat mendengar penuturan sang Ayah.
"Tingkatkan waktu belajar kamu, yang Ayah inginkan ini bukan sepenuhnya demi Ayah. Tapi untuk kamu, demi kebaikan Fiola."
Membuat nilai menjadi di atas standar benar-benar sebuah beban bagi Fiola Margenda. Membayangkan dirinya yang berkutat dengan buku hingga angka dan rumus benar-benar membuat Fiola diterjang rasa pusing, hingga mengobok-obok isi perutnya. Cukup semester ganjil lalu penderitaan itu datang, kapasitas otaknya tak cukup untuk menampung segala sesuatu berbau pengetahuan.
Kaca mobil yang dibiarkan terbuka setengah itu, membuat angin malam mulai memasuki area dalam mobil. Memberikan sapuan halus pada permukaan kulit wajah Fiola. Setidaknya hal ini dapat mengurangi sedikit beban mengenai sekolah bagi seorang gadis yang tengah mengamati pohon-pohon yang sengaja di tanami di sekitar pinggir jalan. Selain sebagai penghasil oksigen, juga untuk meminimalkan polusi yang ada di kota.
Fiola mulai memalingkan pandangan ke depan, dimana sopir tengah melajukan mobil menuju rumah Zayna.
Berdasarkan pemberitahuan Nessa, calon kakak tirinya tersebut tengah berada di rumah Zayna. Entah untuk urusan apa, yang terpenting bagi Fiola, ia bisa mengambil tasnya yang tertinggal di dalam mobil Garel. Kali ini, Devan benar-benar mengawasi Fiola dalam hal pendidikan walaupun terhadang oleh jarak.
Mulai dari pelajaran apa hari ini hingga tugas rumah yang di dapat Fiola di setiap kesempatan. Devan bahkan tak pernah absen mengingatkan Fiola untuk belajar hingga mengerjakan tugas lewat video call, dan sekarang masalah utamanya adalah buku untuk mengerjakan tugas terdapat di mobil Garel. Ponsel cowok itu pun tak aktif membuat Fiola kelimpungan mengetahui kepastian posisi Garel.
"Belok kiri ya, Non?"
Fiola terkesiap dengan pertanyaan supir di depan sana. Sekilas ia mengangguk membenarkan. Hingga mobil berhenti di hadapan sebuah pagar hitam tinggi. Fiola menyuruh supir itu untuk menunggu di disini saja biar ia yang masuk untuk mencari Garel.
![](https://img.wattpad.com/cover/197228087-288-k392373.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGA
Teen FictionKetika takdir berlainan dengan apa yang diinginkan. Saat cinta datang di waktu yang salah, apakah semuanya akan tetap seperti sedia kala? ••• Garel Geonanda. Nama yang paling melekat dalam ingatan para siswi. D...