\27\

21.8K 1.9K 511
                                    

YenaPOV

Aku membuka mataku dan langsung merasakan denyutan hebat di kepalaku. Berapa lama aku tertidur? Rasanya sangat lama sekali.

Saat aku mencoba menggerakkan tubuhku, tidak ada lagi rasa sakit atau nyeri. Sepertinya aku benar-benar tidur begitu lama. Tubuhku yang berada di bawah selimut sudah terbalut dengan sweater hitam besar. Pasti Jimin yang memakaikannya.

Denyutan itu masih terasa di kepalaku, tanganku perlahan menyentuh keningku dan berniat untuk memijatnya tapi tanganku malah bertemu dengan kain yang tertempel di keningku. Aku mengambil kain itu, kain ini sudah kering. Pasti sudah lama tertempel disana.

Aku meletakkan kain kering itu di meja sisi ranjang yang juga ada baskom besi berisi air.

Tanganku menyingkirkan selimut yang membalut tubuhku lalu beranjak duduk di sisi ranjang, aku melirik Jimin yang masih tertidur di ranjang. Alisnya mengerut, sepertinya dia tidur sangat larut. Kantung matanya sedikit terlihat yang menandakan ia sangat jarang  tidur.

Biasanya Jimin akan langsung terbangun ketika ada gerakan sedikit saja, tapi kali ini dia terlihat sangat pulas.

Aku membiarkannya dan beranjak berdiri, meskipun kepalaku masih sedikit berdenyut dan pandanganku kabur saat aku tiba-tiba berdiri. Tapi setelahnya kembali seperti biasa. Aku berjalan keluar kamar.

Perutku benar-benar sudah berteriak kelaparan, sudah berapa hari aku tidak makan? Lagi pula seingatku, terakhir aku makan adalah sebelum Seokjin sialan itu menculikku.

Saat aku sampai di ruang tengah, aku langsung mendapati Taehyung yang sedang menunduk mematikan kompor. Dan kompor itu langsung mati tanpa drama apapun.

Senyumku mengembang, sepertinya Taehyung sudah unggul untuk mematikan kompornya. "Whoa..., Taehyung-ku sudah pandai mematikan kompor."

Seolah terkena aliran listrik, tubuh Taehyung tiba-tiba saja menegang. Ia menegakkan tubuhnya dan berbalik dengan gerakan pelan. Saat tatapan kami bertemu, tubuh Taehyung kembali menegang dan dia seperti menahan napasnya.

Tangannya menunjukku. "K-kau, Yena?" ujarnya dengan tergagap.

Alisku langsung berkerut, ada apa dengannya? Kakiku melangkah maju tapi Taehyung malah memundurkan tubuhnya. Aku menghela napas, "Aku Yena, Kang Yena. Ada apa denganmu?!" balasku sedikit meninggikan suara karena kesal.

Aku tahu Taehyung memang sedikit idiot, tapi aku tidak pernah menyangka jika dia se-idiot ini.                                                                                                     

"Sungguh, Yena? Kang Yena?"

Aku memutar kedua bola mataku, mulai malas menanggapinya. Atau jangan-jangan, Taehyung memang sedang mengerjaiku?

Saat aku ingin memutar tubuhku untuk kembali ke kamar, tapi tiba-tiba saja laki-laki itu melangkahkan kakinya dengan cepat dan langsung memelukku erat.

Sangat erat sampai aku yakin jika tubuhku akan menjadi gepeng. Bahkan aku bisa merasakan kakiku yang sudah tidak bertapak pada lantai sekarang karena Taehyung yang memelukku dengan erat sampai tanpa sadar ia mengangkatku yang memang hanya sebatas dadanya saja.

"Taehyung! Oh astaga— aku tidak bisa bernapas, bodoh! Lepaskan!"

Bukannya melepaskan, Taehyung malah mengangkatku pada meja makan sampai aku duduk di situ. Dan dia langsung memajukan kepalanya hingga aku refleks menutup mataku. Tapi dia tidak melakukan apapun dan aku kembali membuka mataku dengan pelan.

Jarak wajah kita hanya sekitar lima cm dan Taehyung benar-benar hanya menatapku dengan matanya yang membelak itu. "T-taehyung, apa yang kau lakukan?" ujarku gugup, sedikit mendorong pundaknya agar menjauhkan wajahnya.

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang