\49\

7.1K 1.2K 373
                                    

Tanganku bergetar bukan main saat di hadapkan oleh Yoongi yang berada di hadapanku sekarang. Kepalaku menunduk untuk menatap kedua tanganku yang saling bertautan di atas pahaku.

"Kau pasti mengenalku." Ujarnya dengan suara yang dingin, entah intonasi suaranya yang dingin itu memang bawaannya sejak lahir atau memang ia sengaja memakainya di hadapanku, tapi hal itu benar-benar membuatku ngeri dan takut sendiri.

Perlahan kepalaku mengangguk dengan kaku, "Aku tahu kau." Balasku dengan suara yang sangat kecil, hampir seperti cicitan. Sial, aku benar-benar takut dengannya, tidak bisakah Yuri saja yang sekarang menggantikan posisiku.

Aku bisa mendengar Yoongi berdecak dengan kencang. "Tatap aku jika berbicara, Kang Yena."

Rasanya seluruh darahku berdesir bukan main saat Yoongi menyebut namaku dengan suaranya itu. Kenapa sangat sulit baginya untuk menghangat sedikit saja padaku? Tidakkah laki-laki itu sadar jika aku sedang sangat ketakutan sekarang?

Perlahan kepalaku terangkat dengan kaku, tanganku semakin mengepal dan jantungku semakin berdetak dengan kencang saat mataku dan matanya bertemu dan saling mengadu.

Sekarang aku tahu kenapa Jimin sangat begitu menyuruhku untuk menghindari Yoongi, laki-laki ini mempunyai aura yang sangat menyeramkan dan mematikan. Sekarang aku tahu kenapa Yoongi di juluki mafia nomor satu di Korea. Ia benar-benar mematikan hanya dengan mata dan wajahnya itu.

"Ke pangkuanku sekarang."

Mataku seketika membelak. "A-apa?" seruku seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar dengan telingaku sendiri. Yoongi diam dan raut wajahnya tiba-tiba saja mengeras. Hal itu membuatku menggigit bibirku sendiri, berusaha menahan rasa gugupku. "T-tidak mau!" seruku dengan suara yang gemetar.

Tatapan kami semakin mengadu satu sama lain, aku yang sudah tidak kuat untuk menatapnya lagi akhirnya mengalihkan kepalaku untuk menatap ke arah lainnya.

Yoongi belum juga berbicara dan tatapannya semakin tajam ke arahku. Ia seperti sedang sangat kesal karena kemauannya ku tolak dengan mentah-mentah, dan aku tahu laki-laki seperti Yoongi membenci saat ada seseorang yang menolaknya. Seluruh mafia yang sudah pernah ku hadapi mempunyai kesamaan seperti itu. Seperti Jimin dan Seokjin.

"Kau ingin aku memakai kekerasan padamu?" ujarnya lagi yang kembali membuat darahku berdesir. Kenapa Yoongi tidak bisa mengatakan hal-hal yang membuatku tidak cemas sekali saja? Kenapa ia selalu mengatakan hal-hal yang sangat menakutkan bagiku? "Kang Yena, ini peringat pertamamu."

Aku masih tetap diam di tempatku dan tidak beranjak. Aku benar-benar tidak mempunyai keinginan sedikit pun untuk beranjak dari tempatku sekarang dan untuk duduk ke pangkuannya. Yang benar saja, ini bahkan pertama kalinya kita berbicara dan ia sudah memintaku untuk menuruti semua keinginanya yang tidak masuk akal? Memangnya dia itu Jiminku?

Tiba-tiba saja Yoongi berdiri dan mencondongkan tubuhnya hingga wajahnya berada tepat di hadapan wajahku sekarang. Mataku membelak dan belum sempat aku menghindar, tangannya sudah mencengkram daguku agar aku menatapnya.

Tangannya begitu dingin dan matanya begitu tajam sampai rasanya aku terhipnotis dan membuat tubuhku kaku. "Jangan berusaha untuk menghindariku, kau tidak tahu apa yang akan kau dapatkan jika menghindariku dan kabur dariku, Yena. Apa kau pikir Jimin bisa menyelamatkanmu saat kau sedang bersamaku sekarang?" ia terkekeh pelan. "Bahkan ketiga pelindungmu itu sudah mati dan meninggalkanmu, apa lagi yang kau harapkan?"

Seketika mataku memanas, seluruh tubuhku bergetar hebat saat Yoongi mengatakan hal itu. Aku tidak ingin mempercayai omongannya, tapi laki-laki itu terlihat sangat sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang