Jimin mengajakku ke kota, rumahnya benar-benar berada didalam hutan.
Perjalan ke kota saja butuh waktu 3 jam, dan sepanjang perjalanan aku terus melihat keluar jendela takut tiba-tiba saja ada hewan buas yang menerjang mobil kami.
Beruntung kemarin aku tidak jadi kabur dari rumah itu, bisa-bisa aku menjadi tarzan dan tidak akan bisa keluar dari hutan lebat ini.
Jalan yang Jimin lewati juga tidak terbuat dari aspal, ini adalah hutan belantara dengan hanya jalan setapak yang bisa dilewati satu mobil. Kanan dan kiri hanya ada pohon-pohon lebat.
Berapa lama mereka membuat jalanan ini? Pasti membutuhkan waktu lama untuk mencari jalan kearah rumah mereka dan menebangi beberapa pohon.
Lagi pula bagaimana cara mereka membangun rumah sebesar itu didalam hutan yang lebat seperti ini? Rumah mereka juga terlihat sangat mewah dan seperti rumah-rumah besar yang berada dikota. Apa mereka membawa rumah itu memakai helikopter dan menaruhnya didalam hutan?
Mobil Jeep Jimin terus berjalan melewati pohon-pohon yang rindang, aku terus mengawasi sekitar. Entah kenapa tapi aku merasa mobil kita sedang diawasi oleh sesuatu.
Bukan, bukan makhluk halus atau hewan buas. Mana mungkin ada hantu disiang bolong seperti ini?
"Apa kau sedang merancang rencana untuk kabur saat dikota nanti?" Ucapan Jimin membuatku beralih menatapnya. Aku menatapnya lama lalu mengedipkan mataku 3 kali.
"Bagaimana cara kalian untuk membangun rumah didalam hutan?" Balasku mengabaikan ucapannya. Aku benar-benar penasaran sekarang.
Semua tentangnya benar-benar misterius.
"Lalu bagaimana dengan apartemenmu yang berada dikota? Itu milikmu kan? Apa apartemenmu yang berada dikota itu salah satu properti untuk rencanamu menculikku?"
Jimin mengangkat alisnya lalu menatapku dengan raut wajah terkejut. "Wow, kau baru menyadarinya? Kukira kau sudah curiga saat pertama kali aku membawamu ke apartemenku."
Aku mendengus lalu memutar kedua bola mataku, Jimin memang pernah mengajakku untuk keapartemennya yang berada dikota. Dan entah kenapa aku tidak curiga padanya sedikitpun.
Ketampanannya dan sifatnya yang hangat saat itu membuatku tidak dapat berpikir apapun kecuali tentangnya. Padahal saat itu banyak hal-hal mencurigakan yang terlihat namun aku benar-benar tidak menyadarinya.
Bodoh, Kang Yena bodoh hanya karena laki-laki tampan.
"Sebenarnya apa motifmu menculikku? Hanya untuk memperkosaku dan mengancam Appa-ku?"
Jimin terkekeh pelan. "Memperkosa? Lalu semalam kau malah meminta lebih padaku dan menikmati permainanku? Bukankah itu lebih pantas disebut bercinta?"
Pipiku memanas, kenapa diaharus membicarakan topik itu?
Aku balas menatapnya menantang, mataku melotot padanya namun pipiku masih memerah. "Tidak! Siapa bilang aku menikmati permainanmu itu? Kau bahkan bermain kasar dan brutal, dan seseorang mengatakan 'Aku tau ini yang pertama untukmu, aku akan bermain lembut' HAH bermain lembut saja sana dengan kera yang dipelihara Jungkook."
Jimin tertawa kencang, "Kalau begitu kau ingin aku bermain lembut? Baiklah kalau begitu, bagaimana jika nanti malam?"
"YA!" Teriakku memukul lengannya yang ternyata sangat keras. Jika begini lenganku yang menjadi sakit karena berhantaman dengan ototnya itu.
Aku beralih menatap keluar jendela, pipiku benar-benar memerah sekarang. Park Jimin pervert! Aku sangat membencinya.
Mobil Jeep Jimin mulai memasuki kota, aku menatap gedung-gedung tinggi yang berada disetiap sisi jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preplexity
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI SHOPEE] Park Jimin, laki-laki yang kukenal dengan ketampanan nya dan sifatnya yang hangat. namun dia mempunyai sisi gelap yang tidak kuketahui.