Park Jimin sialan itu,
aku benar-benar telah tertipu dengan semua sikapnya terhadapku. harusnya aku menyadari jika dia akan menjebakku seperti ini.
ini semua berawal saat aku sedang meeting dengan salah satu klienku disalah satu gedung Seoul.
dia menghampiriku dan mengajakku berkenalan dengan seluruh pesona nya itu.
3 bulan kita kenal dan dia terus mengajakku makan bersama.
terakhir kali aku keluar bersamanya adalah kemarin. harusnya aku tidak menyutujuinya jika berakhir seperti ini.
dia bahkan menculik ku dan membual sesuatu yang tidak jelas. aku tidak peduli, yang terpenting adalah bagaimana caraku keluar dari sini dan membalas bastard itu.
"sedang memikirkan ku huh?" ujarnya setelah membuka pintu dan menyender disitu.
aku memutar kedua bola mataku "lepaskan aku!"
"masih tidak ingin menerima tawaranku?"
"Park Jimin kau—"
"apalagi sekarang? bajingan? sialan? bastard?"aku melotot "jika kau pikir aku akan takut padamu, kau terlalu berkhayal!" balasku sedikit berteriak.
"simpan saja takut mu itu, aku tidak membutuhkannya. lagi pula apa yang kau bisa lakukan sekarang? kau bahkan tidak bisa melepas tali itu"
aku mendengus kesal, mencoba berfikir sesuatu.
"baiklah Jimin, dengar ini. apa yang kau inginkan dariku? jika kau ingin saham atau perusahaanku kau bisa mengambilnya sesukamu"
kulihat Jimin menyeringai "aku tidak butuh itu, saham ku bahkan melebihi saham-saham kecilmu itu, Kang Yena"
dia mulai berjalan ke arahku "aku ingin dirimu, semua yang ada pada tubuhmu. kulitmu, bibirmu bahkan dada mu"
"pervert!"
"wow, julukan baru lagi nona Kang?" ucapnya lalu tiba-tiba menarik daguku lalu langsung menciumku dalam.
aku menggeleng-gelengkan kepalaku berusaha memberontak namun Jimin malah menahan tengkukku.
saat aku mulai membutuhkan udara, dia melepaskan ku lalu tersenyum "manis sekali, boleh lagi?"
aku melotot, Jimin kembali maju namun tiba-tiba pintu kamar terbuka membuat pandangan kami teralih.
dia menjauhkan tubuhnya,
"wow, apa yang sedang kalian lakukan?"
"aku sudah mengatakan padamu untuk ketuk pintu nya, Tae"
aku menatap laki-laki yang berada didepan pintu, dia tampan sekali. aku tidak pernah melihatnya sebelumnya.
"halo mungil, kau cantik sekali" dia menengok menatapku. aku mendengus, sikapnya sama saja seperti Jimin.
"ada apa?" Jimin menatapnya bertanya,
"kita masih ada pekerjaan" jawabnya lalu melirik pistol yang berada di sisi celana Jimin.
"omong-omong kau harus mempunyai cadangan peluru, Jim. aku tidak mau memberimu saat kita sedang bekerja"
kata bekerja yang diucapkannya benar-benar membuatku penasaran, sebuah pistol? peluru? pekerjaan?
apa mereka mengajarkan les menembak pada anak-anak?
aku langsung menggeleng, benar-benar mustahil. Bahkan Jimin sialan itu mengancam akan membunuh ayahku, apanya yang mengajarkan pada anak-anak?!
perlahan Jimin berbalik menatapku lalu kembali pada Taehyung "suruh Jungkook menjaganya, aku tidak ingin dia kabur"
"aku akan menelfonnya" ujarnya lalu mereka keluar kamar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preplexity
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI SHOPEE] Park Jimin, laki-laki yang kukenal dengan ketampanan nya dan sifatnya yang hangat. namun dia mempunyai sisi gelap yang tidak kuketahui.