Storm - 29

3.4K 485 46
                                    

Xi Chen mengernyitkan keningnya, sudah hampir 2 jam dia berkutat dengan berkas-bekas yang tidak ada habisnya. Dan parahnya dia belum sampai di pertengahan, ini baru awal. Jujur menurut Xi Chen inilah tugas paling tidak logis yang menurutnya sangat tidak berfaedah, bayangkan saja dia harus mengecek berkas dan menandatangani semua berkas yang sebenarnya bisa saja dia koreksi di komputernya, tapi demi menyesuaikan dengan perusahaan yang meminta cetakan seperti ini, terpaksa Xi Chen harus bekerja bodoh jadinya.

Ia menyandarkan tubuhnya dan menghela nafas panjang, jari panjangnya meraih ponselnya dan menyalakan lagu musik yang menenangkan pikiran. Kalau bisa ia tebak ini sudah entah minggu ke berapa dia tak bertemu dengan sang kekasih, begitu pula dengan perkembangan Wei Ying, sama sekali tak ada kemajuan yang bahkan jujur siapapun pasti akan menyerah tak lama lagi.

Tapi ini juga sudah entah hari ke berapa Lan Zhan memainkan lagu-lagu yang baru-baru ini Lan Zhan menuliskannya di kertas, dan barulah Xi Chen sadar lagu apa itu dan darimana asalnya. Seperingatannya, Lan Zhan di masa lalu memang menghabiskan waktunya tanpa Wei Ying dengan banyak menuliskan lagu-lagu dan dimainkan dengan guqinnya, tak heran karena dulu Lan Zhan menjadi jauh lebih pendiam sejak kejadian di Nightless City itu, bahkan Lan Zhan tak berbicara lagi dengan siapapun kecuali itu mendesak.

Barulah kemarin dia mengintip tumpukan kertas lagu yang ada di meja Lan Zhan saat adiknya pergi sekolah. Dan memang semuanya Xi Chen tau betul, karena ada beberapa lagu yang menjadi bagian pembelajaran baru di Yu Shen, dan juga ada beberapa lagu baru untuk inquiry tentunya. Tapi, ada 1 kertas yang sangat berbeda, kertas itu diletakkan terpisah dan ditaruh dengan telaten di samping guqin, judulnya WangXian, dan Xi Chen akui dia belum pernah mendengar lagu itu dimainkan.

Xi Chen menatap kearah luar jendela yang menampakkan seisi kota yang sangat gelap ditutupi oleh hujan lebat dan jangan lupakan guntur yang terus berteriak dan mengedor-ngedor langit tanpa ampun. Cuaca hari ini cukup mengerikan dibandingkan hari biasa yang hanya memberikan tangisan lembut, tak ada guntur dan barulah hari ini terdengar.

Sudah 1 minggu lebuh mungkin langit tak mau bersedih, seolah-olah sedang berduka cita atas hal yang sangat menyedihkan di atas sana. Tapi boleh diakui Xi Chen juga sedang sangat merana, bayangkan saja dia sama sekali tak bisa bertemu Jiang Cheng karena mengingat baru-baru ini ayah dan ibunya melarangnya untuk pergi keluar rumah sembarangan. Jadi apa alternatif supaya dia bisa menatap wajah sang kekasih? Hanya video call dan itupun di jam saat semua orang sudah tidur lelap.

Berbeda dengan Lan Zhan yang bisa sesuka hatinya bertemu dengan Wei Ying, tapi malah anak itu yang tak mau menerima Lan Zhan, bukankah ini yang namanya dunia sedang tidak adil?

Xi Chen termenung menatap keluar, jendela kantornya yang sudah basah karena tangisan langit dan juga suara redaman ruangan yang tak bisa meredam suara teriakan langit itu, suara redam tetapi masih bisa mendengar suara dentuman rendah, ditambah suasana dingin yang menambah ketenangan jiwa. Boleh diakui Xi Chen paling suka dengan hujan, tapi saat dia tau sang kekasih anti hujan, dia jadi jarang menikmati hujan lagi karena tau hujan membuat sang kekasih tak nyaman.

Xi Chen tersenyum tipis, dia bisa membayangkan wajah kesal yang sedang terukir di wajah sang kekasih karena cuaca hari ini memang sangat buruk. Kedua kepingannya mendadak fokus saat dia menyadari jam sudah menunjukkan angka 3, yang berarti Jiang Cheng mungkin sudah selesai sekolah.

Ia meraih ponselnya dan langsung menghubungi Jiang Cheng, tak peduli apakah anak itu masih di kelas atau belum, cukup lama sampai akhirnya panggilan mereka terhubung satu sama lain.

"Jiang Cheng?"

"Xi Chen! Maaf disini ribut sekali! Susah mendengar suaramu! Ada apa!?"

Memang bisa didengar dari sebrang sana ada suara riuh yang tak bisa dijelaskan apa pembicaraannya, dan juga ditambah suara derasnya hujan yang menambah padatnya sumber suara itu. Xi Chen menghela nafas rendah.

Won't Forget 不忘 - [WangXian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang