YenaPOV
Aku turun menuju ruang tengah dengan handuk yang berada diatas kepalaku, setelah berbicara dengan Jimin tadi aku langsung masuk kedalam rumah dan memilih untuk mandi.
Saat aku sampai diruang tengah, aku masih bisa mendengar suara mereka yang berargumen tentang sesuatu dari arah kolam renang.
Aku membuka pintu kaca dan terperangah menatap 3 laki-laki itu yang masih berada didalam kolam renang dengan kembali bermain bebek karet berwarna kuning itu.
"Kapan kalian akan selesai dengan bebek karet itu? Ini sudah hampir gelap." Ujarku mendekat kearah kolam renang dan berhenti disisi kolam. Tanganku mengusap-usap rambutku yang masih basah dengan handuk.
Jungkook, Jimin dan Taehyung berhenti sejenak dan beralih menatapku. Mereka hanya diam yang juga membuatku diam. "Ada apa dengan kalian? Berhentilah menatapku seperti itu, aku tau aku cantik." Sautku yang membuat mereka langsung melongo, Taehyung melempar bebek karetnya kearahku yang masih bisa kuhindari.
Aku melotot, mengambil bebek itu dan melemparkannya kembali pada Taehyung. "Cepat beranjak dari kolam itu dan mandi." Ujarku lalu beralih pada Taehyung. "Taehyung jika kau tidak beranjak dari kolam itu, aku tidak ingin memasangkanmu perban lagi."
Aku berbalik untuk masuk kedalam rumah, namun saat sampai didepan pintu kaca, aku berhenti dan kembali menghadap mereka. Memikirkan stok udang yang berada dikulkas tiba-tiba. "Aku akan membuatkan kalian sup udang, yang terakhir mandi tidak akan mendapatkan sup." Ujarku lalu masuk kedalam rumah.
Dari arah belakang aku bisa mendengar bunyi ribut dan suara 3 laki-laki itu yang bahu membahu untuk keluar dari kolam. Mendengar itu aku terkekeh geli lalu beralih ke dapur untuk membuat sup udang. Semoga saja skill ku memasak masih bisa digunakan.
••
"Taehyung tanganmu!" Ketusku saat Taehyung terus saja ingin mengambil udang dari dalam sup.
Taehyung kembali duduk dikursinya dengan mempoutkan bibirnya, dia menggoyang-goyangkan bahunya merajuk. "Aku lebih dulu datang dari mereka kenapa aku yang mendapatkan sedikit sup?" Ujarnya tak terima.
Jungkook dan Jimin tertawa sambil dengan memakan udang mereka memamerkan pada Taehyung.
"Itu karena kau tidak mandi dan hanya mengganti bajumu! Masih mending aku memberimu semangkok, dari pada tidak sama sekali?!" Balasku sewot, Taehyung memang datang lebih dulu. Bahkan hanya sekitar 5 menit dari aku mulai memasak, tentu saja dia tidak mandi dan hanya mengganti bajunya.
Tiba-tiba saja Taehyung berdiri dari kursi sambil menatapku dengan horor. "Aku akan menunjukkanmu jika aku sudah mandi!" Ujarnya lalu dengan cepat ia memutar meja dan aku benar-benar terkejut saat Taehyung tiba-tiba saja memelukku dengan erat.
"Aku wangi! Kau tidak merasakannya huh? Sudah kubilang jika aku mandi!" Dia memutar-mutar tubuhku didalam dekapannya hingga kakiku tidak menapak pada lantai dan Taehyung melilitkan tangannya diseluruh tubuh dengan sangat erat sampai rasanya aku hampir tidak bisa bernapas. Apa laki-laki ini gila atau bagaimana?
Baru saja ingin berteriak padanya, Jimin sudah menendang bokong Taehyung hingga dekapannya terlepas dari tubuhku dan aku bisa kembali bernapas dengan bebas.
"Kau cari mati hah?" Jimin tiba-tiba saja sewot yang langsung membuatku tertawa dan langsung menatap Taehyung dengan tatapan kemenangan, lagi pula dia ini benar-benar mempunyai nyawa banyak memelukku didepan Jimin.
Taehyung balas memelototiku lalu kembali duduk dikursinya, dia memakan sup nya dengan masih tidak ikhlas dan sesekali sengaja untuk membunyikan sendok pada mangkuk.
Kami kembali memakan sup dengan obrolan-obrolan ringan. Seperti biasa, mereka membicarakan model-model pistol terbaru yang tidak dapat kumengerti. Lagi pula aku juga tidak peduli dengan itu. Sesekali aku hanya bertanya tentang 'apa' atau 'dimana' dan juga 'siapa'
Saat aku ingin menumpuk piring-piring kotor setelah mereka selesai makan, tiba-tiba saja dari arah luar terdengar bunyi benturan keras.
Aku langsung saja terperanjat dan membelakkan mataku terkejut. Jimin, Jungkook dan juga Taehyung langsung mengalihkan tatapan mereka pada pintu.
BRAK!
Pintu besi itu bergetar karena ada sesuatu yang mendorongnya dari luar, meskipun begitu pintu itu masih berdiri dengan kokoh.
"Sial, siapkan pistol kalian!" Seru Jimin membuat Taehyung dan juga Jungkook mengambil pistol mereka yang berada disisi celana lalu berdiri dan berjalan kearah pintu itu dengan waswas.
Jimin berdiri dan ingin menyusul mereka namun aku langsung menarik kaos nya, tanganku kembali bergetar. Rasa takut mulai menguasaiku, kejadian dihutan dengan Jimin saat itu kembali muncul dikepalaku.
BRAK!
Benturan itu membuatku semakin meremas ujung kaos Jimin. Aku mendongak menatapnya yang sudah berdiri. Jimin mengalihkan tatapannya padaku, dia seperti baru saja menyadari keberadaanku dan langsung menarik tanganku membawaku kelantai 2 dan masuk kedalam kamar.
"Tunggu disini dan jangan kemanapun." Ujarnya terburu-buru, aku bisa melihat raut wajah Jimin yang terlihat keras dan serius. Dan hal itu semakin membuatku khawatir dan juga takut.
Jimin berbalik ingin keluar kamar namun aku kembali menahan lengannya hingga dia berbalik dan menghadapku lagi. Aku meremas tangannya, kepalaku mendongak menatapnya memohon.
"Tidak bisakah kau disini saja? Temani aku, kumohon." Ujarku lirih, aku benar-benar takut sekarang. Aku benci hal seperti ini, aku benci saat dimana seseorang merusak masa-masa ku dengan Jimin, Taehyung dan Jungkook.
Seperti baru saja kami berenang bersama dan meributkan sup udang Taehyung dan sekarang mereka sudah kembali mengancam nyawa mereka masing-masing.
Aku menunduk, menghembuskan napas pelan. "Aku tidak ingin kau terluka, hanya disini temani aku dan bersamaku. Kumohon... kumohon jangan--"
Tiba-tiba daguku terangkat, kepala Jimin maju dan sedetik kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Melumatnya dengan lembut sekaligus cepat, tangannya menarik pinggangku dan menahan tengkukku sehingga ciumannya menjadi lebih dalam.
Tidak ada yang kupikirkan selain bibir Jimin yang menyesap bibirku dengan penuh perasaan, perlahan tanganku terangkat mengalungkan pada lehernya seolah tidak ingin melepaskan tautan kami.
Jimin juga semakin menekan pinggangku sehingga jarakku dan Jimin habis. Ciumannya menjadi intens, seluruh bibirku seolah dimakan habis olehnya. Sampai aku sudah mulai membutuhkan pasokan udara di paru-paruku, Jimin melepaskan ciumannya.
Dahi kami menempel, nafasku memburu akibat ciuman panas yang kami lakukan tadi.
"Jungkook dan Taehyung membutuhkanku, aku tidak bisa membiarkan mereka sendiri." Tangan Jimin mengelus pipiku dengan lembut. "Jadi tetaplah disini dan tunggu aku. Aku tidak akan terluka sedikit pun."
Jimin mengecup sekilas bibirku lalu keluar kamar sebelum aku bisa menahannya lagi.
Jimin memang mengatakan jika dia tidak akan terluka sedikit pun, tapi aku tetap tidak bisa menyembunyikan perasaan burukku.
tbc,
karena spam komen kalian yg ngebuat aku update cepet❤️💜
-deb
KAMU SEDANG MEMBACA
Preplexity
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI SHOPEE] Park Jimin, laki-laki yang kukenal dengan ketampanan nya dan sifatnya yang hangat. namun dia mempunyai sisi gelap yang tidak kuketahui.