___
Naya menikmati pemandangan bawah laut yang membuatnya takjub dengan keindahanannya.
Sungguh, jika ia tahu ada banyak tempat indah di Indonesia seperti ini, ia tidak akan jauh-jauh pergi keluar negeri.
Setelah melakukan snorkling dengan peralatan keamanan, Naya ditarik Abi keluar dari air laut.
Abi tersenyum.
"Gimana, Nay? Bagus 'kan?" tanya Abi menatap Naya yang duduk di sampingnya."Bagus. Gue suka." Naya mengangguk dengan senyum manis yang membuat detak jantung Abi berdetak lebih kencang.
"Cocok 'kan buat tempat bulan madu kita?"
Abi menaik turun alisnya menatap Naya dengan senyum menggoda yang membuat Naya memutar bola matanya malas.
Naya mengenakan celana putih dengan pendek setengah paha, tanktop hitam dilapisi cardriran biru serta topi pantai di kepalanya memilih untuk berdiri dari pada meladeni ocehan Abi.
"Nay, celana lo kok belang-belang merah gitu? Perasaan tadi enggak ada," ujar Abi yang berada di belakang Naya.
Saat ini mereka tengah berjalan kaki dan berniat pulang ke penginapan.
Hari sudah menjelang sore, membuat keduanya baru menyadari jika mereka sudah terlalu lama diluar. Bahkan, makan siang pun mereka melupakan hal tersebut.
Naya menghentikan langkahnya. Memutar kepalanya ke belakang menatap bokong yang tertutup kain putih dengan tatapan horor.
"AAA!"
Naya berteriak histeris sembari mencoba menutup bagian belakangnya dengan kedua tangan.
Naya malu.
Naya tidak memiliki wajah.
Naya berlari seraya berteriak histeris meninggalkan Abi yang tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu Naya.
Abi memang sudah menyadari tentang Naya yang tembus sedari tadi. Namun, ia hanya mendiamkannya saja karena memang tidak ada orang yang berkunjung. Jika Abi menegur pasti gadis itu akan malu.
Memang pada dasarnya Abi suka menjaili Naya, hingga saat mereka sudah mendekat di tempat penginapan, barulah Abi menegurnya.
"Naya, si jutek ternyata lucu juga."
Dua hari mereka habiskan di pantai sembari berjalan-jalan ke daerah lainnya. Naya masih bersikap ketus pada Abi dan bahkan enggan berbicara dengan pria yang sudah mempermalukannya akibat insiden merah itu.
Sudah tahu Naya gengsinya selangit. Ini Abi justru mempermalukannya. Tentu saja gadis itu sebal bukan main.
Hari ini adalah hari kepulangan mereka ke Jakarta dan Naya sangat senang akan fakta itu karena ia akan berada di posisi jauh dari Abi.Naya sudah tidak mau berdekatan dengan Abi dan membuatnya sebal.
Naya pulang ke rumah dengan hati bahagia. Dia membawa kripik khas Lampung dengan berbagai varian rasa.
Rencananya ia akan membagikan oleh-oleh yang ia bawa pada orang rumah dan menceritakan apa yang ia temui selama menemani Abi. Namun, bukan cerita serunya yang Naya lontarkan, tetapi jeritan keterkejutan akan apa yang disampaikan mamanya saat ia baru saja mendudukkan dirinya di sofa.
"Enggak, Ma. Aku enggak mau. Aku cewek laku keras bukan cewek depresi yang enggak laku-laku." Naya menggeleng keras dengan apa yang disampaikan mamanya barusan.
"Ya gimana dong, Nay. Oma kamu udah setuju kamu dijodohkan. Terus karena mama menolak keras tentang ini, oma kamu jadi masuk rumah sakit. Menganggap mama ini menantu durhaka karena enggak bisa mendukung beliau."
Naya memicing matanya menatap mamanya tak percaya.
"Aku enggak yakin kalau mama enggak mendukung Grandma buat jodohin aku. Aku yakin mama pasti mendukung banget perjodohan ini," ujarnya yakin dengan opininya seratus persen."Enggak, Nay." Nia menggeleng tegas dengan ekspresi serius yang terlihat di wajahnya. "Mama menolaknya. Setelah mama pikir-pikir lagi, kamu itu anak mama satu-satunya. Dapetnya susah lagi."
Nia menghela napas berat sembari menatap Naya yang masih bergeming.
"Terus kalau kamu nikah, mama akan sendiri. Kayak teman mama yang semua anaknya udah nikah dan teman mama hidupnya jadi ngenes. Mama enggak mau itu terjadi," tambahnya seraya menggeleng dramatis. "Mama enggak kebayang kalau kamu nikah, terus mama harus sendirian di rumah sementara papa kerja. Kamu enggak nikah enggak apa-apa kok, Nay. Mama dukung. Tapi, oma kamu mau kamu nikah," ujarnya sendu.
"Mama enggak apa-apa dianggap menantu durhaka yang penting mama enggak kehilangan kamu." Nia berdiri menghampiri Naya dan memeluk putrinya dengan sayang. "Tapi, gara-gara itu oma masuk rumah sakit. Mama bingung mau pilih yang mana," ujarnya lembut.
Naya tercenung dengan pikirannya sendiri. Ia ingin sekali rasanya menolak perjodohan ini, tapi ia tidak bisa menyakiti grandma dan mamanya.
Grandma masuk rumah sakit karena sang mama menolak keputusan omanya dan mamanya juga akan dianggap sebagai menantu durhaka.
Naya membalas pelukan mamanya. Akhirnya gadis cantik itu mengambil keputusan yang membuat Nia diam-diam bersorak dalam hati.
"Ya udah, Ma, aku setuju dengan perjohan itu. Biar mama dan grandma enggak berantem lagi."
"Tapi, mama enggak bisa lepasin kamu, Nay. Nanti kalau kamu udah nikah, mama pasti dilupain," ujar Nia sedih.
"Enggak lah, Ma. Aku bakal sering-sering kesini buat temenin mama," kata Naya terdengar pasrah
"Sekarang, kita ke rumah sakit, Ma. Temui grandma.""Iya, Sayang. Ayo, kita ke rumah sakit," ujarnya pada putri semata wayangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/119711897-288-k837271.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Fiksi UmumDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...