Malam harinya, Naya dan Abi datang ke sebuah restoran untuk memenuhi panggilan dari pemilik perusahaan yang mengundang Abi untuk menjadi bintang tamu.
Keduanya melangkah masuk dengan tangan Naya yang menggandeng lengan Abi. Tentu saja semua atas inisiatif Abi yang menginginkan Naya untuk menempel padanya.
Kening Naya mengerut ketika melangkah masuk ke dalam restoran dimana sudah banyak yang hadir entah itu tamu restoran atau tamu dari pemilik perusahaan. Naya tidak tahu karena ia sendiri tidak pernah bisa menebaknya.
"Selamat datang, Mas Abimana. Perkenalkan saya adalah Robert, asisten Pak Juandi. Saya mewakili beliau untuk meminta maaf karena beliau tidak bisa datang langsung." Pak Robert menatap Abi dengan senyumnya. "Kebetulan nanti akan ada putranya juga yang akan menjamu Mas Abi serta rekan yang lain," tambahnya di iringi senyuman lagi.
Naya menduga di dalam hati jika satu atau dua jam lagi mungkin saja gigi Pak Robert akan mengering seiring berjalannya waktu.
"Enggak apa-apa, Pak. Saya sangat tahu kesibukan Pak Juandi." Abi membalas dengan senyum manis. "Ah, iya. Perkenalkan ini calon istri saya. Namanya Naya." Abi memperkenalkan Naya pada Pak Robert.
"Saya Robert. Calon istrinya Mas Abi cantik sekali. Mas Abi sangat beruntung." Pak Robert memuji tulus Naya yang memang cantik dan memukau malam ini dengan gaun hijau yang melekat di tubuhnya.
"Saya Naya. Abi memang beruntung mendapatkan saya yang cantik ini. Seperti yang bapak lihat." Naya membalas dengan begitu percaya diri membuat Pak Robert tertawa.
"Mbak Naya sangat percaya diri. Itu bagus untuk dimiliki perempuan," sahut Pak Robert lagi. "Ah, iya, silakan duduk. Mungkin nanti anaknya Pak Juandi akan datang sebentar lagi."
Naya dan Abi menduduki kursi yang berada di tengah restoran. Banyak tamu yang sudah di undang dan beberapa di antaranya datang menyapa dan mengajak Abi untuk bersua foto. Sementara Naya duduk dengan tenang tanpa menghiraukan Abi yang di kerumuni banyak orang.
Sementara di luar sana, sepasang wanita dan pria turun dari mobil dan di sambut dengan hangat oleh manajer restoran.
Sang manajer membawa pasangan itu untuk masuk ke dalam restoran yang sudah di booking oleh Pak Juandi.
"Silakan Mas Bram dan Mbak Yayu. Mas Abi dan calon istrinya sudah datang beberapa menit yang lalu," ujar manajer restoran.
Pria bernama Bramasta Revaldo mengangguk dua kali sebagai jawabannya.
Mereka melangkah masuk dan langsung menuju meja tempat Abi berada.
"Maafkan atas keterlambatan kami," ujar Bram ramah begitu juga dengan Abi yang membalas tak kalah ramah.
"Enggak apa-apa, Mas Bram. Kebetulan kami juga baru tiba di sini." Abi menatap wanita yang berada di samping Bram. "Dan ini?" Abi menatap Bram yang langsung memperkenalkan Yayu padanya.
"Dia adalah Yayu. Teman saya."
Abi menatap ekspresi tak suka yang ditampilkan Yayu walau sebentar. Setelah itu ekspresi Yayu kembali normal seperti tidak menunjukkan jika ia sempat marah tadi.
"Saya Yayu. Senang berkenalan dengan kamu, Abi." Yayu mengulurkan tangannya yang di sambut Abi dengan ramah.
"Senang juga berkenalan, Mbak Yayu."
"Panggil Yayu saja. Sepertinya kita semuran," ujar Yayu yang diangguki Abi dengan canggung.
"Ah, iya, perkenalkan, ini calon istri saya." Abi menarik lengan Naya pelan, membuat gadis yang tengah menunduk dan fokus dengan layar ponsel segera mendongak.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Ficción GeneralDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...