Sudah lima hari ini hubunganku dan Taehyung menjadi canggung, kita tidak lagi bermain playstation atau sarapan bersama seperti beberapa hari lalu. Setiap kami berpapasan, aku menghindarinya, Taehyung juga terlihat tidak peduli denganku.
Semua ini karena ucapannya kemarin. Sial, aku benar-benar membenci kata-katanya. Bagaimana bisa dia terus menyuruhku keluar dari markas sementara Jimin saja sudah menjagaku dan mengawasiku dengan ketat?
Aku tahu, meskipun Taehyung berkata aku harus meninggalkan markas ini karena aku selalu dalam bahaya jika bersama mereka, tapi ia pasti tidak akan bisa menyembunyikan rasa panik dan takutnya jika aku benar-benar pergi dari markas ini dan Jimin datang untuk membunuhnya.
Aku mendengus kencang, lagi-lagi merasa bosan karena terus berada di kamar dan menatap keluar jendela. Jika saja Yuri sudah bisa kembali berjalan dengan normal, mungkin aku akan mengajaknya untuk ke hutan dan mencari Jimin. Sayangnya ia masih tidak di perbolehkan keluar kamar oleh Jungkook. Aku jadi curiga jika Jungkook menambah hukumannya. Kasian sekali Yuri...
Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka, aku refleks langsung berbalik dan membelakkan mataku saat Taehyung yang sedang berada disana dengan tangannya yang masih setia menyentuh knop pintu.
Seketika aku memundurkan langkahku saat laki-laki itu sekarang malah berjalan ke arahku dengan raut wajah yang tidak bisa ku mengerti. "A-apa? Kenapa?" ujarku tergagap. Jika seperti ini Taehyung benar-benar menyeramkan.
Baru saja aku ingin berlari memutar kamar untuk menghindarinya, tapi Taehyung lebih dulu mencekal tanganku dan menahannya. Tanpa bicara apapun ia langsung menarikku keluar kamar.
Aku beberapa kali mencoba untuk menepis tangannya dan berakhir Taehyung semakin mencengkram erat tanganku dan menatapku tajam. Aku pasrah, percuma saja aku melawannya, kekuatannya bahkan tidak akan sebanding dengan ibu jariku. Membuang tenagaku saja.
Taehyung berjalan melewati ruang tengah dan menuju ke kolam renang yang berada di halaman belakang. Sepertinya aku mulai tahu tujuan terakhirnya kemana. Dan benar saja seperti dugaanku, laki-laki itu mulai membuka pintu ruang bawah tanah dan menuruni lorong tangga yang gelap.
Saat Taehyung membuka pintu untuk masuk ke dalam ruangan, aku hampir saja terlonjak terkejut saat langsung di hadapkan oleh Seokjin yang terikat tergantung di tempat yang biasanya Jimin gunakan untuk olahraga pull up.
Astaga, wajahnya benar-benar berantakan. Seokjin terlihat sangat amat jauh berbeda dari penampilan yang biasa ia tampilkan. Tangannya tergantung di atas kepalanya, ia berdiri dengan lemas sampai aku yakin jika Seokjin membiarkan kakinya tidak berdaya dan menggantung dirinya sendiri.
Matanya yang sayu dan terlihat lemah mulai menatapku, ia hanya menggerakkan matanya dan tidak mengangkat kepalanya. Bahkan bekas tendangan yang aku berikan di wajahnya masih terlihat jelas.
Sungguh, laki-laki itu seperti gelandangan.
Aku mengedipkan mataku beberapa kali lalu perlahan menatap Taehyung dengan tatapan tidak mengerti. "Kenapa kau membawaku kesini?" itu adalah pertanyaan yang pertama kali kali aku ucapkan setelah lima hari ini sama sekali tidak berbicara dengannya.
Taehyung memutar kedua bola matanya. "Kau bilang ingin mengetahui dimana keberadaan Jimin, coba saja tanyakan dia."
Seketika bola mataku membelak sempurna, seluruh perhatianku langsung teralih sepenuhnya pada Seokjin. Kakiku melangkah untuk mendekatinya beberapa langkah. Rasanya seperti ada harapan baru yang menguasaiku."Dimana Jimin?" tanyaku penuh dengan penegasan.
Aku bisa merasakan Taehyung yang memperhatikanku di belakang dengan melipat kedua tangannya. Sementara Seokjin masih dengan tatapan tidak berdayanya, namun perlahan sudut bibirnya tertarik. Ia terkekeh dengan pelan, meskipun begitu suaranya tetap terdengar mengerikan. Aku sampai meremang saat mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Preplexity
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI SHOPEE] Park Jimin, laki-laki yang kukenal dengan ketampanan nya dan sifatnya yang hangat. namun dia mempunyai sisi gelap yang tidak kuketahui.