\8\

23K 2.1K 171
                                    

AuthorPOV

"Lagi pula kemana Hyung membawa Yena Noona? Sudah tau Jimin Hyung sangat sensitiv jika menyangkut gadis itu." Ujar Jungkook melempar kain basah pada Taehyung.

Taehyung dengan cepat menangkap kain basah yang diberikan Jungkook lalu menekannya pada luka memar yang berada di wajahnya. "Aku hanya bosan dirumah, dari pada meninggalkan Yena dirumah sendiri bukankah lebih baik jika aku membawanya keluar?"

"Tapi tetap saja itu berbahaya, Hyung tau sendiri sekarang rumah kita sedang diawasi."

Taehyung meringis saat kain itu menyentuh memarnya. "Tapi apa dia harus memukulku seperti ini? Terakhir kali Jimin memukulku sudah 3 tahun lalu saat aku tidak sengaja merusak barangnya yang berada diruangan bawah tanah."

Jungkook menghela nafas panjang lalu menyenderkan punggungnya pada sofa.

"Ngomong-ngomong bagaimana pekerjaan kalian tadi? Berjalan lancar?" Tanya Taehyung penasaran.

Jungkook mengacak rambutnya lalu kembali menghela nafas panjang. "Aku dan Jimin Hyung memang sudah berhasil memasuki markasnya. Tapi tidak ada siapapun disana, sepertinya mereka sudah mengetahui jika aku dan Jimin Hyung akan menyerang markasnya. Dan juga—"

Alis Taehyung berkerut penasaran saat Jungkook menggantung kalimatnya.

"Mereka menargetkan Yena Noona."

Mata Taehyung seketika membulat sempurna. Kain yang ia letakkan dipipinya terjatuh. "Apa? Bagaimana bisa?"

"Aku juga tidak tau, saat kami memasuki markas mereka. Foto Yena Noona tertempel di mading target mereka. Dan saat itu juga Jimin Hyung langsung keluar dari markas dan kembali kerumah. Dia benar-benar marah saat Hyung mengajaknya keluar rumah dan pasti sangat membuatnya emosi saat tau kalian dikepung."

Taehyung mengacak rambutnya frustasi, kenapa semuanya menjadi semakin rumit?

••

YenaPOV

Aku merasa ada tangan yang menepuk pipiku, namun aku terlalu malas untuk membuka mataku. Rasanya aku baru saja tidur 2 jam yang lalu.

"Kang Yena bangun."

Aku mendengus kesal lalu sedikit menggeser tubuhku. Suara Bastard itu, benar-benar kesal jika harus mendengarnya.

Tiba-tiba pinggangku ditarik hingga aku bisa merasakan kulitku yang bersentuhan langsung dengan tubuhnya yang berotot dan keras.

"Bangun sekarang atau aku akan menambah hukumanmu pagi ini."

Seketika Aku langsung membuka mataku dan menatap laki-laki yang berada didepanku kesal. Dia slalu saja mengancamku. "Apa?"

"Kemana Taehyung mengajakmu kemarin?" Ujarnya dengan masih suara dingin. Kukira sikapnya yang dingin dan tajam sejak kemarin itu akan berubah saat dia berhasil mendapatkan kepuasannya.

"Hanya berjalan-jalan."

Tangannya perlahan mengangkat daguku hingga mataku langsung bertatapan langsung dengan matanya. "Kau hanya boleh keluar rumah ini jika bersamaku, Yena. Bukankah kesepakatan kita seperti itu?"

"Tidak, kesepakatanmu hanya aku tinggal dirumah ini dan tidak ada larangan jika aku keluar dengan Taehyung."

Rahangnya mengeras, dia semakin menekan tubuhku pada tubuhnya. Sekarang aku tidak bisa bergerak kemanapun, Jimin mengunci tubuhku hanya dengan lengan berototnya yang menahan pinggangku.

"Aku tidak suka jika kau slalu menentang omonganku. Aku bisa saja melakukan hal fatal padamu."

Tanganku yang berada didadanya mengepal, aku tidak suka dikekang. Apa dia pikir semua perempuan akan takut padanya dan menurut semua omongannya?

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang