\16\

21.1K 1.9K 321
                                    

AuthorPOV

Seokjin membanting pistolnya pada lantai ruangan. "Sialan!" umpatnya kesal. Ia memegang kuat lemari di depannya sambil dengan memandang wajahnya yang berada di cermin.

Wajahnya yang tampan itu harus mengalami luka lebam di pipinya, belum lagi sudut bibirnya yang sobek.

"Park Jimin sialan, beraninya dia merusak wajah tampanku!"  teriaknya memenuhi sudut-sudut ruangan.

Pintu tiba-tiba saja terbuka menampilkan Namjoon yang masuk dengan napas memburu, dahinya berkeringat, dia seperti baru saja berlari berates-ratus kilometer. 

"Hyung kau gila? Kau mendatangi markas mereka sendiri?" Namjoon duduk di sofa ruangan dengan masih menatap Seokjin tak percaya. Ia melipat lengan kemejanya sampai siku, Namjoon baru saja mendapat kabar jika Seokjin mendatangi markas Jimin tadi pagi.

Dan tentu saja hal itu membuatnya syok bukan main, terlebih lagi Seokjin yang tidak memberitahunya dan langsung menyerang tanpa rencana sedikit pun. Hyung-nya ini memang gila.

Seokjin ikut duduk di depan Namjoon dengan menyelonjorkan kakinya pada meja. "Tidak, aku bersama orang-orangku." Jawabnya masih dengan menggerutu kesal. "Aku hampir bisa membawa Kang Yena jika saja Park Jimin sialan itu tidak datang, dan membuat wajah tampanku seperti ini."

Penjelasannya malah membuat Namjoon tertawa. "Aku tidak akan terkejut jika Hyung gagal." Sahutnya yang membuat Seokjin melotot. "Kan sudah kuberitahu jika Park Jimin itu bukan sembarang mafia, aku bahkan bisa menyebutnya jika ia sebanding dengan Min Yoongi."

Seokjin berdecak pelan, ia mengacak rambutnya merasa frustrasi. Gairahnya untuk cepat-cepat mendapatkan gadis itu membuatnya berpikiran pendek, laki-laki itu juga menyadarinya jika tindakannya beberapa jam yang lalu benar-benar bodoh, apalagi yang menjadi tandingannya itu adalah Park Jimin.

Tapi ia benar-benar ingin memiliki gadis itu, gadis yang bernama Kang Yena telah membuatnya tergila-gila. Terlebih lagi saat melihatnya secara langsung, sangat cantik dan mempesona.

"Aku tetap harus memiliki gadis itu."  Serunya kekeh dengan rencananya.

Namjoon mengusap dagunya, berusaha membuat rencana dengan otaknya yang cemerlang itu. "Kita tidak akan bisa mengalahkan Jimin, apalagi laki-laki itu bersama dua temannya yang sama pintarnya."  Ia beranjak berdiri, berjalan mondar-mandir. "Tapi sekarang aku tahu apa yang harus kita lakukan untuk mengalahkannya."

Mata Seokjin membelak, ia menegakkan badannya. "Apa? Apa itu? Aku akan melakukannya!" Serunya antusias.

Sekarang Namjoon menatap Seokjin dalam. "Kita harus bekerja sama dengan Min Yoongi, hanya dia yang bisa menyaingi Jimin." Balasnya tak kalah antusias

Seketika Seokjin menganga lalu menatap Namjoon tak percaya, ia kembali menyenderkan punggungnya pada sofa. "Kau itu gila atau bagaimana?"

"Aku serius Hyung!"

"Baiklah baiklah kau serius! Tapi bagaimana kita bisa mengajak Min Yoongi itu bekerja sama? Dia saja bahkan menjadi buronan nomor satu di Korea, polisi saja tidak bisa menemukannya, lalu dengan apa kau akan menemukannya dan mengajaknya bekerja sama?" Seokjin mengambil napasnya sejenak.

"Apa kau pikir mengajaknya bekerja sama itu sama seperti mengajak direktur perusahaan besar untuk menerima tawaranmu seperti biasanya? Iya kalau Min Yoongi itu menyetujuinya, bagaimana jika malah kita yang akan menjadi korbannya huh?!"

Namjoon sampai memundurkan kepalanya saat Seokjin berbicara. Ia mengedipkan matanya lalu berkacak pinggang, tidak terima jika harus di salahkan."Jika aku serius, itu benar-benar serius Hyung! Lagi pula, kita itu punya Hoseok. Dia kan bisa melacak siapapun."

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang