\12\

19.7K 2K 177
                                    

Aku membuka pintu kamar lalu masuk dan menutupnya dengan kencang. Masih kesal dengan Jimin yang menyuruhku untuk kekamar.

"Wow, kau bisa meruntuhkan rumah ini jika membanting pintu itu dengan kencang, nona Kang."

Seketika aku langsung berbalik dan mataku membulat melihat Taehyung duduk disisi ranjang dengan shirtless, aku menahan nafasku.  

"A-apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku gugup tetap berdiri tegak, melihatnya seperti itu kenapa rasanya aku ingin langsung menyerangnya saja?

"Apa lagi? Kau tidak lihat jika perbanku sudah berlumuran darah?" Jawabnya membuatku langsung teralih pada gumpalan perban yang sudah berwarna merah, perutnya yang terkena sayatan juga sedikit mengeluarkan darah.

Kenapa aku baru menyadari jika ada perban disekitarnya? Wajahnya yang tampan itu membuatku mengabaikan sekitar dan hanya fokus padanya, kapan wajah tampan nya itu meninggalkannya? Rasanya setiap detik nya Taehyung menjadi bertambah tampan.

Aku menggelengkan kepalaku menyadarkan, lalu perlahan berjalan kearahnya. "Kenapa disini? Bagaimana jika Jimin melihatmu?" Aku berbicara seolah sedang menyembunyikan selingkuhanku. 

Aku kembali menggelengkan kepalaku, Taehyung terlalu tampan untuk menjadi selingkuhanku.

"Jimin sendiri yang menyuruhku kesini, dia menyuruhmu untuk mengganti perbanku." Jawabnya yang membuatku menatapnya tak percaya, Jimin yang menyuruhnya? Bagaimana bisa?

Jadi karena itu laki-laki itu menyuruhnya kekamar? Lalu bagaimana Jungkook? Apa yang akan ia lakukan padanya?

Aku mengambil perban yang berada di nakas lalu duduk disisinya. Berusaha berpikir positif.

"Sepertinya kau sudah mulai membenci Jimin." 
"Aku memang membencinya sejak dulu."

Aku bisa melihat Taehyung tertawa membuatku menatapnya tak mengerti, "Apa yang kau tertawakan huh?" Ucapku sedikit kesal, Taehyung seperti menertawakan kekonyolanku. 

Aku mengambil tisu lalu membersihkan sisa darah yang masih berada di perutnya, darahnya belum juga berhenti sejak saat itu. Dan hal itu membuatku khawatir, bagaimana jika darahnya habis? Lagi pula kenapa dia tidak kerumah sakit saja dan menjahitnya?

"Jimin tidak seperti yang berada di pikiranmu itu." Taehyung kembali berbicara.

Aku mendongak menatapnya, "Apa Jimin membayarmu untuk mengatakan itu?"

Dia kembali tertawa lalu langsung meringis saat aku menekan luka sayatan nya. Tidak bisa kah dia berhenti tertawa?

"Aku serius, Yena. Jimin tidak seburuk yang berada dipikiranmu."
"Hanya dengan menculikku kesini saja sudah merubah image nya menjadi buruk."
"Dia menculikmu karena Ayahmu yang--"

Omongan Taehyung tiba-tiba saja terhenti membuatku kembali menatapnya. "Kenapa? Ada apa dengan ayahku?" 

Aku bisa melihat wajah Taehyung yang terkejut, dia seperti baru saja melakukan sesuatu hal yang salah dan tertangkap basah. 

"Kenapa dengan ayahku, Taehyung?" Lanjutku tak sabar, dia membuatku penasaran sekaligus ngeri. 

Taehyung membuka mulutnya ingin berbicara namun kembali tertutup, raut wajahnya berubah lalu dia kembali berbicara. "T-tentu saja karena Ayahmu... Ayahmu yang sedang berurusan dengan Jimin! Apa kau tidak ingat jika Jimin akan membunuhnya huh?!" Sautnya dengan cepat.

Aku menyipitkan mataku curiga, Taehyung menyembunyikan sesuatu dariku.  Aku menghela nafas lalu kembali melanjutkan kegiatanku memasang perban nya. Lagi pula Jimin berjanji padaku untuk tidak menyentuh Ayah saat aku menepati kesepakatan.

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang