Suara siulan terdengar ketika Naya baru saja turun dari mobilnya.
Seketika itu, Naya mendelik sebal ketika melihat sosok Abi yang berusaha untuk ia hindari dalam beberapa hari ini.Ish, kenapa harus muncul sih? Batin Naya menggerutu sebal.
"Heh, gue bukan burung ya yang lo siul gitu," ujar Naya menatap Abi marah. Naya masih ingat dengan baik isi pesan mesum yang dikirim pria kurang waras di depannya.
"Lo memang bukan burung, tapi calon istri yang lagi gue perjuangkan," sahut Abi dengan cengiran yang membuat Naya mendelik.
"Gue bukan calon istri lo. Fyi, nih, gue punya satu informasi yang harus lo tahu," ucap Naya menatap Abi dengan seringaiannya.
"What happen?" tanya Abi seraya merangkul pundak Naya yang langsung di tapis gadis itu.
"Gue udah dijodohkan dengan orang lain. Jadi, gue harap lo stop deketin gue karena gue udah punya jodoh gue sendiri." Naya melirik Abi sengit.
dengan senyum puas yang menguar dari sudut bibirnya apalagi saat melihat wajah Abi yang menegang, Naya berlalu begitu saja meninggalkan Abi yang masih membeku di tempat.
Naya harap dengan informasi yang baru ia berikan, Abi akan pergi begitu saja dan tidak akan mengganggunya lagi.
Dugaan Naya benar karena setelah hari itu Abi tidak pernah muncul lagi di hadapannya sehingga membuat Naya sedikit merasa kehilangan. Bahkan, Naya dengan sengaja membuka kontak blokir dari ponselnya berharap Abi akan segera menghubunginya. Namun, apa mau dikata karena Abi tidak ada kabar sama sekali.
Naya sudah tidak memata-matai Abi lagi semenjak laporan tentang Abi sudah ia serahkan pada Amar. Ya, selama liburan beberapa hari bersama Abi, Naya juga menuliskan laporan apa saja yang bisa ia masukkan untuk informasi tentang Abi hingga tidak membutuhkan waktu lama pekerjaannya selesai.
Naya menatap pesan-pesan yang dikirim Abi dari awal hingga akhir berulang kali hingga berjam-jam lamanya. Hal yang sudah menjadi kebiasaan Naya akhir-akhir ini.
Abi benar-benar menghilang tanpa kabar sehingga membuat Naya uring-uringan.
Naya merasa kehilangan.
Naya merasa rindu dengan pria itu.
Naya merasa ingin pria itu kembali merecoki hidupnya.
Dan ... Saat ini Naya merasa tak waras karena merindukan pria abnormal itu.
Hii .... Naya bergidik ngeri. Cepat-cepat gadis itu mengenyahkan pikirannya tentang Abi sebelum ia menjadi lebih tidak waras lagi.
"Mbak Nay!"
"Apa?" Naya menyalak tak kalah keras ketika Rosa, anak buah kesayangan Naya menjerit memanggil namanya.
Jantung Naya hampir melorot terjun ke perutnya ketika mendengar suara keras Rosa. Tak salah 'kan kalau Naya balas berteriak juga? Orang lagi asik melamun dan di datangi tiba-tiba seperti itu tentu saja Naya ingin mengamuk rasanya.
Tapi, sayangnya ia harus berhadapan dengan Rosa yang meski ia marah-marah pada gadis itu, tetap saja gadis yang sudah lama menjadi asistennya akan memasukkan omelannya dari telinga kanan keluar telinga kiri.
"Mbak, saya tadi 'kan ke Hemol tuh. Terus enggak sengaja lihat Mas Abi jalan sama cewek ke toko perhiasan gitu." Rosa yang sudah berdiri di depan Naya mulai bercerita dengan menggebu-gebu. "Dari indra pendengaran saya kalau enggak salah, mereka pilih cincin buat tunangan, Mbak. Tunangan! Mas Abi mau tunangan ya Allah, Mbak!" teriak Rosa histeris.
Tangan kurang ajar yang ingin sekali Naya masukkan ke dalam mulut buaya dengan keras dan kencang mengguncang tubuhnya.
"Rosa, badan gue sakit lo guncang gini, woy!" teriak Naya tidak elegan. Hilang sudah image gadis anggun dan elegan Naya kali ini.
Tersadar akan apa yang dia lakukan, Rosa segera melepaskan tangannya dan mundur beberapa langkah karena takut akan serangan Naya.
"Lo mau cerita apa? Cerita yang jelas dan benar tanpa ada kebohongan dan kelebihan di dalamnya," ujarnya menatap Rosa sengit. Kini tubuhnya ia dudukkan lagi di kursi kebesarannya, sementara Rosa kini sudah berdiri berhadapan dengan Naya dan dipisahkan dengan meja.
"Saya tadi lihat Mas Abi ke toko perhiasan sama cewek. Terus mereka cari cincin tunangan gitu," jelas Rosa dengan suara pelan.
"Apa?" Naya berteriak dengan suara lantang. Kelopak matanya terbuka lebar seraya menatap Rosa tak percaya.
Abi jalan sama cewek dan membeli cincin tunangan? Batin Naya mengulang informasi yang ia dengar.
Kutu kucing! Umpat Naya dalam hati. Sia-sia sudah ia memikirkan Abi, tapi ternyata cowok itu justru mau bertunangan dengan cewek lain.
Heh, semua cowok sama saja. Sok-sokan berjuang dan bersikap serius. Giliran perempuan sudah terbiasa dengan kehadirannya dan dia menghilang begitu saja. Ugh! Cowok macam itu memang tidak layak untuk masuk ke dalam pikiran Naya. Lebih baik ia buang jauh-jauh pikirannya tentang Abi dimulai dari sekarang.
Naya segera mengambil ponselnya di atas meja, kemudian dengan beringas ia memencet layar ponsel untuk menghapus semua pesan chat dari Abi, tapi sebelum itu ia mem-blokirnya terlebih dahulu.
Naya tidak sudi ada jejak dari pria PHP seperti itu. Lalu, tangannya bergerak menekan ikon galeri dan mulai menghapus fotonya bersama Abi saat mereka liburan ke Lampung sepuluh hari yang lalu.
Ish. Meski pemandangannya sangat indah, namun Naya tetap dengan tidak ikhlas menghapusnya.
"Ros," panggil Naya dengan suara yang menurut Rosa sedikit menyeramkan.
"Iya, Mbak. A-ada apa, ya?" tanya Rosa gugup.
"Gue mau lo pesenin gue batagor, bakso, nasi goreng seafod, ayam panggang, kopi hitam, jus mangga, bakso mercon, dan thai tea sekarang," ujar Naya menyebutkan satu persatu menu makanan pada Rosa, sehingga membuat gadis itu terperangah.
"Buat apa, Mbak?"
"Buat sajenan," jawab Naya ketus, membuat Rosa bergidik.
"Nyebut, Mbak. Nyebut. Istiqfar. Itu musyrik namanya, Mbak," ujar Rosa menatap Naya horor.
"Sekarang, Rosa!" teriak Naya menggelegar sehingga membuat Rosa segera berlari keluar.
Naya menghembuskan napasnya setelah melihat kepergian Rosa. Naya heran sendiri dengan anak buahnya itu. Enggak tahu apa ini sudah masuk jam makan siang, masih saja ditanya semua menu yang ia sebutkan untuk apa. Enggak tahu apa Rosa itu kalau Naya lagi galau dan pusing pasti yang dibutuhkannya itu banyak makan.
Tak lama ponsel Naya berdering membuat gadis itu segera mengangkatnya setelah melihat nama pemanggil yang tak lain dari mamanya.
"Kenapa, Ma?" tanyanya to the point.
"Nay, kamu enggak lupa 'kan kalau nanti malam kamu ada pertemuan dengan calon suami kamu?" tanya Nia di seberang sana.
Naya menepuk dahinya pelan karena hampir saja melupakan pertemuan keluarga nanti malam.
"Iya, Ma. Aku ingat kok. Jam 10 'kan?" sahut Naya malas.
"Jam sepuluh apa? Kamu mau ketemu sama calon suami apa gunderwo, Nay?" jerit Nia di seberang sana.
"Iya-iya. Aku bercanda tadi, Ma. Jam 7 'kan?"
"Iya. Ingat ya, Nay, jam 7. Kalau kamu enggak datang, kamu akan dimasukkan opa ke perusahaan dan mengganti posisi papamu."
Kutu kucing! Naya mengumpat dalam hati ketika ancaman itu terus yang menjadi senjata sang mama dan kelemahan bagi Naya.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
General FictionDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...