Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar.
Mereka semua ternyata bermain di belakangku sejak dulu, Jimin baru saja mengungkapkan semuanya. Ia mengatakan jika Yuri memang di jadikan pengawas oleh mereka untuk memberitahu dimana posisiku sebelum Jimin berhasil menculikku.
Hal yang sangat ku kagetkan adalah saat mengetahui jika Yuri adalah adik kandung dari Taehyung. Aku dan Yuri memang sangat dekat, kita bahkan bersahabat sejak kuliah semester terakhir dan bekerja di kantor Ayah bersama.
Meskipun begitu, Yuri memang tidak pernah memberitahu asal usul keluarganya. Kita bersahabat begitu saja, bahkan aku baru menyadari jika Yuri tidak pernah membawamu ke rumahnya.
"Jadi seperti itu," Jimin menyudahi ceritanya, tangannya semakin merangkulku erat di sekitar bahuku. Dia benar-benar serius untuk tidak memperbolehkanku dekat dengan Taehyung. "kau sudah mengerti bukan?" lanjutnya mencium sekilas pipiku.
Yuri dan Taehyung yang duduk di sofa depanku hanya bisa menatap kami dengan tatapan tak percayanya. Sementara aku, yang berada di rangkulan Jimin masih belum bisa mencerna seluruh ceritanya.
Aku tidak pernah menyangka dengan ini.
"Sudah-sudah, Yena sudah mengerti. Sekarang aku yang ingin kau bercerita padamu, Jim." Sahut Yuri menuntut, Jimin yang berada di sampingku memutar kedua bola matanya malas.
"Apa? Apa lagi yang ingin kau ketahui? Tentang Jungkook?"
Aku mengerutkan alisku, "Jungkook?" tanyaku tak mengerti. Jimin lagi-lagi mencium pipiku, seperti dia memang berniat memanasi Taehyung. Lihat saja sekarang Taehyung sudah memasang raut wajah kesalnya dengan seluruh wajahnya yang memerah.
Aku tidak ingin tertawa, tapi dia benar-benar terlihat menggemaskan.
"Jungkook menyukai Yuri, mereka saling menyukai, tapi tetap saja mereka itu masih bocah dan canggung."
Yuri berdecak kencang dan melempar Jimin memakai bantal sofa. "Diam kau berengsek," hujatnya kejam. "ini bukan tentang Jungkook. Tapi tentang Min Yoongi." Yuri memunculkan senyum miringnya. "kau pasti tahu jika akhir-akhir ini dia kembali muncul, bukan?"
Saat Yuri menyebut nama 'Yoongi, rangkulan Jimin di bahuku semakin posesif. Telinganya tiba-tiba saja menjadi merah, bahkan tangannya beralih menarik pinggangku dan memerasnya.
"Kenapa? Dia juga meledakkan persembunyianmu?" balas Jimin dingin, tapi aku bisa mendengar nada kekhawatirannya.
Meledakkan? Apa kedai kemarin itu juga di ledakkan oleh laki-laki bernama Yoongi itu?
Yuri mengangguk, "Aku sudah menduga kau mengetahuinya, lalu bagaimana? Kau akan tetap menghindarinya dan tidak ingin melawan?"
Jimin tidak menjawab dan tetap diam, dia sepertinya memikirkan sesuatu untuk menjawab pertanyaan Yuri. Aku mendangak untuk menatapnya. "Ada apa dengan Min Yoongi?" tanyaku penasaran, aku sudah menduga jika laki-laki kulit pucat itu adalah yang di maksud mereka.
"Bukan apa-apa," Jimin menjawabku dengan lengan berototnya yang semakin mendekap pinggangku. "kau hanya perlu di sisiku dan mendengarkan perintahku." Lanjutnya mutlak.
Aku hanya bisa mendengus kencang. Selalu saja begitu, kenapa hanya aku yang tidak mengetahui semuanya? Bahkan Jimin tidak memberitahuku apapun dan membiarkanku untuk hanya mematuhi perintahnya.
Sekarang Jimin kembali menatap Yuri, tatapannya terlihat tajam dan serius. "selagi dia belum melakukan sesuatu yang berbahaya, kita cukup diam saja."
Setelah Jimin mengatakan itu, tawa Yuri tiba-tiba saja menggelegar di setiap sudut ruangan. Hal itu tentu saja membuatku, Jimin dan juga Taehyung tak mengerti. Ia terus tertawa beberapa saat sampai Yuri berhenti dan menyeka matanya yang berair.
"Astaga Park Jimin, apa katamu tadi? Diam saja?" gadis itu kembali tertawa lalu menggeleng. "Wah— aku tidak pernah mendengar kata-kata itu dari seorang Jimin, bukankah laki-laki yang bernama Park Jimin itu tidak pernah diam saja saat ada yang menganggunya?"
Yuri melirikku sebentar. "Apalagi dia mengincar Yena, memangnya kau ingin Yoongi mengambil perempuan kesayanganmu itu darimu?"
Aku merintih pelan ketika Jimin meremas pinggulku dan semakin merapatkan tubuhnya denganku. Telinganya memerah sekarang, sial, tidak bisakah Yuri tidak mengatakan sesuatu yang akan membuat Jimin kembali menghabisiku nanti?
"Jangan bilang jika kau—" Yuri menyipitkan matanya. "kau takut dengan Min Yoongi?!"
Sungguh, aku tidak tahu jika Yuri secerewet ini. Dia memang banyak bicara, tapi dia selalu menunjukkan bakat bicaranya itu jika kita ada di hadapan klien, dia terlalu banyak bicara di depan Jimin. Jika saja Yuri berbentuk laki-laki, mungkin Jimin sudah menghabisinya sejak tadi.
"Aku hanya tidak ingin sesuatu buruk terjadi, apa kau pikir Min Yoongi itu mafia biasa seperti kelompok Seokjin?" balas Jimin berusaha untuk menjaga nada bicaranya tidak meninggi.
"Apa kau tidak sadar jika secara tidak langsung kau mengatakan jika kelompokmu sebanding dan setara dengan kelompok Seokjin?!" Yuri emosi, matanya melotot pada Jimin. "Astaga, aku tidak menyangka jika kau merendahkan kelompokmu sendiri dengan Min Yoongi!" tangannya terlipat, Yuri terlihat seperti sedang mengomeli anaknya yang baru saja mendapatkan nilai di bawah rata-rata. "Hey! Kalian itu tiga orang laki-laki dengan tubuh yang bagus dan otak yang cerdas. Sementara Min Yoongi hanya seorang diri!"
Jimin balas melotot, "Dia memang seorang diri, tapi kau tahu jika dia mempunyai banyak koneksi dan selundupan senjata!"
"Itu tidak berpengaruh pada—"
"Sangat berpengaruh, dasar perempuan gila!"
Yuri mengedipkan matanya beberapa kali, raut wajahnya terlihat syok. "A-apa?! Kau barusan mengataiku apa?!"
"Kau memang perempuan gila yang selalu tidak memikirkan akibatnya!" Sulut Jimin emosi.
"Jika kau sebut aku gila, lalu kau apa hah?! laki-laki psikopat yang mesum dan pedofil?!"
"Beraninya kau—"
Taehyung tiba-tiba saja menggebrak meja membuat aku, Jimin dan Yuri terlonjak terkejut. Perhatian kami langsung teralih pada Taehyung sepenuhnya.
Laki-laki itu menghela napasnya lalu menatap kami bergantian. "Berhentilah berdebat." Ujarnya sabar dan beralih pada Yuri. "Katakan saja apa yang kau inginkan."
Yuri mendengus kesal lalu menatap Jimin. "Aku ingin menangkap Yoongi."
"Dasar wanita sinting." Celetuk Jimin langsung yang membuat Yuri seketika melayangkan tatapan mautnya.
"Aku serius!" geramnya. "aku punya rencana besar yang akan kuyakini berhasil seratus persen."
Jimin dan Taehyung mengangkat alisnya, "Rencana apa?" tanya Taehyung penasaran. Jika dilihat seperti ini, sepertinya Jimin dan Taehyung memang mempercayai setiap rencana Yuri. Mereka terlihat sangat excited saat Yuri mengatakannya.
Namun, tiba-tiba saja Yuri menatapku. "Kita gunakan Yena."
tbc,
selamat berpuasa🙌💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Preplexity
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI SHOPEE] Park Jimin, laki-laki yang kukenal dengan ketampanan nya dan sifatnya yang hangat. namun dia mempunyai sisi gelap yang tidak kuketahui.