TUJUH

7.8K 756 20
                                        

Hingga hari sudah larut malam baru lah Naya dan Nia pamit undur diri.

"Kalian yakin enggak mau di antar?" Putra menatap adik dan keponakannya cemas.

"Enggak, Mas. Kami mau pulang sendiri. Mas tenang saja, kami bisa jaga diri," ucap Nia mulai menenangkan.

"Kalau begitu hati-hati di jalan. Kalau ada apa-apa hubungi kamu segera," pesan Putra sebelum memasuki mobil, diikuti istri dan anaknya.

"Mama yang nyetir. Tadi waktu jalan aku yang nyentir." Naya menyerahkan kunci mobil pada sang mama.

"Kamu ini kualat Naya. Masa mama sudah tua di suruh-suruh kayak gini?" gerutu Nia, namun akhirnya ia menerima jua kunci tersebut.

Naya diam tak menyahut. Karena jika ia menyahut ucapan mamanya, maka mereka tidak akan pergi dari tempat parkir ini.

"Mama lihat enggak tadi?" ujar Naya setelah mobil berada di jalan raya.

"Lihat apa?" Wajah Nia saat ini berisi dengan teror.

"Kuntilanak di bawah pohon beringin dekat mobil ambulans."

"Astaghfirullah!"

"Baca ayat kursi, Ma. Setidaknya kuntilanak itu enggak akan ikutin kita sampai rumah," ujar Naya serius.

Nia mengangguk. Jadi, sepanjang perjalanan mulut wanita paruh baya itu tidak berhenti komat-kamit membaca ayat kursi.

"Stop, Ma."

Nia segera menghentikan mobilnya ketika mendengar intruksi Naya. Wanita itu menoleh dan bertanya, "kenapa lagi?"

Naya tidak menjawab dan justru membuka pintu mobil dan keluar. Nia menatap heran putrinya sebelum memutuskan untuk mengikuti Naya.

"Kenapa, Nay?"

"Ada begal, Ma." Naya menunjuk seberang jalan dimana empat orang tengah mengelilingi dua orang yang baru keluar dari mobil.

"Woah, seru ini kalau ada baku hantam. Mama mau rekam ah!" Nia berujar antusias dan segera mengeluarkan ponselnya.

Beruntung meski jalanan sedikit sepi namun masih ada lampu penerang jalan. Jadi, tidak sulit untuk kamera handphone miliknya merekam aksi tersebut.

Melihat orang-orang itu menodong senjata tajam dan mulai saling baku hantam, semangat Naya berkobar.

Sudah lama ia tidak meregangkan otot-otot di tubuhnya dan malam ini sepertinya ia harus berolahraga dulu.

Dengan piyama Pikachu yang melekat di tubuhnya, Naya bergerak melompat di atas trotoar dengan gerakan action yang memukau.

Gadis itu tiba di belakang seorang penjahat dan menepuk pundaknya pelan.

Penjahat itu menoleh dan hanya untuk bertemu dengan bogem Naya yang tepat mengenai mata sebelah si penjahat.

"Woy, siapa lo? Jangan ikut campur!" gertak seorang penjahat lainnya.

Melihat teman mereka terluka, seorang penjahat lainnya juga menyalak marah dan menatap tajam Naya.

"Pergi dari sini sebelum kita buat lo mampus!"

"Maaf! Kebetulan gue adalah orang yang suka ikut campur!"

Naya bergerak melawan ketiga penjahat itu, sedangkan satu penjahat lainnya sudah jatuh terlebih dahulu.

Hingga sepuluh menit kemudian ke empat orang itu sudah di ikat dengan tali dan menunggu polisi datang.

"Nay, ya ampun. Kamu ini kalau terluka bagaimana?" Nia yang bersusah payah menaiki trotoar akhirnya tiba di sisi Naya dan memarahi gadis itu.

"Aku 'kan anak baik, Ma. Masa ada orang mau di begal aku diam aja," sahut Naya acuh tak acuh.

"Halah, bilang aja kalau itu memang hobi kamu berkelahi." Nia melotot jengkel menatap putrinya. "Pokoknyaa mama enggak mau lihat kamu berantem lagi, Nay. Mama takut kamu enggak laku dan justru jadi perawan tua!" seru Nia bergidik ngeri.

"Ma, aku enggak akan jadi perawan tua. Tenang aja tahun ini aku pasti nikah."

"Memangnya kamu sudah ada calonnya? Sudah move on dari Evan?" tanya Nia mulai tertarik.

"Aku enggak ada calon dan udah ngelupain Evan." Naya membantu mamanya naik ke atas trotoar.

"Terus kenapa kamu tadi bilang sudah siap nikah tahun ini?" Nia melotot ganas. Wanita itu naik ke pungung putrinya yang sudah berada di sisi trotoar lain dan mulai turun setelah itu.

"Biar mama bisa tenang sedikit enggak ngomel-ngomel kayak petasan lima ratusan."

"Naya!" Nia memukul bokong putrinya. Sungguh, Naya ini adalah putri tunggalnya namun hanya dia satu-satunya orang yang bisa membuatnya sakit kepala.

MENGEJAR CALON PENGANTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang