\13\

20K 2K 221
                                    

Aku menggerakkan kakiku yang berada di dalam air, menatap ketiga laki-laki tampan itu dari sisi kolam renang.

Mereka sekarang sedang bertanding untuk bisa sampai ujung kolam, aku langsung berteriak heboh saat Jungkook yang lebih dulu sampai.

Sangat jelas sekali jika bocah itu yang akan menang, kenapa dua laki-laki itu tetap saja keras kepala ingin bertanding?

Aku tertawa melihat wajah kesal Taehyung dan Jimin, bertolak belakang dengan Jungkook yang sudah melompat-lompat dan menyipratkan air kolam pada Hyung nya itu.

Jika seperti ini, rasanya benar-benar beruntung bisa bersama dengan mereka. Tidak terlalu buruk untuk menetap disini beberapa saat, untuk sementara ini aku melupakan pintu yang berada dibawah kandang Jennifer. Tapi mungkin suatu saat aku akan membutuhkannya.

Aku beralih menatap kesisiku, mataku menyipit saat melihat pintu bercorak merah yang berada dilorong sisi kandang Jennifer. Entah kenapa pintu itu benar-benar membuatku tertarik sekaligus penasaran.

Aku tau apa yang berada dibalik pintu itu, hanya tangga setapak yang menuju kebawah. Aku sempat mengira itu adalah gudang namun banyak sekali lampu yang menghiasi tangga itu.

Tentu saja aku tau, aku hampir masuk kesana saat berusaha kabur saat itu. Namun aku tidak ingin mengambil resiko saat ternyata ada singa atau binatang buas dibawah sana.

"Kau tidak akan menyangka apa yang berada didalam pintu itu."

Seketika aku langsung mengalihkan kepalaku dan mendapatkan Jimin sudah duduk disisiku dengan mengacak-acak rambutnya yang basah. Sejak kapan dia berada disitu?

"Aku benar-benar penasaran apa yang kau sembunyikan dibawah sana." Ujarku padanya, namun Jimin terlihat seperti tidak tertarik dengan percakapanku. Dia masih sibuk mengacak-acak rambutnya.

"Sesuatu yang akan membuatmu benci dengan kami bertiga." Jawabnya lalu Jimin menatapku. "Tapi itu adalah tempat favoritku, Taehyung dan Jungkook."

Aku masih diam, mencoba mencerna kata-katanya. Namun aku memilih melupakan hal itu, lagi pula apa peduliku dengan tempat yang berada dibawah sana?

"Ngomong-ngomong apa kau menyuruhku kekamar untuk mengganti perban Taehyung?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan, tapi aku benar-benar penasaran dengan itu.

Jimin mengangkat alisnya lalu menatap Taehyung dan Jungkook yang sedang mendorong bebek karet mereka agar sampai ke ujung. Aku menatap keduanya tak percaya, tidak akan ada yang menyangka jika dua laki-laki yang sedang bermain bebek karet berwarna kuning itu adalah mafia.

"Memang benar, aku menyuruhmu ke kamar untuk mengganti perban Taehyung."

Sekarang aku beralih menatap Jimin tak terima, sebelumnya bahkan aku dihabisi olehnya karena keluar dengan Taehyung. Dan tadi dia membiarkanku dengan Taehyung hanya berdua dikamarnya.

Aku mendengus kesal, ingin protes padanya namun tidak ingin mengambil risiko jika Jimin akan menganggapku cemburu. Aku memilih diam tidak membalas ucapannya.

"Kau pasti mengira aku akan memukul Jungkook tadi." Ujarnya sambil dengan terkekeh pelan.

"Kau pasti memang berniat seperti itu." Balasku beralih menatap Jungkook yang sekarang sudah memasukkan dua kepala bebek karet itu kedalam mulutnya membuat Taehyung disampingnya memprotes tak terima.

Oh, aku kasian dengan bebeknya.

Jimin kembali tertawa lalu tiba-tiba saja ia meletakkan kepalanya dipahaku dan menselonjorkan kakinya disisi kolam renang. "Aku tidak akan tega untuk memukul bocah itu."

"Tapi kau memukul Taehyung."
"Itu karena memang dia membuat kesalahan."
"Kau tidak harus memukulnya, Jim. Dia sudah berusaha melindungiku saat itu."

Aku bisa merasakan Jimin menghela nafas lalu dia kembali duduk disisiku. "Kau tidak akan pernah tau bagaimana perasaanku saat itu, aku bertanggung jawab atas kalian semua, Yena." Tangan Jimin menggenggam tanganku. "Kau, Taehyung, dan juga Jungkook adalah tanggung jawabku. Saat aku melihatmu dan Taehyung dalam kepungan aku benar-benar khawatir, dan aku memukul Taehyung karena itu adalah bentuk kekhawatiranku padanya."

Aku kembali diam, tidak menyangka dengan apa yang baru saja dikatakan olehnya.

"Taehyung tau itu dan dia tidak menghindari atau membalas pukulanku, dan aku benar-benar menyesal setelahnya."

Aku menggigit bibirku ragu, seharusnya aku menyadari dari awal jika bertengkar adalah rasa salur perasaan bagi laki-laki. Dan juga aku baru sadar kenapa Taehyung dan Jungkook hanya diam ketika Jimin marah ataupun memukulnya, karena Jimin bertanggung jawab pada mereka.

Dan sekarang, tanggung jawabnya bertambah. Aku telah menjadi tanggung jawab Jimin sepenuhnya.

••

AuthorPOV

"Berhentilah menatap foto itu, Hyung. Kau bisa menjadi gila jika terus menatapnya sepanjang hari." Ujar Hoseok menatap Seokjin yang sedang duduk disofa ruangan Namjoon.

Seokjin tersenyum lalu memutar-mutar foto 3x4 itu ditangannya. "Dia cantik sekali, pasti akan lebih cantik saat dilihat langsung." Ujarnya lalu menurunkan foto itu dari pandangannya dan menatap Namjoon yang sedang bersender pada meja kerjanya. "Kapan kita akan mengambil gadis itu dari Jimin huh?" protesnya pada Namjoon.

Namjoon memegangi dahinya sambil dengan menutup matanya, terlihat memikirkan sesuatu yang serius.

Seokjin yang merasa diabaikan beralih menatap Hoseok. "Ada apa dengannya? Apa dia baru saja menghamili perempuan?" Tanyanya random yang membuat Hoseok balik menatapnya tak percaya dengan apa yang baru saja diomongkan Seokjin.

Seokjin mendengus kesal, dia berdiri lalu menempelkan kembali foto itu pada mading mereka. "Aku benar-benar tidak sabar untuk bertemu dengannya."

"Jimin tidak hanya menculik gadis itu." Namjoon tiba-tiba saja bersuara membuat Seokjin dan Hoseok langsung menatapnya. "Dia juga menculik ayahnya."

"A-apa? untuk apa Jimin menculik ayahnya juga?" Saut Hoseok tak percaya sekaligus penasaran.

Namjoon menghela nafas berat lalu duduk dikursi kerjanya, dia mendangak menatap langit-langit atap ruangannya. "Tapi aku merasa ada yang aneh disini, setelah Jimin menculik gadis itu dan ayahnya. Sehari setelahnya, gedung mereka berantakan. Seseorang pasti juga mengincar mereka namun kalah cepat dengan Jimin."

Seokjin melongo tak percaya. "Wow, apa gadis itu dan ayahnya adalah orang yang sangat penting?"

Hoseok melemparnya dengan bantal sofa membuatnya langsung mendapatkan tatapan maut dari Jin. "Tentu saja mereka penting, Hyung. Jimin tidak akan menculiknya jika mereka tidak penting." Ujarnya pada Jin.

"Jimin benar-benar pintar dan cerdik, aku tidak menyangka jika dia akan secepat itu. Dia bahkan hampir menghabiskan seluruh anak buahku yang kukirim padanya, dan juga—" Namjoon menggantung kalimatnya lalu menatap kedua teman nya itu. "Dia mengelabui salah satu mafia yang paling dicari di Korea."

Hoseok membelakkan matanya, mulutnya menganga tak percaya. "P-paling dicari di Korea? Jangan bilang jika itu adalah Min Yoongi?"

Namjoon mengangguk membenarkan ucapan Hoseok. "Eoh, Min Yoongi juga mengincar gadis itu dan ayahnya. Namun Jimin lebih cepat sehari darinya, Yoongi baru masuk kedalam gedung itu saat ruangannya sudah kosong." Namjoon terkekeh pelan lalu menggelengkan kepalanya.

Seolah tak menyangka dengan apa yang baru saja dia pikirkan.

"Park Jimin, laki-laki seperti apa dia?"

tbc,

ahaha akhirnya semua member udh terungkap.

btw selamat malam minggu semuaa, jgn lupa vote dan komen nyaa💜💜

-deb

Preplexity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang