Wen - 11

4.8K 652 38
                                    

Lan Zhan menggenggam erat pergelangan tangan kiri Wei Ying. Bahkan ia sedikit meremasnya karena pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban dari pria yang sudah ia tatap dengan intens bahkan mata Lan Zhan mulai memerah, rahangnya bergetar dan mengeras.

Dan siapa yang sangka Wei Ying tidak memakai otaknya dengan benar di saat seperti ini? Dia malah membalas tatapan Lan Zhan dengan ngeri, ia memundurkan tubuhnya dan mencoba melepaskan pegangan erat Lan Zhan. Tubuhnya terasa lesu ketika dia tau genggaman Lan Zhan tidak main-main. Wei Wu Xian, pria yang paling tidak peka di seluruh dunia ini masih juga tidak peka dan malahan dia memutuskan untuk menghentakkan pegangan Wang Ji, berjalan mundur sambil memegang pergelangan tangannya yang memerah.

"Lan Zhan! Apa kau tidak bisa bilang saja kau kenapa? Apa harus kau terus menatapku tanpa ngomong apapun? Aku ini bukan indigo dan tolong berbicara saja!" Wei Ying langsung menutup mulutnya saat dia merasa kalimatnya agak kelewatan batas dan barulah sekarang dia peka setelah kepekaannya yang tadi lebih dibutuhkan tak dia gunakan dengan baik.

Lan Zhan mengerjap-ngerjapkan matanya, sadar bahwa dia sudah kelewatan mengeluarkan tenaganya ia pun memasang ekspresi meminta maaf yang sebenarnya tidak menunjukkan beda terlalu jelas tapi Wei Ying sadar itu, "Ah, maksudku.. ini tidak begitu menyakitkan! Tapi.. setidaknya bicaralah baru aku paham.."

Lan Zhan mengangkat wajahnya dan kali ini melembutkan ekspresinya, "Aku tadi sudah bertanya"

Wei Ying mengerjapkan matanya cepat, ia baru ingat bahwa tadi dia memang mau bertanya ke Lan Zhan dan malah giliran yang ditanya memotong ucapannya dan bertanya balik. Pria bermarga Wei ini berdehem dan menegakkan wajahnya, gugup terpampang jelas di wajahnya sekarang, "Ka-kau tadi bertanya kita terakhir bertemu dimana kan? Ya-yaa kita terakhir bertemu di rumahku dan aku minta maaf karena aku menakutimu malam itu! Pu-puas!?"

Ekspresi Lan Zhan menyendu, bisa dilihat dari sorot matanya terlihat meredup dan ekspresi wajahnya melemah. Tentu saja Wei Ying sadar tapi dia masih bodoh dan menyalah artikan ekspresi Lan Zhan sebagai Lan Zhan masih tidak menerima permintaan maafnya atas kejadian malam itu.

"E-ey, kan aku sudah minta maaf. Apa kau mau kutraktir makan siang nanti? Atau, kau mau main guqin lagi di rumahku? Kau bisa datang sebanyak yang kau ma-.."

Wei Ying menghentikan ucapannya saat Lan Zhan mendengar kalimat terakhirnya dan pria yang notabenenya selalu berwajah datar itu sedang memasang ekspresi paling menggemaskan yang pernah ada, matanya berbinar dengan sedikit percikan semangat di dalamnya, mulutnya yang sedikit terbuka dengan senyuman tipis terukir disana, wajahnya menjadi lebih cerah dan jangan lupakan ekspresinya yang benar-benar sukses membuat Wei Ying tercekat dan sukses membuat perutnya terasa tergelitik.

"Hei, kau senang sekali?"

Lan Zhan mengangguk kecil seperti anak kecil, Wei Ying tak tahan dan ia pun membalas senyuman pria itu dengan senyuman terlebar yang ia punya. "Datanglah kapanpun kau mau. Kau masih alamat rumahku kan?"

'ding.dong.ding.dong'

Suara bel istirahat memecahkan keheningan seisi sekolah dan otomatis membuat riuh kesenangan, jujur saja tak ada murid yang tak menyukai saat bunyi bel istirahat berbunyi. Tapi tidak untuk Lan Zhan, pria ini langsung murung saat dia tau dia tak bisa berdiri berdua lagi dengan pria yang berkebalikan dia malah sangat senang karena akhirnya hukumannya selesai. Wei Ying berbalik dan berjalan masuk ke dalam kelasnya, meninggalkan Lan Zhan yang bahkan belum berucap sepatah katapun. Otomatis membuat Lan Zhan kembali memasang wajah datarnya, berbalik badan, dan berjalan pulang ke kelasnya sendiri.

Jiang Cheng sudah menyaksikan sendiri momen momen brengsek kedua orang yang sempat membuat heboh rumahnya kemarin. Ia bahkan hanya bisa memutar bola matanya saat Wei Ying datang dengan wajah bahagia, 'kau bilang ini semua halusinasi tapi kau senang setengah mati padahal baru berbicara bentar dengannya' jujur Jiang Cheng ingin meneriaki temannya sekuat tenaga, tapi dia sudah punya janji dengan Xi Chen untuk membiarkan mereka bertemu dan dengan syarat Jiang Cheng tak boleh membicarakan tentang masa lalu.

Won't Forget 不忘 - [WangXian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang