"Wei Ying, ini bukan kedua kalinya kalian bertemu kan?" Seorang pria dengan wajah tegas tapi tampan itu mengelus pundak Wei Ying perlahan, sembari diiringi senyuman canggung dari sang empu nama. Bahkan bisa dirasakan betapa sangat aneh atmosfer di ruangan privat ini, meja lesehan yang sudah tersedia hidangan makanan Jepang yang sangat mewah sudah pastinya.
Ada 6 orang disana, dua pasangan paruh baya dan seorang pria dan wanita. Mereka tampak sedang berbincang-bincang lebih dari 1 jam sudah, belum ada yang menyantap tetapi lebih memilih untuk saling berbicara terlebih dahulu dibandingkan menyantap hidangan lezat itu.
Wei Ying merasa dia ada di posisi paling tidak nyaman, bukan apa karena perempuan di depannya ini sudah sangat tidak enak ekspresinya, bayangkan saja perempuan itu tidak mau menatapnya sama sekali, bahkan dia hanya terus meminum air tanpa mau ikut berbincang, hanya tersenyum dan menyudahi apapun itu ekspresinya.
Sedangkan pasangan paruh baya itu terus memuji anak-anaknya, bahkan sampai di posisi dimana perempuan itu memutar bola matanya dan meneguk air entah ke berapa kalinya sekarang. Wei Ying hanya bisa menautkan kedua alisnya sambil dia bisa merasakan pening di kepalanya.
"Su Yin, apakah kalian sering bertemu di sekolah?" Ya, nama perempuan itu adalah Qin Su Yin, perempuan dengan wajah yang sangat cantik hanya saja di sekolah dia tak pernah mau menunjukannya, dia lebih memilih memakai kacamata tebal dengan tidak memakai primer apapun di wajahnya, jadi dia sengaja tampak sangat kusam padahal dia sangat cantik. Perempuan ini tak diketahui siapapun, dia sangat biasa dan lebih tepatnya sangat sederhana sampai-sampai tak ada yang menyangka dialah anak kepala sekolah.
Su Yin tersenyum tipis dan langsung meneguk air lagi sebelum berujar, "Ada banyak tugas dan diskusi, jadi waktu istirahat pun tidak bisa untuk bersantai-santai." Wei Ying tau betul perempuan ini sebenarnya lebih tidak suka dijodohkan, dia dari awal sangat tidak bersikap ramah sedikit pun, entah seberapa banyak percakapan dilontarkan, Su Yin akan diam dan tersenyum paksa terkadang.
Wei Ying tau betul tak ada mutualisme diantaranya dan Su Yin, tapi ini keputusannya. Dia harus menjalani apa yang ia pilih dan ini demi Jiang Cheng.
"Kalian jarang bertemu? Wah, sepertinya Wei Ying sudah harus inisiatif untuk mengajaknya jalan-jalan diluar sekolah."
Su Yin langsung memotong, "Aku sibuk." Bahkan sudah menolak tanpa ada kata dari Wei Ying.
"Su Yin." Ibunya langsung meremas pelan tangan sang anak yang dibalas raungan kesakitan padahal dia sama sekali tak merasa sakit, "Ibuuu..!!"
Wei Ying tersenyum paksa, di saat seperti ini boleh jujur dia benar-benar ingin bertemu dengan Lan Zhan, entah seberapa buruk akhir ceritanya kalau dia bertemu Lan Zhan masih lebih baik dibanding dia harus ada di posisi seperti ini. Dijepit diantara ketidakinginan tetapi terpaksa, sangat tidak bebas. Tapi menimbang betapa dia sudah memutuskan inilah jalan hidupnya, maka Wei Ying hanya bisa menahan diri. "Wu Xian, apa kau ada rencana mengajak Su Yin keluar?"
Wei Ying gelalapan, dan untung saja ada telfon masuk dan langsung membuat Wei Ying merasa ada penolong jiwanya yang entah siapa itu, "Permisi aku angkat dulu."
Wei Ying berjalan keluar, ia menghela nafas panjang sebelum dia sadar bahwa penelfon yang menghubunginya adalah atas nomor tak dikenal, mengernyitkan keningnya Wei Ying pun mengangkat dan rasa was-was, "Halo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Won't Forget 不忘 - [WangXian]
FanficCOMPLETED. "Kalaupun rohmu pergi entah kemana, aku akan mengejarnya, tidak, bahkan sampai rohmu menjadi abu pun aku tetap akan mengejarmu." Lan Wang Ji dan Wei Wu Xian hidup berdampingan satu sama lain di masa lalu, bertemu di usia 15 tahun, terpisa...