Jika sudah tidak sabar membaca di sini kalian bisa beli di google playstore ya 💕💕💕💕
Naya menunggu Abi di kamarnya selama berjam-jam. Abi sendiri sedang melakukan tugasnya sebagai penyanyi yang diundang.
Sembari menunggu Abi, Naya memilih berselancar di instagram miliknya. Tidak ada postingan yang menarik dari teman-temannya.
Pemilik akun instagram saat ini tidak terlalu banyak karena banyak orang-orang masih menggunakan twitter atau facebook.
Terlalu asyik menatap foto-foto yang di post oleh orang sampai tidak sadar jika pintu kamarnya sudah diketuk sejak beberapa saat yang lalu dan baru disadarinya ketika si pengetuk meneleponnya melalui ponsel.
"Lo dari mana aja 'sih, Mbak? Gue dari tadi ketuk pintu kamar lo tapi enggak ada sahutan. Bahkan, bell kamar juga enggak lo dengar," cerocos Nindy saat Naya membuka pintu kamarnya.
"Gue enggak dengar," sahut Naya cuek.
"Budek 'sih lo jadi cewek," sungut Nindy masih kesal dengan Naya yang mengabaikan panggilannya.
"Itu mulut kurang ajar sekali lagi gue gampar ya pake sandal," ancam Naya memelototi Nindy yang langsung membeku di tempat. "Cepat ngomong lo kenapa manggil gue," perintah Naya dengan tangan bersedekap menatap Nindy malas.
"Ini makanan dibeli Mas Abi."
Dengan wajah masih ditekuk dan ekspresi sebal yang kentara sekali, Nindy menyerahkan tiga buah paper bag berisi makanan dari restoran yang sempat ia dan Abi lewati tadi.
"Mau nyerahin ini aja lo kudu bikin ribet dulu." Naya memutar bola matanya malas dan mengambil dengan kasar paper bag berisi makanan dari tangan Nindy.
"Mbak yang salah kenapa buka pintunya lama banget. Enggak tahu saya capek berdiri dari tadi di depan pintu!" semprot Nindy lagi dengan ekspresi galak.
"Ini mulut makin kurang ajar ya?" Naya menyentil bibir Nindy hingga membuat gadis itu meringis kesakitan. "Enggak sopan sekali lagi lo sama calon nyonya lo, gue enggak segan-segan minta Abi buat mecat lo. Asisten kok rasa nyonya besar," cibir Naya, kemudian menutup kembali pintu kamar hotelnya, meninggalkan Nindy yang mengumpat kesal akan perilaku Naya.
Naya kembali ke kamarnya dan menikmati makanan yang disediakan oleh Abi melalui tangan Nindy. Yah, setidaknya ia tidak akan mati kelaparan sembari menunggu pria sinting itu kembali.
Sore harinya, rombongan Abi meninggalkan hotel tempat mereka menginap menuju sebuah kota yang masih dalam daerah Lampung.
Tujuan mereka kali ini adalah Pulau Pahawang yang terletak di Pesawaran, Lampung.
Abi sudah mendapatkan lokasi yang menarik untuk snorkling. Lokasinya di taman Nemo pulau Pahawang.
"Kita cari tempat minap di sana, Mas?" tanya Sinta penasaran.
"Iyap. Kita bakal minap di sana. Menurut yang gue baca di google sih kalau di sana ada semacam rumah yang terbuat dari anyaman rotan gitu di atas airnya," kata Abi sambil menatap Naya dengan binar bahagia. "Nay, kalau dipikir-pikir kita ini kayak orang mau bulan madu, ya?" ucapnya pada Naya, membuat gadis itu memutar bola matanya malas.
"Enggak ada bulan madu bawa rombongan."
"Tenang, Nay. Kalau mau bulan madu nanti hanya ada lo dan gue aja. Gue enggak akan ajak-ajak yang lain deh," sahut Abi antusias.
"Terserah. Terus aja lo mimpi karena gue enggak akan membangunkan lo," cibir Naya menutup matanya. Gadis itu terlalu malas menanggapi tingkah absurd Abi.
Perjalanan mereka kali ini di isi obrolan ringan Abi bersama Rully dan dua asistennya. Sementara Naya, gadis itu lebih baik memilih untuk tidur dengan nyenyak sampai mereka tiba di tempat tujuan.
Pemandangan pantai Pahawang memang sangat indah. Pasirnya putih dan halus. Pantai terawat dengan bersih hingga tidak ada satupun sampah kotor di area sekitar pantai.
Rully menyewa dua rumah berukuran mini yang terdapat di pinggir laut hingga membuat mereka tidak begitu sulit untuk pergi jauh-jauh mencari hotel.
"Gue boleh tidur di kamar sendiri enggak?" tanya Naya menatap Rully dengan sebelah alis terangkat. Rully menatap Abi dengan pandangan bertanya yang langsung diangguki pria itu.
"Lo mau sekamar berdua sama gue juga boleh kok, Beb," ujar Abi dengan senyumnya.
"Idih, ogah!"
"Ish. Padahal kalau lo tidur sama gue, Nay, gue jamin lo bakal tidur nyenyak deh sepanjang malam." Abi tetap keukuh agar Naya tidur bersamanya saja. Namun, Naya tetap dengan tegas menolak untuk tidur dengan monster seperti Abi.
Akhirnya Naya bisa mendesah lega karena bisa mendapatkan kamarnya sendiri. Bentuk kamarnya seperti rumah dengan anyaman rotan sebagai dinding sementara atapnya terbuat dari rumput kering panjang yang biasa digunakan sebagai atap pada zaman dahulu.
Satu buah tempat tidur bersih dan nyaman terdapat di pinggir tembok dimana disamping tempat tidur terdapat jendela yang terbuat dari kaca bening. Jendela yang bisa memperlihatkan pemandangan laut lepas yang tidak terlihat jelas jika sudah malam seperti ini.
"Lumayan," komentar Naya sambil terkikik senang.
Lampu yang menyala di dalam kamar mini tersebut hanya lampu dengan terang lima whatt saja sehingga membuat suasana di dalam ruangan tampak remang.
Naya yang sudah mandi dari sore memutuskan untuk tidur lebih awal. Tadi sesaat sebelum mereka tiba di sini, mereka sempat mampir untuk makan malam terlebih dahulu.
Ugh, Naya tak sabar untuk menunggu hari esok.
Naya menaiki tempat tidurnya, menarik selimut hingga sebatas dada dan mulai memejamkan matanya memasuki alam mimpi dengan ditemani suara deburan ombak sebagai lagu pengantar tidur Anaya.
Naya merasa setidaknya ikut dengan Abi tidak terlalu rugi karena ia bisa menikmati pemandangan indah alam indonesia.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Ficción GeneralDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...