\20\

19.1K 1.8K 165
                                    

"Yena?"

Suara Jimin mengalihkanku, aku berbalik lalu menatap dua es krim yang berada di tangannya.

"Kau berbicara dengan siapa tadi?" tanyanya terlihat was-was, aku kembali menatap ke belakang tapi laki-laki itu sudah menghilang entah kemana.

Setelah dia mengatakan tidak sengaja, ia langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi. Aku kembali menatap Jimin lalu menggeleng, "Hanya seseorang yang tidak kukenal." Jawabku berusaha melupakan laki-laki itu meskipun aku merasa ada yang aneh dengannya.

Jimin mengangguk lalu menyodorkanku es krim yang berada di tangannya, "Makanlah ini." ujarnya membuatku langsung mengambil es krim itu dengan antusias.

Senyumku mengembang, "Terimakasih," seruku sambil memakan es krim itu dengan menghilangkan pucuknya langsung.

Aku terus saja asik memakan es krim sampai tidak sadar jika tangan Jimin sudah berada di sudut bibirku, "Makanlah dengan benar dan jangan belepotan, kau membuatku ingin ikut memakan bibirmu sekarang." Ucapnya mengusap bibirku memakai ibu jarinya lalu ia memakan sisa es krim yang berada di ibu jarinya itu.

Seketika pipiku langsung memerah, Jimin yang menyadari itu langsung tertawa dan menarik tanganku untuk keluar kedai.

Saat kami keluar kedai, Jungkook dan Taehyung sudah duduk di atas tikar yang ia letakkan di pinggir sungai Han. Ada makanan-makanan ringan di sekitar mereka.

Tangan Jungkook melambai kearah kami dan Jimin menarikku untuk menghampiri mereka.

Belum sampai aku dan Jimin disana, dari arah belakang kami, terdengar suara ledakan yang sangat keras hingga membuatku dan Jimin langsung berjongkok dan menutup telinga.

Aku masih menutup mataku saat Jimin tiba-tiba saja berdiri dan menarik lenganku untuk berlari berlawanan arah dengan Jungkook dan Taehyung berada.

Suasana pagi yang damai dan tenang berubah ricuh, sesekali kami bertabrakkan dengan orang-orang yang juga berlari berlawanan arah.

Aku baru menyadari jika Jimin tidak membawaku ke arah parkiran mobil, kami berlari menjauhi taman utama sungai Han dan menuju hutan rindang yang berada di Utara sungai Han.

Saat kami benar-benar sudah jauh dari keramaian dan berada di dalam hutan rindang ini, Jimin memberhentikan larinya dan melepaskan tanganku.

Napasnya memburu begitu juga aku, aku membungkuk dengan kedua tanganku yang berada di lutut.

Jimin menyisir rambutnya kebelakang memakai jarinya, mulutnya terbuka mengeluarkan deru napasnya. "Taehyung dan Jungkook sialan, aku sudah menduga hal ini terjadi jika kami di Kota." Ujarnya dingin masih dengan napas memburu.

"Yena kau tak apa?" Jimin memegang pundakku dengan erat, aku menggeleng lemah. Saat aku menegakkan tubuhku dan menatap Jimin.

Aku bisa melihat raut wajahnya yang khawatir sekaligus keras.

"Aku baik-baik saja, tapi bagaimana dengan Taehyung dan Jungkook? mereka tertinggal." Balasku melihat kebelakang tapi hanya pohon-pohon rindang yang kulihat.

Tiba-tiba Jimin membalik kepalaku hingga menatapnya lagi, tangannya memegang daguku dan mengangkatnya hingga aku bisa menatap langsung ke matanya.

"Sekarang kau harus selalu di sisiku dan tidak boleh beranjak kemanapun, kau mengerti?"

Dengan otomatis kepalaku mengangguk kaku, Jimin mengatakan itu dengan serius dan sekarang sepertinya dia sedang sangat waspada.

Jimin menghela napasnya dengan keras. "Aku benar-benar akan membunuh dua bocah itu jika ketemu." Serunya kesal sambil menggenggam tanganku.

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang