Wei Ying berlari sekuat tenaga yang ia bisa untuk mencapai pintu kayu itu, wajahnya sangat sumringah sampai-sampai bisa dilihat ada genangan air mata yang tak sanggup lagi ia bendung, dalam satu kali langkah ia langsung mendobrak kasar pintu kayu itu, berlari dan langsung berhamburan kearah perempuan yang sedang duduk di alas duduk itu.
Sontak perempuan itu langsung terkaget dan ia mendengar suara isakan rendah dari insan yang sudah sukses mengagetkan dirinya yang baru memulai menulis di kertas putih itu. "A-Xian? Ada apa? Kenapa kau menangis?"
Wei Ying hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, ia semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di pundak sempit sang kakak. Yan Li mengusap pelan punggung sang adik dan bersuara rendah menenangkan Wei Ying itu, "A-Xian, kakak disini."
"Shijie.."
"Mn? Kau berkelahi dengan A-Cheng atau kenapa? Kenapa kau menangis?"
Wei Ying melonggarkan pelukannya dan menggenggam erat jemari sang kakak, "Shijie.. A-Xian ini jahat ya?"
Yan Li sontak mengernyitkan keningnya tetapi ia tertawa rendah selanjutnya, ia mengusap pipi sang adik dan menggelengkan kepalanya, "Siapa yang bilang Xian Xian jahat? Kamu itu yang terbaik dari semuanya. A-Xian itu pria terbaik di hidupku."
Wei Ying mengerucutkan bibirnya dan mengusap matanya, "Tapi aku sudah melukai kalian semua."
Yan Li mencubit pelan pipi Wei Ying dan menggelengkan kepalanya, "Melukai apa? Kapan kamu melukai kami, hm?"
Wei Ying hanya tersenyum, dia menaruh keningnya diatas kedua tangan sang kakak dan mengistirahatkan wajahnya di pangkuan sang kakak, "Pasti berat menghadapi kelakuanku selama ini kan?"
"Shijie.." suara Wei Ying merendah dan sedikit bergetar, "Maafkan aku.."
Yan Li mulai merasa ada yang tak beres, dia mengangkat pundak Wei Ying dan menatap serius ke dalam kepingan hitamnya. Dia mengusap pipi mulus itu dan berujar, "Apa kesalahanmu A-Xian? Kamu tidak ada salah dan untuk apa meminta maaf?"
Wei Ying memiringkan kepalanya dan menutup matanya sembari merasakan elusan lembut dari sang kakak, ia tersenyum pilu. "Karena aku kalian semua jadi harus melupakan semua hal yang seharusnya kalian ingat terus sampai nanti.. maafkan aku.."
Yan Li tak paham, tapi entah kenapa dia ikut merasa ingin memeluk Wei Ying saat ini juga dan mengatakan ini bukan salahnya sama sekali. Tapi Yan Li tak tau apa yang sedang dibicarakan Wei Ying sama sekali, seolah-olah hatinya dan pikirannya sedang bekerja dengan tidak sinkron saat ini.
Wei Ying masih menutup matanya sembari ia bisa merasakan hatinya terasa sangat ngilu. Disini dia bisa merasakan betapa kesal, emosi, sedih, kecewa, semua perasaan itu sekarang sukses menohok hatinya. Membuatnya sadar betapa brengsek dan betapa jahatnya dia saat ini.
Yan Li mengusap surai hitam sang adik dan tersenyum pilu, "Kakak memaafkanmu Wei Ying." Wei Ying sontak mengangkat wajahnya dan didapati sang kakak hanya tersenyum disana, dirinya sudah sangat kaget karena dia bisa mendengar dengan jelas suara sang kakak seperti sangat tulus. Tapi bisa Wei Ying nilai bahwa sang kakak hanya mencoba menenangkannya, tidak.. mengingat apapun.
"Shijie.. terima kasih." Wei Ying tak peduli, setidaknya dia sudah meminta maaf langsung ke sang kakak, tak peduli apakah sang kakak mengerti ucapannya atau tidak, dia tak peduli, yang dia pedulikan saat ini meminta maaf karena sudah sangat brengsek ke kakaknya sendiri.
•••
Wei Ying menghela nafas panjang dan memantapkan dirinya, sekarang dia sudah ada di depan ruangan paman dan bibinya itu, setelah dia dari ruangan Yan Li disinilah dia akan membuang rasa malunya dan hanya akan ada rasa bodoh amat yang selalu ia pelihara dari dulu. Wei Ying mengetok pintunya beberapa kali dan suara sang paman mengizinkannya untuk menapakkan kaki di dalam ruangan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/196464599-288-k56667.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Forget 不忘 - [WangXian]
FanficCOMPLETED. "Kalaupun rohmu pergi entah kemana, aku akan mengejarnya, tidak, bahkan sampai rohmu menjadi abu pun aku tetap akan mengejarmu." Lan Wang Ji dan Wei Wu Xian hidup berdampingan satu sama lain di masa lalu, bertemu di usia 15 tahun, terpisa...