Naya masih asyik berada dalam mimpinya ketika wajahnya sudah basah tersiram air.
"Mama!" teriak perempuan itu berang. Tubuhnya segera terduduk di tempat tidur dengan mata melotot sempurna.
"Apa? Mau marah sama gue?"
Sean, pria yang menjadi sepupu Naya berkacak pinggang seraya menatap tajam gadis yang dua hari lagi akan bertunangan tersebut.
Sudan hampir satu jam ia membangunkan Naya dari tidur cantiknya, tapi gadis itu tidak juga bangun sampai akhirnya Sean memilih menyiram wajah Naya dengan satu gelas air.
"Apa-apaan lo, hah? Mau cari ribut lo? Iya?" terik Naya tak santai. Kepalanya mulai nyut-nyutan karena dibangunkan dengan cara yang ekstrem dan Naya tak suka itu.
"Dari pada lo teriak enggak jelas kayak gini mending lo siap-siap karena kita udah mau on the way dan lo belum bebenah sedikit pun." Sean memelototi Naya.
"Bebenah apaan sih? Memangnya kita mau ke mana?" Naya mengusap wajahnya yang basah.
"Ya ampun, Naya. Jangan bilang lo lupa ya kalau kita hari ini mau berangkat ke bandung. Acara tunangan lo 'kan dua hari lagi dan kita di suruh ke vila keluarga calon laki lo buat perkenalan." Sean menatap Naya gemas. Entah mengapa hanya Naya satu-satunya orang yang mampu membuat ia bicara panjang kali lebar.
"Kenalan ya kenalan. Kenapa harus pakai minap segala 'sih di vila? Gue males ih." Naya menggerutu dan berniat tidur kembali. Namun, niat gadis itu urung terlaksana karena tubuhnya sudah lebih dulu ditarik dari atas tempat tidur hingga terjatuh ke bawah.
"Sean!" erang Naya kesal.
"Lo cepat-cepat beresan sekarang sebelum emak lo yang enggak lain adalah tante gue masuk dan lihat lo masih mirip ayam potong belum di sembelih." Sean melangkah keluar dari kamar Naya meninggalkan gadis itu yang tengah mengumpat akibat perlakuan Sean padanya.
"Awas ya lo, Sean!" teriak gadis itu seraya bangkit dari posisinya.
Satu jam kemudian, ekspresi di wajah Naya masih tertekuk dan tak berubah sedikit pun, bahkan ketika mereka sudah berada dalam perjalanan menuju vila keluarga besar Abi.
"Lihat muka lo sekarang itu ingetin gue sama pantat ayam punya tetangga gue," celetuk Sean diantara keheningan.
"Maksud lo?" Naya memelototi punggung Sean yang berada di balik kemudi.
Saat ini Sean, Abi, Naya, dan Saka tengah dalam perjalanan menuju vila Abi dengan kendaraan yang disopiri oleh Sean sendiri.
Saka sendiri merupakan adik kandung Sean yang usianya sudah masuk ke angka 18 tahun dan tengah liburan karena menunggu pembukaan pendaftaran untuk mahasiswa baru.
Saka ikut melirik wajah tak sedap Naya yang duduk di sampingnya, kemudian badboy satu itu menggeleng sambil berdecap miris.
"Bukan lagi kayak pantat ayam, tapi tai ayam," ujarnya frontal.Ucapan Saka kontan membuat Naya berang. Tak terima dikatakan seperti itu, Naya memukul Saka membabi buta sehingga membuat remaja 18 tahun itu meringis berusaha untuk menjauhkan monster tua yang tengah mengamuk darinya.
"Mulut lo itu, ya!" Naya berteriak setelah membuat lengan Saka merah dan pundak pemuda itu kesakitan.
"Bener-bener cocok lo jadi mak tiri. Untung aja Bang Abi bukan duda. Kalau duda, bisa-bisa anak Bang Abi langsung di mutilasi sama lo, Kak." Saka memelototi Naya kesal. Cewek satu ini tidak ada jaim-jaimnya padahal di depan calon suaminya sendiri.
"Mulut lo itu." Naya berujar gemas dan berniat untuk mencubit bibir Saka, namun niatnya terhalang oleh Abi yang duduk di bangku depan sudah lebih dulu menarik Naya untuk menjauh dari Saka.
"Jangan di laden, Nay," ujarnya pada Naya. "Lagian, kenapa muka lo kusut gitu 'sih?" tanya Abi menatap Naya tenang.
"Enggak tahu." Naya melipat tangannya sembari melempar wajahnya ke arah kaca. Naya sedang dalam masa mood buruk karena dibangunkan dengan cara seperti tadi oleh Sean.
"Ngambek dia gara-gara gue siram pakai air pas lagi tidur," timpal Sean santai. Matanya menatap lurus jalanan yang dipadati kendaraan lain. Maklum, hari ini hari libur.
"Ya ampun, kasihan sekali calon istri gue ini." Abi sengaja memutar tubuhnya ke belakang menghadap Naya yang tengah menatap jendela luar.
Naya diam tak menyahut, dan baik Abi, Saka, dan juga Sean tak mengucapkan sepatah katapun. Menggoda Naya yang tengah merajuk sama saja membuat macan bangun dari tidurnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Aktuelle LiteraturDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...