\22\

18.1K 1.8K 254
                                    

Ini sudah memasuki hari ke lima aku dan Jimin berada di apartemennya yang berada di Kota, dan Jimin sama sekali tidak membiarkanku untuk keluar apartemen atau hanya membuka balkon.

Hal ini membuatku suntuk karena apartemen ini tidak seluas rumah yang berada di hutan. Yang bisa kulakukan disini hanyalah menonton TV dan makan.

Sesekali Jungkook atau Taehyung datang ke apartemen dengan membawa banyak bahan-bahan makanan. Anehnya mereka tidak pernah bersama dan selalu datang sendiri-sendiri.

Dan tentu saja Jimin sudah berkali-kali menyerangku dan melakukan kegiatan favoritnya selama lima hari belakangan ini. Seperti kemarin malam, ia menghajarku habis-habisan hanya karena aku mencuri kesempatan untuk membuka pintu balkon.

Padahal niatku hanya ingin menghirup udara malam, tapi malah kembali berakhir di ranjang dengannya.

Meksipun begitu ada yang aneh dengan Jimin, aku sangat jarang melihatnya tersenyum atau hanya sekedar terlihat biasa. Dia selalu waspada dan sangat frustasi dengan suatu hal yang tidak ku ketahui.

Seperti sekarang ini, aku sedang memakan snack pemberian Jungkook sambil menonton TV dengan kepala Jimin yang berada di pahaku. Sesekali aku menunduk untuk menatapnya yang hanya memejamkan matanya.

Selama lima hari terakhir ini, aku tahu Jimin tidak pernah tidur. Dan baru akan tidur jika aku sudah bangun dan berada di sisinya. Saat aku sudah terlelap setiap malam, ia sibuk di ruang tengah entah melakukan apa. Lalu saat pagi seperti ini, dia akan tidur dan aku harus berada di sisinya saat ia terbangun.

Aku tidak tahu apa yang membuat Jimin seperti ini, sejak ledakan di sungai Han kemarin, Jimin benar-benar seratus kali lipat lebih posesif padaku.

Kepalaku menunduk untuk menatap wajah Jimin yang tertidur di pahaku, tanganku beranjak untuk meluruskan alisnya yang mengerut. Dalam tidur saja ia tidak bisa menyenyakkan mimpinya, apalagi saat bangun nanti.

Aku menghela napas, mengelus rambutnya yang lebat dengan pelan agar ia tidak terbangun. Jika seperti ini aku jadi merindukan saat-saat dimana Jimin menggodaku di rumah, dan juga dengan Jungkook Taehyung.

Mereka semua sangat sibuk, Jimin memang selalu berada di sisiku. Tapi pikirannya selalu terarah pada hal lainnya.

Aku juga merindukan Jennifer, jika Jungkook dan Taehyung tidak juga di rumah, siapa yang memberikan Kera itu makan? Bagaimana jika dia kelaparan?

Aku kembali menghela napas, tanganku terus mengelus rambutnya yang lebat.  "Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku ya?" ujarku monolog mengingat laki-laki bernama Min Suga yang terakhir kali kami temui.

Memang setelah Jimin mengetahui aku bertemu dengan laki-laki itu, ia selalu berbicara untuk tidak berbicara ataupun berinteraksi dengannya. Hampir setiap hari Jimin selalu mengatakannya, menyebutkan ciri-cirinya atau bahkan menyuruhku berlari jika bertemu dengannya.

Jimin pasti menyembunyikan sesuatu tentang laki-laki itu.

"Jujurlah padaku agar aku juga bisa mengerti." Lanjutku masih dengan mengelus rambutnya tapi tiba-tiba saja Jimin bergerak menyamping dan memeluk pinggangku dengan kepalanya yang ia sembunyikan di perutku.

aku terlonjak terkejut.

"Cukup percaya padaku dan turuti aku." Gumamnya tidak jelas tapi aku masih bisa mendengarnya.

Aku sedikit terkejut karena Jimin yang ternyata tidak tidur, apa dia hanya menutup matanya saja dan mendengarkanku?

Lilitan di pinggangku semakin erat. "Aku tidak ingin kehilanganmu, kumohon tetaplah di sisiku, Yena." Aku bisa mendengar suaranya yang lirih, ada nada putus asa di dalamnya.

Rasanya ini bukan Jimin yang kukenal, aku tidak pernah melihatnya seputus asa ini.

Baru saja aku ingin menjawab ucapannya, Jimin beranjak duduk dan langsung memelukku erat. Ia mendorong maju tubuhnya hingga punggungku menyentuh sofa dengan Jimin yang berada di atasku.

Aku membiarkannya dalam posisi seperti ini, posisi seperti ini sangat disukai Jimin.

Kepalanya menceruak masuk ke dalam leherku, dan napasnya berubah teratur. Jimin tertidur? Secepat itu?

Tanganku mengalung pada lehernya, mengelus rambutnya lagi dan sesekali membenarkan posisi kepala Jimin yang berada di leherku.

Kenapa perasaanku jadi tidak enak seperti ini? sepertinya aku benar-benar sudah menyayangi laki-laki ini.

Tubuh Jimin jauh lebih berat dariku, jika seperti ini aku bisa saja tidak bisa bernapas jika terus menumpu tubuhnya dalam waktu lama.             

Bel apartemen berbunyi, aku mengerutkan keningku. Apa itu Taehyung? tapi kenapa sepagi ini?

Bel terus saja berbunyi, aku memilih untuk melepaskan dekapan Jimin dengan pelan agar dia tidak terbangun.

Jimin sepertinya benar-benar lelah, dia bahkan tidak terbangun saat aku beranjak. Dengan sangat pelan aku meletakkan kepala Jimin pada bantal sofa.

Saat ku yakini Jimin benar-benar sudah tertidur, aku berjalan ke arah pintu apartemen.

Aku benar-benar benci saat aku tidak bisa melihat ke arah depan pintu dengan lubang kecil yang berada di pintu apartemen, meskipun dengan berjinjit pun ujung kepalaku bahkan tidak sampai pada lubang itu.

"Siapa?" tanyaku dengan nada pelan, aku menatap Jimin was-was berharap agar ia tidak terbangun.

Tidak ada balasan dari luar, hening beberapa menit sampai pintu kembali di ketuk dari luar. Aku menggeram, apa ini Taehyung? dia mempermainkanku?

Aku memutar kunci dan langsung membuka pintu, "Taehyung kau—"

Mataku membelak, mulutku tertutup rapat. Dia bukan Taehyung, dia—

"Halo cantik, kita bertemu lagi."

Aku belum sempat untuk berteriak dan menendangnya saat tangannya dengan cepat menutup hidung dan mulutku memakai sapu tangan yang sangat wangi.

Kakiku mencoba menghentak dengan cepat sebelum kesadaranku mulai menurun dan pandanganku menggelap hingga akhirnya aku sudah tidak sadarkan diri.                        

••

jadi... ada yg bisa nebak itu siapaa??

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang