Aku dan Yuri kembali ke ruang tengah dimana sudah ada Jimin dan Jungkook sedang bermain playstation di sofa. Tangan mereka sibuk berkutik di atas stik playstation, tatapan mereka terlihat serius menatap laptop yang berada di atas meja.
Jimin memang terlihat sangat tampan dengan wajah seriusnya itu, tapi untuk kali ini tatapanku teralih pada Jeon Jungkook yang berada di sebelahnya, mataku menyipit, tanganku terlipat di depan dada sambil dengan menatapnya curiga.
Akal dan pikiranku masih belum bisa menerima dengan apa yang di katakan Yuri beberapa menit lalu di dapur. Yang benar saja, seorang Jungkook yang selama ini kukenal dengan kepolosan dan kelucuannya yang sangat menggemaskan itu melakukan hal tidak senonoh seperti apa yang di katakan Yuri.
Yah meskipun Jimin lebih tidak senonoh terhadapku, tapi tetap saja Jungkook itu masih terlihat seperti seorang anak kecil di pikirankanku. Meskipun tubuhnya yang tinggi dan berotot itu memperlihatkan jika dirinya sangat jantan, tapi wajahnya tetap menampilkan anak kecil di mataku.
Aku bisa saja tidak percaya dengan yang di katakan Yuri, tapi dia mempunyai bukti yang tidak dapat ku elak lagi. Bahkan bercak merah yang berada di lehernya, lebih banyak dari pada milikku yang di cetak oleh Jimin.
Jungkook benar-benar predator. Ku kira dia hanya tergila-gila dengan Jennifer, ternyata dia sama normalnya dengan Jimin.
Kasian Jennifer....
"Kapan kalian membawa Playstaion itu dari ruang bawah tanah?" tanya Yuri berjalan ke arah mereka lalu duduk di ujung sofa dengan meletakkan kakinya pada paha Jungkook yang masih bermain. Aku yang melihat itu hanya menggelengkan kepalaku tak percaya.
Mereka tidak menjawab dan tetap fokus pada layar laptop yang berada di hadapan mereka, membiarkan Yuri berdecak dan memutar kedua bola matanya karena di abaikan.
Aku ingin beranjak untuk naik ke kamar, tapi suara Jimin malah menahanku. "Kau ingin kemana? Kemarilah." Ujarnya dengan menepuk sofa yang berada di sebelahnya. Meskipun begitu matanya tetap tidak beralih sedikit pun dari layar itu.
Aku menurut dan berjalan kearahnya lalu duduk di sebelahnya, perhatianku malah teralih pada laptop yang menunjukkan permain mereka itu. Kurasa Yuri juga teralih pada layar itu membuat ruang tengah menjadi hening dan hanya terdengar bunyi gerakan tangan mereka yang memegang stik itu.
Beberapa saat kemudian permainan mereka selesai dengan Jungkook yang memenangkannya, Jimin langsung saja melempar stik itu pada meja lalu berdecak kencang. Jungkook dengan bangganya langsung menepuk dadanya dan tersenyum cerah.
"Sudah ku katakan berkali-kali jika kau tidak akan bisa mengalahkanku Hyung!" ujar Jungkook sombong. Jimin semakin menatap Jungkook dengan tatapan mautnya.
Aku dan Yuri yang mendengar itu meledakkan tawa kami, tapi tawaku harus berhenti karena Jimin yang tiba-tiba saja menatapku tajam dan menghamburkan tubuhnya untuk memeluk pinggangku erat.
Kepalanya menceruak masuk ke dalam leherku dan lilitan tangannya yang berotot yang berada di pinggangku semakin mengerat. Dia sepertinya malu karena aku menertawakannya.
Tapi kali ini dia benar-benar menggemaskan, Jimin bahkan tidak memunculkan wajahnya lagi dan menenggelamkan pada leherku.
Yuri tertawa lalu beranjak untuk mengelus rambut Jungkook. "Kau memang yang terbaik!" serunya dengan sedikit berteriak agar Jimin dapat mendengarnya. Gadis itu memang sepertinya sangat dendam dengan Jimin.
Sekarang Jungkook malah ikut menghambur pada pelukan Yuri. "Noona juga terbaik!" balasnya dengan mendekap Yuri di pelukannya membuat gadis itu terpojokkan di ujung sofa menerima tubuh Jungkook yang jauh lebih besar darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preplexity
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI SHOPEE] Park Jimin, laki-laki yang kukenal dengan ketampanan nya dan sifatnya yang hangat. namun dia mempunyai sisi gelap yang tidak kuketahui.