"Ya ampun, Nay. Kamu habis shopping lagi?" Nia menatap putrinya terkejut.
"Biasa, Ma. Namanya juga cewek 'kan enggak ada kebutuhan lain selain shopping dan shopping," sahut Naya kalem.
"Kebutuhan cewek itu enggak harus shopping aja, Nay. Tapi juga cari jodoh." Nia berujar kesal. "Terus kamu kapan buat menuhin kebutuhan itu buat cari jodoh?"
"Kapan ada waktunya aja, Ma," sahut Naya acuh. Gadis cantik itu menghempaskan hasil belanjanya di atas meja dan menghembuskan napas dengan berat.
"Bi, minum!" teriaknya meminta minum.
Nia tentu saja tidak senang dengan tingkah laku putrinya. Tangannya terulur mencubit paha Naya yang membuat gadis itu kesakitan.
"Sakit, Ma."
"Kebiasaan. Jangan suruh orang kalau kaki kamu masih bisa berjalan."
"Sesekali ini, Ma. Enggak setiap saat. Aku lagi cape banget. Terus juga tadi sempat ketemu sama lotus putih itu." Naya mulai curhat pada mamanya.
"Kenapa? Dia cari gara-gara lagi sama kamu?" Kali ini Nia mulai tertarik dengan cerita putrinya.
"Iya, Ma. Biasa, kalau enggak usik hidup aku rasanya dia bakal gatal-gatal," gerutu Naya sebal.
"Dia melakukan apa lagi?"
"Bukan dia, tapi teman-temannya. Ih, enggak tahu apa ya kalau mereka dapet duit dari mana kalau bukan dari kantor papa," gerutu Naya mulai kesal.
"Salah kamu sendiri yang enggak pernah ke kantor papa selama ini. Jadi, mereka enggak tahu kalau papa kamu adalah bos tempat mereka kerja." Nia menyalahkan putrinya. "Kamu mau mama suruh papa pecat mereka?"
"Enggak lah. Aku bukan anak kecil yang bersembunyi di ketek orang tuanya," sahut Naya santai. "Aku bisa ngatasin mereka dengan cara aku sendiri." Naya tersenyum dingin.
Nia menghela napas dan pasrah dengan keinginan putrinya. Kemudian ia memerintah Naya untuk mandi dan akan malam bersama.
Sementara sang kepala keluarga, Nando, saat ini sedang tidak ada di Indonesia. Nando saat ini tengah berada di Jepang mengurusi bisnisnya di sana meninggalkan Nia yang tak bisa ikut karena menghadiri pertunangan keponakannya.
Naya mengangguk dan meninggalkan sang mama yang saat ini tengah melakukan panggilan video dengan sang papa.
"Dasar mama," ucapnya menggeleng pelan.
Suasana terang memasuki indra penglihatan Naya ketika ia membuka pintu kamar.
Kamar dengan desain mewah dengan perabotan yang tak kalah mewah sesuai dengan selera Naya.
Gadis cantik itu masuk ke dalam sebuah ruangan dan mulai menyusun tas di dalam etalase atau rak khusus tas.
Ruangan berukuran kecil itu memang di khususkan untuk menyimpan tasnya. Ada ratusan jenis tas yang tersusun rapi di dalam membuat siapa pun yang memasuki ruangan tersebut pasti merasa jika mereka tengah berada di dalam toko.
Keluar dari ruangannya, Naya memasuki ruangan lain dan mulai memilah piyama yang tergantung di pakaian khusus tidur.
Keluar dari ruangan khusus pakaian, Naya memasuki kamar mandi yang berada di sisi lainnya.
Naya memang anak tunggal dari orang tuanya dan menikmati fasilitas yang akan membuat orang mati karena iri.
Contohnya saja kamarnya yang begitu luas dengan beberapa ruangan yang dibuat untuk menyimpan peralatannya.
Usai membersihkan tubuhnya Naya turun ke bawah berniat untuk makan malam bersama mamanya. Namun, setibanya di lantai dasar sang mama justru minta di antar ke rumah sakit.
"Kenapa kita harus ke rumah sakit, sih, Ma?" tanya Naya kesal. Harusnya ia saat ini tengah makan malam lalu memutuskan untuk tidur. Bukannya menyetir seperti ini, batinnya menggerutu.
"Om kamu masuk rumah sakit, masa iya mama enggak dateng sih?"
"Om siapa?"
"Om Danu."
"Maksud aku Om Danu itu siapa? Perasaan aku enggak kenal," balas Naya santai, yang kontan mendapat jitakan Nia.
"Begitu-begitu beliau masih adik mama."
"Bodo amat. Akrab juga enggak," balas Naya enteng.
"Astaga Naya!" jerit Nia frustrasi.
![](https://img.wattpad.com/cover/119711897-288-k837271.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Fiksi UmumDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...