AuthorPOV
Taehyung merasa perasaan tidak enak sekarang, apalagi sejak Yena mempergokinya yang hampir berbicara tentang Jimin tadi. Tentang itu Taehyung benar-benar tidak sengaja, memang seharusnya ia tidak berbicara atau menyebut nama Jimin di hadapan gadis itu. Tapi Yena terus saja menganggunya dan Taehyung tahu jika gadis itu tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan jawabannya.
Sekarang ia malah merasa bersalah akan hal itu, ia merasa bersalah dengan Yena karena selalu menghindar jika gadis itu membahas topik itu. Padahal bukankah Yena seharusnya tahu sedikit tentang kabar Jimin? tapi Taehyung juga tidak bisa memberitahunya karena Jimin sendiri yang menyuruhnya untuk tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan Yena yang mengarah padanya.
Taehyung mengacak rambutnya frustasi, ia lalu beranjak dari tempat tidurnya dan keluar kamar. Yena pasti akan marah padanya setelah ini, bahkan gadis itu tidak lagi menggedor pintu kamarnya seperti biasa. Aneh sekali, biasanya Yena selalu menganggunya di kamar tapi untuk kali ini tidak.
Saat Taehyung keluar kamar, tidak ada tanda-tanda Yena yang berada di ruang tengah atau dapur itu. Kepalanya mendangak untuk menatap lantai dua, apa gadis itu sudah tidur? Batinnya penasaran, Taehyung melihat jam yang tertempel di dinding ruang tengah.
Pukul 7 malam, masih terlalu awal untuk tidur. Biasanya Yena akan tidur larut malam karena menonton film favoritnya di TV ruang tengah. Tapi sejak dua jam terakhir ini, Taehyung tidak mendengar pergerakan apapun atau bahkan protesan Yena yang biasanya terdengar sampai kamarnya.
Seolah baru saja terpikirkan, Taehyung baru saja menyadari jika sejak ia berada di dalam kamar, tidak ada tanda-tanda Yena melakukan aktivitas apapun. Apalagi laki-laki itu berada di dalam kamar selama tiga jam lamanya, bukankah seharusnya ia mendengar Yena melakukan aktivitas seperti biasa yang terdengar sampai kamarnya? Tapi kenapa sepi sekali, di markas ini hanya ada dirinya dan Yena.
Semakin tidak enak dengan perasaannya, Taehyung memilih untuk menaiki tangga untuk menuju lantai dua dan melihat kamar Jimin. Saat sampai ia sampai di lantai dua, pintu kamar Jimin tertutup rapat.
Laki-laki itu mengerutkan keningnya, sejak Jimin pergi, jarang sekali pintu itu tertutup. Yena selalu membukanya bahkan sampai gadis itu tertidur, Taehyung yang selalu menutup pintu itu jika Yena sudah tertidur.
Dengan cepat Taehyung berjalan ke arah pintu kamar Jimin dan langsung membukanya. Jantungnya langsung berdetak dengan kencang saat tidak menemukan sosok Yena yang biasanya berada di atas ranjang itu.
Kepanikan Taehyung semakin menjadi saat ia membuka pintu kamar mandi dalam dan kembali tidak menemukan Yena disana.
Ia langsung terpikir untuk menuju ruangan CCTV yang berada di kamar Jungkook. Tidak mungkin jika gadis itu kabur, sangat mustahil baginya untuk menembus atau membobol keamanan pintu dan pagar markas yang mempunyai keamanan tinggi. Kecuali ia tahu jalan keluar rahasia yang berada di— seketika Taehyung menggelengkan kepalanya.
Tidak mungkin jika Yena tahu jalan rahasia yang berada di bawah kandang Jennifer, ia tidak mungkin mengetahuinya. Jimin juga pasti tidak mungkin memberitahukan hal seperti itu pada Yena selama ini.
Taehyung langsung menyalakan komputer milik Jungkook saat ia sampai di kamarnya, laki-laki itu menuju data layar CCTV yang berada di ruang tengah. Ia menempatkan jam saat ia dan Yena terakhir kali berada di ruang tengah itu.
Layar komputer milik Jungkook mulai menampilkan ruang tengah dari atas, memperlihatkan Yena dan Taehyung yang berada di dalam layar dengan Yena yang mencengkram tangannya, lalu Taehyung pergi untuk masuk ke dalam kamarnya dan terlihat Yena yang menendang meja sofa.
Hati Taehyung sedikit teriris saat terlihat Yena yang mengusap matanya dengan lemah, pasti ia kembali teringat dengan Jimin dan membuatnya sesak dan menyakitkan.
Tanpa sadar Taehyung meremas tangannya pada mouse saat terlihat Yena yang mulai berdiri dan berjalan menuju pintu yang menuju ke kolam renang belakang rumah. Taehyung masih terus berpikir positif untuk hal itu, mungkin Yena sedang ingin berada di pinggir kolam seperti biasa.
Taehyung sedikit bernapas dengan lega saat ia memindah layar untuk CCTV yang berada di daerah kolam renang dan melihat Yena yang terduduk di sisi kolam dengan mendangakkan kepalanya.
Namun tiba-tiba saja jantung Taehyung seolah berhenti berdetak saat Yena tiba-tiba saja berdiri menuju kandang Jennifer dan melakukan hal yang sangat ia takutkan selama ini.
...
Yuri yang baru saja sampai di kota itu langsung memutar balik setir mobilnya untuk kembali masuk ke dalam hutan. Ia berdecak kencang saat baru saja mematikan teleponnya dengan Taehyung. Kakaknya itu bodoh atau bagaimana? Kenapa menjaga Yena saja tidak bisa?
Sebetulnya ia sempat bimbang untuk melanjutkan perjalanannya ke Kota untuk menyelamatkan Jimin atau kembali ke markas, tapi karena Taehyung terus memohon padanya untuk kembali ke markas dan mencari Yena. Alhasil ia menuruti permintaan kakaknya itu, lagi pula Jungkook juga masih berada di dalam markas yang berada di Kota untuk memantau Jimin.
Sekarang mobil Jeep berwarna hitam yang di kendarai oleh Yuri itu mulai memasuki kawasan hutan. Sambil dengan menyetir, Yuri berpikir dari mana Yena bisa tahu jalan keluar rahasia yang berada di bawah kandang Jennifer itu. Jimin tidak mungkin memberitahunya, Taehyung pun sangat mustahil. Apakah Jungkook yang menunjukkannya? Tapi untuk apa? Jika benar itu adalah Jungkook yang menunjukkannya pada Yena, kekasihnya itu akan habis oleh Jimin setelah ini.
Yuri berdecak kencang, tidak mungkin, tidak mungkin Jungkook yang memberitahunya. Mungkin saja Yena tidak sengaja menemukannya atau ia sengaja mencoba-coba bagian rumah dan menemukan jalan itu sendiri.
Tapi pintu rahasia itu tidak akan terlihat karena kandang Jennifer menutupinya dengan sempurna. Yena juga tidak akan kuat memindahkan kandang kera betina itu sendirian. Bukankah gadis itu juga tidak terlalu dekat dengan Jennifer? Jennifer juga sangat sulit untuk jinak dengan orang baru.
Beberapa jam kemudian mobil Jeep Yuri sampai di depan gerbang besi markas yang menjulang tinggi. Ia menatap sekitarnya dengan memicingkan matanya, memastikan jika tidak ada hal yang mencurigakan di sekitar markasnya, setelah Yuri yakin tidak ada yang membuatnya curiga, gadis itu lalu turun dari mobil dan berjalan menuju sidik jari yang berada di hadapannya.
Tapi saat ia baru saja ingin membuka gerbang besi itu, dari arah belakangnya Yuri bisa mendengar suara ranting yang patah terinjak. Sontak gadis itu langsung berbalik dan mengeluarkan pistolnya dengan gerakan yang cepat.
Tidak ada siapapun, hanya pohon-pohon besar dan kesunyian yang berada di hadapannya sekarang. Pistolnya masih menyodong ke depan dengan gagah, sebetulnya gadis itu tidak bisa melihat sekitarnya dengan sempurna. Hanya sinar bulan dan lampu dari mobil Jeepnya yang meneranginya sekarang.
"Kau ketahuan, tunjukkan dirimu atau aku akan menembakmu." Ujar Yuri terdengar seperti ancaman. Yuri selalu bangga dengan kemampuannya dalam mendeteksi seseorang yang tidak terlihat oleh pandangannya. Ia memainkan perasaanya dalam melakukan hal itu, sama seperti saat ia melakukannya pada Yoongi beberapa waktu lalu.
Perlahan seseorang mulai muncul dalam kegelapan, sosok laki-laki jangkung yang sangat familiar di mata Yuri itu mulai melangkahkan kakinya.
Tiba-tiba saja matanya membelak sempurna, pistol yang ia todongkan dengan kuat itu langsung terjatuh ke tanah. Jantungnya berdetak dengan kencang dan tubuhnya bergetar dengan hebat saat laki-laki dengan wajah tampan itu mulai menyeringai padanya.
B-bukanlah seharusnya ia sudah mati?!
tbc,
lah kok lah kok, apalagi ini babang tampan?👁👄👁
KAMU SEDANG MEMBACA
Preplexity
Fanfiction[SUDAH DITERBITKAN | TERSEDIA DI SHOPEE] Park Jimin, laki-laki yang kukenal dengan ketampanan nya dan sifatnya yang hangat. namun dia mempunyai sisi gelap yang tidak kuketahui.