Xi Chen mengusap pipi sang kekasih yang sedari tadi sudah melengkung naik keatas sejak ia mendengar ada gelak tawa dari dalam kamar Xia Lian. Sontak Xi Cheng terperanjat kaget dan wajahnya langsung memerah, "Kau..!"
Tak cukup hanya sekali ia membuat sang kekasih seperti itu, lengan panjang Xi Chen langsung menangkap pinggang Jiang Cheng, mempersatu tubuh mereka selagi Xi Chen sudah mendekatkan kedua wajah mereka. Wajah Jiang Cheng merah bukan main, sepertinya sangat panas karena entah kenapa ia sampai berkeringat. "Jiang Cheng."
Jiang Cheng mendecih, "Kau..! Ada mereka di dalam, aku tak mau disini!"
Xi Chen memiringkan kepalanya dan menyeringai, "Apa maksudmu dengan tidak mau disini?"
Barulah ia sadar kalau Jiang Cheng sudah salah berucap dan berakhir ia harus menanggung akibat dari kalimatnya yang mulai semakin tidak dicerna dulu sebelum ia ucapkan, "Berisik! Dan kenapa kita harus sedekat ini ha!" Xi Chen tertawa kecil dan mengecup pipi merah itu, "Jangan seperti itu, kau jadi sangat menggemaskan."
Jiang Cheng tak tahan lagi, ia benar-benar sudah dikalahkan oleh sang kekasih, dengan refleks ia mendorong tubuh itu tapi malah Xi Chen langsung menangkup tubuh mereka dan sekarang mereka sama-sama terjatuh di atas karpet berbulu dan lembut itu. Disini yang sakit sudah pasti Xi Chen, tapi pria ini sudah kerasukan jiwa Lan Zhan, dia masih tersenyum dan kembali mengecup-ngecup pipi Jiang Cheng
"Kau!! Kenapa kau jadi seperti orang gila ha?! Kepalamu-ugh..!" Xi Chen memeluk tubuh Jiang Cheng seerat yang ia bisa dan bersuara rendah, "Aku mencintaimu, ayo terus seperti ini, dan lakukan semua hal yang dulu belum sempat kita lakukan. Bagaimana?" Jiang Cheng menatap wajah Xi Chen yang sudah mengadah kearahnya, wajah itu terlihat sangat lembut, ekspresinya hangat dan penuh dengan cinta. Sudah jelas Xi Chen sangat serius dan tidak lagi bercanda, kalau saja Jiang Cheng bilang tidak, mungkin Xi Chen bisa menangis saat itu juga.
Tak ada yang bisa menolaknya, Jiang Cheng termasuk salah satu dari orang-orang yang tak bisa menolak pesona ketampanan keturunan Lan ini. Ia menghela nafas, mengusap pipi putih itu dan mendecih, "Masih perlukah kau bertanya? Seharusnya aku yang bertanya padamu!"
Xi Chen tersenyum, ia mendudukkan tubuhnya dan kembali memeluk Jiang Cheng erat di dalam pelukannya. Jiang Cheng menaruh wajahnya di pundak lebar itu. Tanpa sadar Lan Zhan yang baru saja mau keluar dari ruangan, langsung berhenti dan berjalan masuk lagi dengan diam sembari memberi isyarat kepada Wei Ying yang bingung melihat wajah gelalapan dari seorang Lan WangJi ini. "Apa? Apa? Apa? Kau melihat hantu?"
Lan Zhan menggelengkan kepalanya, "Saat kita keluar, tutup mata Xia Lian."
Wei Ying mengernyitkan matanya, "Ha? Apa maksudmu?"
Lan Zhan menghela nafas pendek, "Lakukan saja."
Wei Ying tau Lan Zhan tidak mengoloknya, jadi ia menggendong Xia Lian ke dalam pelukannya, berbicara sebentar kalau dia akan menutupi mata Xia Lian untuk beberapa detik dan untungnya anak itu menurut dan tidak berisik.
Sesaat mereka sampai diluar, Wei Ying sudah menutupi mata sang anak dengan pita rambut yang diberikan Lan Zhan tadi, dan barulah Wei Ying paham apa yang sedang terjadi diluar. Xi Chen yang sedang berbaring di sofa dengan Jiang Cheng ada di atasnya. Lan Zhan langsung menutup mulut sang kekasih saat dia tau pasti anak itu akan tertawa atau berteriak atau mengeluarkan suara aneh. Wei Ying mengangguk dan mereka pun berjalan keluar dengan diam.
Sesampainya di lift barulah Wei Ying memekik kesenangan, tak lupa ia menurunkan Xia Lian yang berwajah kebingungan, "Astaga astaga! Siapa sangka Xi Chen dan Jiang Cheng itu juga?!"
Lan Zhan mengernyitkan keningnya, "Kau baru tau?"
"Ey! Bukan! Maksudku mereka ternyata bisa seromantis itu juga, kukira mereka pasangan kaku dan malah akan sangat canggung. Siapa sangka, ehem.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Forget 不忘 - [WangXian]
Fiksi PenggemarCOMPLETED. "Kalaupun rohmu pergi entah kemana, aku akan mengejarnya, tidak, bahkan sampai rohmu menjadi abu pun aku tetap akan mengejarmu." Lan Wang Ji dan Wei Wu Xian hidup berdampingan satu sama lain di masa lalu, bertemu di usia 15 tahun, terpisa...