NAYA melangkah santai memasuki sebuah kafe yang sudah terlihat ramai oleh pengunjung. Gadis cantik dengan tampilan menarik itu mengedarkan pandangannya ke penjuru kafe sampai akhirnya tatapan berhenti pada sebuah titik dimana terdapat beberapa orang yang salah satunya Naya kenali.
Dengan langkah santai dan teratur, Naya berjalan mendekati meja yang sudah berisi beberapa orang yang tengah asyik berbincang.
"Sorry, telat," ucap Naya setelah tiba di meja tersebut.
Semua yang duduk di meja di antaranya lima pria dan satu perempuan menoleh menatap Naya.
"Enggak apa-apa kok, Nay. Kita juga baru sampai," kata Eric tersenyum santai. "Duduk dulu. Ini calon laki lo dari tadi gelisah nunggu lo katanya belum datang-datang." Eric menunjuk kursi di samping Abi, kemudian menunjuk wajah masam Abi yang tidak sedap untuk di pandang.
Naya tak peduli dengan ekspresi Abi. Gadis cantik yang tengah mengenakan dres kasual warna kuning itu mengambil posisi duduk di samping Abi tanpa menyapa pria itu. Namun, tatapan Naya kini justru menatap gadis yang sangat ia kenal tengah duduk di samping Baim dengan kepala menunduk.
"Rosa?" Naya menatap Rosa heran dengan kehadiran anak buahnya.
"Rosa sengaja datang karena di bawa Baim. Kabar baiknya mereka berdua bakal menikah sesegera mungkin," ujar Darrel tanpa ditanya.
Naya membulatkan matanya. Kemudian menatap Baim dan Rosa secara bergantian sebelum akhirnya ia mengangguk dua kali.
"Kenapa, Mbak?" tanya Rosa heran.
"Enggak apa-apa. Lo berdua memang jodoh karena muka kalian berdua mirip. Semoga langgeng," kata Naya mengambil buku menu di meja.
"Kalau saya enggak di paksa sama cowok rese ini, saya ogah mbak nikah sama dia. Mau jadi apa saya nanti?" Rosa menggebrak mejanya menatap Naya dengan menggebu-gebu dan ia melupakan jika Naya adalah atasannya.
Naya melempar buku menu yang dengan sigap di tangkap Rosa.
"Enggak sopan. Anak buah enggak ada yang gebrak meja di depan atasan," tandas Naya dingin. "Balikin sini bukunya," suruhnya.Rosa mengerucut bibirnya seraya mengembalikan buku menu yang di lempar Naya tadi. Gadis cantik itu melotot ketika melihat Eric menertawakan dirinya.
"Rasain. Lagian bahasa lo itu ketinggian seolah-olah lo udah laku berat. Lo harusnya beruntung punya calon laki yang ganteng dan kaya kayak gue," ujar Baim menatap Rosa sinis.
"Ini karena lo yang maksa gue buat setuju kawin sama lo." Rosa melotot tak terima. "Heh, dengar ya si tukang nyirnyir, cowok yang mau sama gue itu buanyak. Pada antre di luar sana. Jelas gue laku keras." Rosa menyombongkan dirinya menatap Baim angkuh.
Naya mencibir keras, "yang gue tahu lo selama ini jomblo. Enggak ada cowok antre yang mau sama lo. Judes dan galak, siapa yang mau."
Rosa melotot mendengar perkataan Naya yang benar adanya.
"Ah, mbak Nay fitnah aja," seru Rosa tak terima."Ha-ha! Benar itu, Nay. Si Rosa memang enggak laku. Mandi kembang sana. Untung-untung gue mau nikah sama lo." Baim menatap Rosa angkuh. "Gue jelas cowok ganteng, tajir, dan enggak sombong. Lo beruntung dapat prince charming kayak gue," tandasnya sambil tersenyum miring.
"Enggak usah di dengar. Mending lo pesan makanan sekarang." Abi menarik buku menu dari tangan Naya. "Gue yang pesan buat lo." Abi kemudian menyebutkan beberapa menu pada pelayan yang segera mencatat pesanan Abi.
"Pasangan harmonis lo berdua. Enggak sangka gue kalau Abi bakal lebih dulu nikah dari kita semua," celetuk Baim seraya menatap Abi dan Naya.
"Santai, Im. Enggak lama juga lo bakal nyusul 'kan?" Abi terkekeh singkat sambil melirik Naya yang duduk di sampingnya. "Gimana, Nay, persiapannya?" tanyanya pada Naya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
General FictionDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...