39

7.3K 807 53
                                        

"Ha-ha! Enggak kebayang deh muka mereka, Bi, waktu gue dan mama ngarang cerita kalau lo sebenarnya anak orang kaya nomor 5 di dunia!"

Naya terbahak mengingat kejadian tadi malam dimana ia dan mamanya melihat langsung ekspresi shock yang ditampilkan oleh Reva, neneknya, dan juga Risa.

Gadis itu menceritakan hal tersebut pada Abi keesokan paginya. Sungguh, Naya tak tahu mengapa ia harus menceritakan hal yang tak sepatutnya ia ceritakan pada Abi.

"Jadi, gimana reaksi sepupu lo itu, Nay waktu tahu gue anak orang kaya nomor lima di dunia?" tanya Abi sambil terkikik senang.

"Wajah Reva pucat. Dia kayak mau nelan gue hidup-hidup." Naya terkekeh. "Padahal tadi malam kita cuma ngarang. Gimana kalau beneran ya, Bi? Gue yakin mereka pasti langsung muntah darah dengarnya."

"Ha-ha. Iyaya." Abi menggaruk kepalanya yang tak gatal sembari melirik Naya penuh arti.

Andai lo tahu kalau gue beneran anak orang kaya yang sebenarnya nomor empat, apa reaksi lo, Nay? Batin Abi bertanya-tanya.

"Eh, kita mau kemana sekarang?" Naya menatap Abi yang duduk di sampingnya.

"Mau ke butik lo," sahut Abi santai, membuat Naya menatap heran.

"Ngapain?"

"Jelas buat ngecek baju buat pertunangan kita." Abi menyahut santai. "Kata mama lo, lo sudah mempersiapkan gaun tunangan sama gaun pengantin yang lo rancang udah lama," tambahnya membuat Naya mendengkus.

"Kenapa mama bocor banget 'sih?"

"Mama kan baik sama gue. Jelas menantu idaman." Abi tersenyum lebar membuat Naya lagi-lagi mendengkus.

Setelah memeriksa gaun yang akan dipakai Naya di malam acara pertunangan dan jas yang akan dikenakan oleh Abi, mereka akhirnya bisa menghela napas lega. Beruntung gaun yang dirancang Naya tidak perlu dirombak karena tubuhnya tidak berkurang atau bertambah berat badan.

"Kita ke kafe sekarang."

"Mau nongkrong?" Abi menatap Naya heran. Tidak biasanya gadis ini mau di ajak nongkrong di kafe.

"Mau ketemu Lify sama Prissy."

"Oh, oke." Abi mengangguk dua kali.

Akhirnya Abi meminta sopir untuk membawa mereka berdua ke kafetaria yang terletak tak jauh dari perusahaan orangtua Naya. Saat melewati gedung bertingkat tinggi, Naya segera menurunkan kaca mobilnya ketika manik hitamnya melihat tiga orang gadis yang berdiri di pinggir jalan berniat ingin menyeberang.

Jalanan sedikit padat sehingga membuat pergerakan mobil agak menghambat, namun itu justru dimanfaatkan Naya untuk mengerjai ketiga gadis itu.

Vera, Janeta, dan Reva. Ketiga gadis yang membuatnya sebal ketika melihat mereka.

Naya mengambil botol minum jus yang ia beli di mini market. Membuka tutup botol tersebut, lalu dengan sengaja tangannya terulur melempar isi botol keluar hingga mengenai atasan yang dikenakan ketiga gadis itu.

"Ouos .... Sorry, gue enggak lihat. Kalian bertiga enggak apa-apa 'kan?" ujar Naya dengan ekspresi polos. Gadis itu kemudian terkikik ketika melihat ekspresi marah yang ditunjukkan ketiga gadis itu.

"Lo!" teriak Janeta murka, menunjuk ke arah Naya.

"Sorry." Naya melambaikan tangannya layaknya miss universe, kemudian menutup kembali kaca mobil hingga membuat Janeta dan Vera mencak-mencak.

Sementara Reva terdiam dengan rahang mengeras ketika melihat sosok yang berada di samping Naya. Sosok yang tertawa sambil mengusap kepala Naya dengan sayang.

Dia, sosok itu Abimana. Idola Reva sejak lama dan harus jatuh ke dalam pelukan sepupu yang selalu membuatnya iri.

****

MENGEJAR CALON PENGANTINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang