Naya mengendara mobilnya dengan kecepatan penuh. Gadis cantik itu baru saja pulang dari butik dan berniat untuk berkeliling mall terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah.
Gadis cantik itu berjalan masuk ke dalam mall dengan langkah santai dan anggun.
Sepatu tinggi warna putih, di padukan dengan celana kulot sebatas betis. Sementara baju tanpa lengan warna pink tampak menghiasi tubuh rampingnya.
Rambut lurus hitam panjang dan di keriting dibagian bawah tampak berayun dengan lembut.
Naya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya dan mendengkus karena sepertinya ia sudah telat tiga menit dari jam yang telah di tentukan.
Naya mempercepat langkahnya menuju lantai tiga di gedung ini menuju sebuah toko tas merk terkenal yang tengah mengadakan sale tepat pukul enam sore.
"Yah, udah rame banget lagi. Gue harus dapet yang banyak, nih," gumamnya pada dirinya sendiri.
Naya menerobos masuk ke dalam tak perduli jika harus himpitan dengan perempuan lain.
"Auu kaki gue sakit, oy!" teriak seorang perempuan yang kakinya tak sengaja di injak Naya.
"Sorry, enggak lihat," balas Naya santai.
Gadis cantik itu menyeringai diam-diam dan mencoba mengambil beberapa tas yang sudah menjadi incarannya.
Setelah tiga puluh menit berkeliling tanpa malu, Naya menyampir tiga buah tas di lengan kanan dan empat buah tas di lengan kiri.
Sementara pergelangan tangannya masih memegang tiga buah tas. Naya tersenyum puas dengan hasil yang ia dapat kali ini.
Kembali Naya bergerak mencari beberapa tas lagi untuk koleksinya di dalam etalase butik atau etalase kamarnya. Hingga tatapannya tertuju pada seseorang yang sangat ia kenali.
Bergerak Naya menghampiri sosok itu dan menepuk pundaknya dari belakang.
"Lo di sini juga?" tanyanya menatap datar pada sosok tersebut."Menurut lo gue akan melewatkan sale macam ini dan enggak meraup keuntungan besar kalau gue kredit?"
Naya memutar bola matanya malas melihat sahabatnya ini. Tidak ada yang bisa dipikirkan selain duit dan kredit.
"Yah, siapa tahu lo enggak modal mau cari barang KW lagi buat di jual." Naya mengangkat bahunya acuh membuat Alify mencibir.
"Jangan terlalu se'uzon terus lo sama gue."
Naya tak memperdulikan ucapan Alify lagi karena kini ia bergerak ke sisi lain dan mulai mengambil satu buah tas yang akan ia hadiahkan pada namanya tercinta.
Naya kemudian berjalan ke arah kasir menyerahkan hasil belanjanya. Setelah kasir menyebut harganya, Naya kemudian menyerahkan kartu ATM miliknya dan membayar sesuai harga yang disebutkan.
Usai melakukan transaksi, Naya kemudian melangkah keluar dengan beberapa paper bag di tangannya.
Langkah Naya terhenti ketika tiga orang di hadapannya menghadang dan berdiri sambil menatapnya penuh hinaan.
"Ini sepupu lo yang malang itu, kan? Yang di tinggal pacarnya tunangan sama orang lain," ujar seorang gadis pada Reva. Dia Vera, teman Reva yang bekerja di kantor yang sama dengan Reva.
"Kalian jangan berbicara seperti itu." Reva memelototi Vera sebagai bentuk peringatan. "Naya sepupu aku. Aku enggak mau dia terluka karena kalian mengingatkannya dengan mantan pacarnya," imbuhnya lagi.
Reva kemudian mengalihkan perhatiannya pada sosok Naya dan meminta maaf.
"Maaf, ya, Nay, atas ucapan teman-temanku. Mereka enggak tahu apa-apa.""Enggak tahu apa-apa, eh?" Naya tersenyum sinis. "Gue enggak perduli mereka mau tahu atau pura-pura enggak tahu. Tapi yang gue perdulikan itu jangan usik gue kalau lo pada enggak mau nyesel," ancam Naya tak main-main.
Gadis cantik itu memutuskan untuk melangkah pergi dari pada berurusan dengan orang-orang itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/119711897-288-k837271.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
General FictionDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...