Wei Ying menyamankan posisinya dengan menenggelamkan wajahnya diantara lembutnya selimut tebal yang sudah membuatnya seperti anak bayi yang sedang mencari kehangatan. Tampak sudah ada cahaya matahari yang menyinari masuk ke dalam ruangan kamar, cahaya itu sangat hangat walau diluar sana salju putih masih menjadi teman pemandangan yang kontras.
Pria mungil itu meringkuk dan mengerang rendah saat ia bisa merasakan ada cahaya yang masuk dan mengusik tidurnya, tapi percayalah dia tak peduli dan lebih memilih untuk menenggelamkan wajahnya lebih dalam lagi. Kasur itu cukup besar untuknya sendiri berbaring disana, dan memang dia tidak sendirian, dia sudah menghabiskan malam hangat dengan pria bermarga Lan itu, hanya saja mengingat betapa ketatnya jam bangun tidur pria itu sudah dijamin dia tidak akan ada di kasur ketika matahari mulai menampakkan cahayanya.
Aroma cendana yang menyelimuti ruangan mulai kembali tercium lebih kuat, pria itu sedang menghidupkan aroma cendana di kamarnya, dan setelah jemarinya memastikan aroma cendana itu terbakar dengan sempurna, ia beranjak dari posisi duduknya dan mendekati kasurnya.
Ia duduk di pinggiran kasur, sedikit membuka selimut dan mendapati putri tidur itu langsung menyambar apapun yang di dekatnya untuk menghalau cahaya matahari supaya tak mengganggu pejaman matanya. Dan, sudah pasti dia akan memeluk Lan Zhan karena pria itu yang paling dekat dengannya sekarang. Lan Zhan mengelus surai hitam sang kekasih, dan memijit pelan pundaknya.
Pria itu sontak menggerang tapi masih tak mau bangun, ia malah semakin menyamankan posisinya dengan kedua lengannya sudah melingkar di pinggang Lan Zhan. Jemari Lan Zhan mulai bergerak kearah tangan Wei Ying, menautkan jemarinya dan mengecup telapak tangan itu, "Wei Ying, ayo bangun."
Tentu tak akan ada jawaban! Tapi Lan Zhan masih tak menyerah, ia menggendong tubuh Wei Ying, membawanya ke dalam pelukannya dan mengecup kening sang kekasih lama, "Sayang, ayo bangun."
Wei Ying malah tertawa dan masih enggan membuka matanya dan melihat wajah tampan sang kekasih. Lan Zhan masih sabar, ia melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan angka 9. Lan Zhan punya rencana untuk mengajak sang kekasih sarapan pagi, dan dia tak mau makanan yang sudah ia hidangkan sia-sia, jadi dengan segenap tenaga Lan Zhan menggendong Wei Ying, membawanya ke dalam kamar mandi.
Sepanjang itu Wei Ying hanya menutup matanya, hanya suara erangan yang sesekali ia keluarkan kalau Lan Zhan memintanya untuk bangun. Bahkan sampai Lan Zhan mengecup tengkuknya beberapa kali Wei Ying sama sekali enggan untuk bangun, dan juga ia tak terbangun, malas sekali kan?
Lan Zhan sudah mengeringkan tubuh sang kekasih, ia sangat kuat iman karena percayalah dia sangat menahan kesabarannya melihat kulit putih mulus milik Wei Ying. Apalagi beberapa kali jemarinya hampir menyentuh 2 bongkahan sintal itu, ohh Lan Zhan sudah terlalu tergoda sekarang. Tapi mengingat semalam dia sudah cukup membenamkam dirinya di antara 2 bongkahan sintal itu, ia harus tau batas karena tak mau membuat Wei Ying kelelahan.
Sekarang Wei Ying sudah beralih di kasur lagi, dengan cekatan Lan Zhan memakaikan Wei Ying sweater putih miliknya dan celana panjang yang sudah pasti kebesaran di tubuhnya, tapi apa mau dibuat? Mereka sekarang ada di rumah Lan Zhan, dan tak mungkin ia meninggalkan Wei Ying telanjang di rumah selagi ia pergi berbelanja untuk sang kekasih? Lebih baik memakai pakaian yang ada dibanding harus meninggalkan kekasihnya yang telanjang dan terlalu ehem erotis itu.
Wei Ying akhirnya membuka matanya saat ia merasakan Lan Zhan sudah selesai memakaikannya pakaian. Ia masih setengah sadar, tapi ia sudah merasakan tubuhnya sangat bersih, dan dengan manja ia memeluk leher Lan Zhan, "Selamat pagi suamiku."
Lan Zhan mengelus punggung Wei Ying, dan mengecup pipi mulusnya, "Akhirnya kau bangun?"
Wei Ying terkikik, "Maaf aku merepotkanmu, sayang." Wei Ying melepaskan pelukannya, mengecup bibir yang sudah menyentuh setiap inchi dari tubuhnya semalam, dan tersenyum manis, "Apa aku bermimpi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Forget 不忘 - [WangXian]
Fiksi PenggemarCOMPLETED. "Kalaupun rohmu pergi entah kemana, aku akan mengejarnya, tidak, bahkan sampai rohmu menjadi abu pun aku tetap akan mengejarmu." Lan Wang Ji dan Wei Wu Xian hidup berdampingan satu sama lain di masa lalu, bertemu di usia 15 tahun, terpisa...