\41\ : Jennifer

9.4K 1.5K 320
                                    

Aku menggerakkan kakiku yang berada di dalam air, sekarang aku sedang duduk di tepi kolam renang dengan kedua tangan yang aku letakkan di sisi tubuhku. Kepalaku mendangak dengan mata yang terpejam, merasakan embusan angin yang mengenai wajahku dan juga membuat rambutku ikut berhembus mengikuti arah angin.

Jari-jariku mengetuk-ngetuk bergantian, menghitung setiap menit yang terlewat sambil dengan mengharapkan sesuatu yang bahkan aku tahu sendiri tidak akan terwujudkan.

Sore ini adalah minggu ke dua Jimin pergi. Ya, tentu saja aku akhirnya merelakannya untuk pergi. Setelah ia mengatakan jika ini bukan hanya tentang dirinya dan aku, yang bahkan menyangkut seluruh orang yang ku kenal yang paling tidak pernah kusangka.

Aku membuka mataku perlahan, dengan masih kepala mendangak, aku bisa melihat burung-burung berwarna hitam yang terbang pada pohon-pohon lebat yang menjulang tinggi itu. Aku menghela napasku, tiba-tiba perasaan rinduku pada Jimin kembali menyeruak keluar.

Apalagi saat aku menatap ke arah kolam renang, bayangan-bayangan saat aku dan Jimin berenang bersama disana seolah muncul dengan samar-samar lalu perlahan menghilang oleh angin yang berhembus.

Aku menghela napasku, berusaha menahan sesuatu yang ingin keluar. Bahkan untuk menangis saja aku sudah bosan, tiga hari pertama Jimin pergi aku memang tidak berhenti menangis, tapi untuk dua hari terakhir ini, aku berusaha untuk tidak lagi menangis. Aku mencoba berpikir postif, aku berusaha menanamkan pikiran bahwa Jimin akan kembali dengan selamat.

Sangat sulit hanya untuk meyakinkan diriku sendiri, tapi aku sedang berusaha untuk hal itu.

Ada sedikit penyesalan di hatiku saat Jimin akan berangkat kemarin, aku memintanya untuk berangkat dini hari saat aku tertidur agar aku tidak menangis lagi saat ia berangkat. Jimin menurutinya dan berangkat saat aku tertidur.

Pagi harinya saat aku terbangun, tangisan semakin menjadi. Menyesal karena tidak memeluknya lebih lama, menyesal karena tidak melihat wajahnya untuk setidaknya menciumnya.

Hanya itu yang ku sesali beberapa akhir terakhir ini. Bahkan untuk sekarang saja aku tidak mendapatkan kabar apapun darinya, Taehyung juga tidak memberitahuku apapun dan hanya mengatakan jika Jimin baik-baik saja disana. Aku mengiyakan saja meskipun aku tahu itu adalah suruhan Jimin.

Aku benar-benar berharap jika Jimin baik-baik saja disana, Min Yoongi itu— jika saja aku mempunyai kekuatan super, mungkin aku sudah menewaskannya hingga merata dengan tanah.

Berpikir tentang kekuatan super, kepalaku tiba-tiba saja mengarah pada kandang Jennifer yang berada di sisi kolam renang. Aku sedikit terkejut karena kera itu yang ternyata juga sedang menatapku dengan terduduk sambil dengan tangannya yang menggenggam bongkahan kayu besar. Taehyung pasti yang memberikan bongkahan kayu itu untuk menjadikannya mainan.

Mataku dan mata coklat Jennifer bertemu. Aneh sekali, kenapa aku merasa jika Jennifer sedang benar-benar menatapku. Kera itu bahkan hanya terduduk kaku dengan kepalanya yang mengikuti tubuhku, matanya sesekali mengedip.

Aku semakin mengerutkan keningku, merasa ada yang aneh dengan kera dewasa itu. Perlahan aku mengangkat kakiku dari dalam kolam renang lalu beranjak berdiri. Kakiku melangkah semakin mendekat dengan kandang Jennifer.

"Kenapa menatapku seperti itu?" tanyaku padanya saat aku sudah sampai di depan kandangnya, tubuh besar Jennifer hampir mengisi seluruh kandangnya. "Apa yang ingin kau katakan padaku?" tanyaku lagi padanya yang mungkin aku akan menjadi gila karena berbicara pada kera.

Tiba-tiba saja tangan berbulu Jennifer mencengkram jeruji-jeruji kandang dan bergerak dengan heboh. Menarik jeruji itu seolah ingin melepaskannya. Aku terlonjak terkejut, kakiku melangkah mundur beberapa langkah.

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang