\33\

16.4K 1.7K 498
                                    

Dengan sisa tenagaku, aku berlari ke arah Yuri yang sudah beberapa meter berhenti di depanku. Aku langsung saja memegang ujung kaos belakangnya dengan membungkukkan tubuhku, merasakan deru napasku yang tidak teratur.

Sial, aku benar-benar lemah dalam hal berolahraga, di tambah Yuri berlari seperti orang kesetanan. Aku hampir saja kehilangan jejaknya jika tidak benar-benar menguras seluruh tenagaku. Jimin benar, perempuan ini sangat gila.

"Kau— gila hah?! bagaimana bisa kau—" aku menarik napasku, berusaha menormalkan deru napasku yang memburu. "bagaimana bisa kau keluar markas dan—"

"Sstt!" Yuri berbisik dan berbalik menghadapku, meskipun begitu tatapannya mengitar menyapu seluruh pohon di sekitar kami dengan waspada. Aku refleks diam dan ikut menatap sekitar, tubuhku langsung meremang saat menyadari jika kita berada di tengah-tengah hutan belantara yang sangat lebat. Bahkan sepertinya markas sudah sangat jauh dari sini.

Aku bisa melihat Yuri mengambil pistol dari saku celana bagian belakangnya, "Jangan lepas peganganmu." Ujarnya dengan sedikit berbisik lalu menyodongkan pistolnya ke arah depan. Seketika aku langsung mengeratkan peganganku pada kaos bagian belakangnya.

"Yuri— tidak kah kau berpikir untuk kembali saja ke markas? Disini menyeramkan." Bisikku padanya dengan suara yang sedikit bergetar. Aku tidak bisa berbohong jika disini benar-benar menyeramkan.

Meskipun aku tahu saat kembali ke markas nanti, akan lebih menyeramkan berhadapan dengan Jimin, tapi tak apa dari pada aku harus mati disini mengenaskan. "Yuri...," panggilku lagi. "ayo kembali saja." Lanjutku mulai memohon.

Tapi Yuri tetap menajamkan pandangannya pada salah satu pohon besar yang berada di hadapan kami. Ia melangkahkan kakinya ke depan dengan perlahan yang membuatku refleks ikut melangkahkan kakiku mengekornya.

"Min Yoongi," dia berbicara dengan penuh penegasan. "aku menemukanmu, keluar sekarang atau aku akan menembakmu." Lanjutnya dengan menekan pelatuknya. Tanganku semakin mengerat pada kaosnya, bagaimana bisa Yuri menemukannya? Apa laki-laki itu ada di balik pohon besar itu? Tapi bagaimana jika ia salah?

Yuri menggeram pelan saat belum ada pergerakan apapun dari belakang pohon itu. "Aku memperingatimu!" teriaknya gusar. Lalu tanpa ku duga sebelumnya, seorang laki-laki berkulit pucat yang aku temui di kedai eskrim beberapa hari lalu, muncul dengan tawanya yang menggema.

Jantungku berdetak dengan kencang, ia sama persis dengan yang ku lihat dari luar jendela. Senyumnya yang licik di tambah wajahnya dengan bekas luka panjang di antara matanya itu benar-benar membuatku ngeri dan takut sekaligus. Laki-laki itu terlihat sangat berbahaya.

"Wah, tebakanmu benar. Aku sudah menduga kau akan menemukanku dengan otak pintarmu itu, Kim Yuri." Ujarnya dengan suaranya yang berat, tatapannya balas mengarah pada Yuri namun detik selanjutnya ia menatapku, tatapanku otomatis bertemu dengannya. Tanganku langsung saja meremas kaos Yuri dengan kuat saat ia tersenyum licik padaku. Aku menutupi tubuhku di belakang Yuri dengan seluruhnya.

Rasanya tatapanya lebih menyeramkan dari pada tatapan Jimin, kenapa aku selalu dalam posisi seperti ini?

"Kenapa kau disini? Berhenti untuk mengikutiku!" serunya penuh amarah dengan semakin mengeratkan pegangannya pada pistol itu, menyodongkan tepat pada dada Yoongi.

Bukannya menjawab, Yoongi malah melangkahkan kakinya mendekat padaku dan Yuri. Tubuhku otomatis menegang, Yuri malah mengarahkan pistolnya ke atas dan menekan peletuknya hingga terdengar tembakan keras. "Pistol ini berpeluru, aku akan langsung menembakmu jika kau mendekat!" ujarnya lantang.

Tidak ada ketakutan yang bisa ku rasakan dalam tubuh Yuri, ia malah semakin menantang laki-laki yang berada di depannya ini. Sungguh, Yuri benar-benar perempuan gila. Bagaimana bisa ia seberani itu? Kapan aku mempunyai keberanian sepertinya?

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang