\10\ : Jeon Jungkook

21.1K 2K 171
                                    

AuthorPOV

"Wow, bagaimana bisa mereka mendapatkan perempuan cantik ini? Dia juga terlihat sangat kecil." Ujar laki-laki dengan wajah yang tampan dan berbahu lebar itu.

Namjoon yang melihat itu langsung memutar kedua bola matanya. "Bukankah semua perempuan yang Hyung lihat akan Hyung katakan cantik?" Balasnya malas menatap Hyung nya itu yang sedang berdiri didepan mading target.

Laki-laki itu, Seokjin. Langsung mendenguskan nafasnya kasar. "Tidak semuanya kau tau, aku hanya akan mengatakan perempuan cantik jika mereka benar-benar cantik." Sautnya tak terima lalu kembali menatap mading itu.

"Ngomong-ngomong bagaimana keadaan markas kita yang berada di Seoul?" Tanya Seokjin yang sekarang berjalan kearah Namjoon. "Kudengar Jimin mengobrak-abriknya."

Namjoon mengangguk. "Memang benar, tapi dia kalah cepat denganku. Aku sudah mengetahuinya jika dia akan mendatangi markas."

"Lalu bagaimana dengan gadis itu? Apa hubungannya gadis itu dengan Jimin?"

Namjoon menyeringai. "Kurasa Jimin sangat membutuhkan gadis itu untuk sesuatu, dia mengurungnya dirumahnya yang berada ditengah hutan."

"Mengurungnya? Untuk apa?"

"Kita akan tau itu nanti, dan Hyung yang akan mengetahuinya pertama. Bukankah Hyung tertarik dengannya?"

••

YenaPOV

Aku sedang mengeringkan rambutku dengan handuk saat tiba-tiba pintu kamar terbuka.

Aku mengalihkan tatapanku pada pintu, Jimin masuk dengan tangannya yang lagi-lagi berlumuran darah.

"Aku benar-benar penasaran apa yang kau maksud dengan bekerja." Ujarku lalu meletakkan handuk itu.

"Kukira kau akan keluar kamar, padahal aku sangat ingin menghukummu sekarang." Balasnya menghiraukan ucapanku.

Jimin meletakkan pistolnya dimeja sisi ranjang lalu berjalan kearahku.

Aku memundurkan langkahku sambil dengan melayangkan tatapan mautku padanya. "Aku tidak keluar kamar, Jim!"

Dengan cepat Jimin menarik tanganku lalu memelukku. Melilitkan tangannya yang kekar disekitar tubuhku.

"Kau baru mandi? Kenapa tidak menungguku dulu?" Kepalanya mulai masuk kedalam leherku dan menghirup udara disana.

Kepalanya bermain dengan rambutku yang masih basah.

"Jimin kau bau darah!" Ujarku mencoba mendorong tubuhnya yang mendekapku erat.

"Kang Yena..."

Dia mulai berbisik ditelingaku, aku tau jika seperti ini dia pasti ingin 'bermain denganku.

"Jimin jika kau seperti ini aku tidak akan menurutimu lagi!" Lanjutku menekan.

Aku tidak keluar kamar dan menuruti kemauannya agar dia tidak menghabisiku lagi, tapi kenapa malah dia yang memakan omongannya sendiri?

Jimin melepaskanku lalu mencium bibirku sekilas. "Kalau begitu buatkan aku makanan, aku lapar."

Aku mengangguk malas, lebih baik membuatkannya makanan dari pada harus berakhir dimakan olehnya diranjang.

Aku berjalan keluar kamar, aku memang tidak keluar kamar saat Jimin menyuruhku untuk tetap dikamar.

Taehyung juga tidak mengajakku keluar saat bersamaku tadi.

Kita tidak berbicara apapun setelah dia mengatakan jika aku 'pilih kasih padanya.

Aku mengerti maksudnya, tapi kenapa dia mengatakan hal itu? Semakin hari laki-laki itu semakin aneh saja.

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang