Super extra part akan dikirim akhir bulan bagi yang sudah beli. Mohon bersabar ya.
Dan hari ini terakhir pemesan. Yang belum pesan ayo pesan.
Naya berjalan santai memasuki lobi perusahaan papanya. Tadi, sang papa menghubunginya dan meminta dirinya untuk datang ke kantor. Tak Naya sangka jika paparnya aja datang ke kota ini juga. Jika papanya berada di tempat ini maka tidak menutup kemungkinan mamanya juga berada di sini.
"Lo tahu lantai tempat papa di mana, Nay?" tanya Abi. Abi menoleh ke samping dimana Naya yang berjalan di sampingnya dengan raut wajah datar yang sudah menjadi ciri khas Naya jika ia sedang dalam keadaan marah.
"Tahu," jawab Naya ketus.
Abi tersenyum miring mendengar jawaban ketus Naya. Rupanya calon istrinya masih marah terkait insiden ciuman yang ia lakukan kemarin pada gadis cantik itu.
"Masih marah, hm?" Abi mencoel pipi Naya, membuat Naya menepis dan menatapnya tak senang.
"Don't touch me," sinis Naya.
"Ah, masih marah lo. Padahal 'kan gue udah minta maaf. Dosa Nay kalau ada orang minta maaf, tapi lo enggak mau maafin," ujar Abi seraya menyandarkan tubuhnya ke dinding lift.
"Ngomong sama bokong gue sana."
Abi yang berada di belakang Naya menurunkan pandangannya hingga berhenti di bokong Naya yang terbalut dress biru sebatas lutut.
"Seksi, Nay." Abi bergumam. "Gimana rasanya kalau gue pegang?"
Naya membalikkan tubuhnya dan melayangkan sebuah tinju keras ke perut Abi, membuat Abi meringis kesakitan.
"Sakit, Nay. Lo ninju gue benar-benar pakai hati ya," gerutu Abi menatap Naya kesal.
"Sepenuh hati." Naya menyeringai dan membalikkan tubuhnya kembali bertepatan dengan pintu lift terbuka di lantai tujuan mereka.
"Selamat pagi menjelang siang, Mbak Nay. Bapak sudah menunggu mbak Nay di dalam," ujar seorang wanita dengan pakaian formalnya.
"Papa sama siapa?" tanya Naya pada wanita yang menjabat sebagai sekretaris tersebut.
"Sama ibu dan juga beberapa tamu," jawab wanita itu.
Naya mengangguk kemudian berjalan menuju ruangan CEO yang biasanya di tempati oleh Arsya --orang kepercayaan Nando-- dimana dialah yang memimpin cabang perusahaan bandung.
Tiba di depan ruangan, Naya membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
Diikuti Abi, Naya masuk ke dalam dan menemukan beberapa orang sudah duduk di sofa yang dikhususkan untuk menjamu para tamu.
Naya menaikkan sebelah alisnya menatap kedua orangtua Bram, Yayu, dan juga orang tuanya sendiri.
Naya tersenyum dan dengan gerakan santai ia mengambil posisi duduk di sofa kosong dan lagi-lagi Abi mengikutinya duduk tepat di sampingnya.
"Ada apa, Ma, Pa, panggil aku kesini? Kayaknya ada hal penting banget gitu ya sampai harus bangunin aku yang lagi tidur nyenyak," ujar Naya seraya menatap mama dan papanya.
"Basa-basi dulu, Nay, jangan langsung tancap gas," tegur Abi. "Selamat pagi, Ma, Pa. Apa kabar?" sapa Abi hangat.
"Kami baik, Abi. Ah, kamu memang calon menantu idaman banget deh. Baik dan perhatian banget sama kami." Nia menjawab sapaan Abi dengan sangat ramah. "Enggak kayak anak kamu si itu," tambahnya melirik Naya.
Abi terkekeh mendengar penuturan calon mertuanya. "Naya memang seperti itu. Jadi, dimaklumi saja," katanya membuat Naya mendengkus.
"Pa, ada apa?" tanya Naya tak ingin basa-basi lagi.
"Ini ada orangtua teman kamu datang. Katanya mau minta maaf sama kamu soal kesalahpahaman yang terjadi tadi malam," kata Nando penuh wibawa. Auranya sangat khas aura pria yang sulit untuk didekati. Berbeda jika ia sudah bersama keluarganya, maka Nando akan bersikap hangat.
"Soal kejadian semalem aja? Soal fitnah tentang saya yang jadi simpenan om-om gimana? Soal saya yang di teriakin di depan umum sebagai perempuan enggak benar, gimana? Terus, soal saya yang di sebar jadi gadun konglomerat gimana?" cerca Naya menatap Yayu dan Wida tajam. Kedua orang inilah yang menyebabkan dirinya menjadi pembicaraan orang-orang di kampusnya dulu dan kedua orang inilah yang sering mempermalukan dirinya di depan orang banyak.
Naya bisa saja melawan saat itu, tapi ia tidak bisa melakukannya karena ia tidak ingin orang lain tahu bahwa dirinya adakan putri tunggal konglomerat Nando Fernandez. Jika hal itu di ketahui orang lain, maka kehidupan Naya di kampus tidak akan baik.
Yayu dan Wida kompak menundukkan kepala mereka mendengar sindiran keras Naya. Mereka tidak tahu jika Naya adalah anak konglomerat. Jika mereka tahu mungkin akan lain ceritanya.
"Kami minta maaf. Kami tahu kami salah. Tolong jangan laporkan ke polisi. Kami mohon. Kami berjanji enggak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi," mohon Wida setelah Juandi memberinya kode.
"Iya, Nay. Aku juga menyesal sudah melakukan kekhilafan itu. Aku mohon maaf dan tolong pertimbangkan juga persahabatan kita sebelum masalah mendera," sambung Yayu dengan kepala tertunduk.
"Kalau saya bukan putri tunggal dari Nando Fernandez memang kalian akan dengan lapang dada meminta maaf sama saya?" tanya Naya menatap Wida datar. "Terus, apa kata lo tadi, persahabatan? Apa itu persahabatan? Yang ada lo cuma memanfaatkan gue buat dekat dengan Bram dan setelah lo dekat, pelan-pelan lo berusaha buat ngusir gue menjauh."
Yayu menunduk dalam mendengar nada sinis Naya. Yayu tidak tahu jika Naya adalah putri tunggal dari pengusaha kaya raya. Jika tidak, mungkin saja Yayu tidak akan memperlakukan Naya seperti itu karena ia akan dengan senang hati memanfaatkan Naya.
"Saya maafkan kalian berdua dengan syarat kalian harus membuat video klasifikasi kalau kalian selama ini sudah memfitnah saya dan share di sosmed kalian," kata Naya tegas.
Yayu dan Wida mendongak dengan tatapan tak percaya menatap Naya yang mereka anggap terlalu berlebihan.
"Ta--"
"Ma, aku dan Abi pergi dulu. Kami akan langsung pulang ke Jakarta karena Abi udah enggak ada show lagi," sela Naya menatap mamanya. "Aku minta tolong urus mereka di sini. Kalau mereka enggak mau nurutin syaratku, cukup serahkan masalah ini ke jalur hukum."
Naya bangkit dari duduknya sambil menarik Abi untuk berdiri. Setelah berbasa-basi singkat, Naya dan Abi akhirnya melangkah keluar dari ruangan.
"Gue enggak nyangka lho, Nay, lo punya perencanaan yang begitu aduhai," ujar Abi bersemangat. "Lo enggak hanya membersihkan nama baik lo tapi juga lo buat dua perempuan itu malu," ujarnya dengan suara yang begitu bahagia.
Naya tersenyum miring mendengar pengakuan Abi. Dirinya memang yang terbaik ketika berurusan dengan yang namanya balas dendam.
Naya akan membuat orang yang tidak menyukainya terus-menerus menghina dan menginjak harga dirinya. Tapi, tunggu ketika ia bergerak nanti, pasti orang-orang itu kewalahan menghadapi pembalasan seorang Naya.
Contohnya Yayu dan Wida. Naya tidak hanya membersihkan nama baiknya, tapi juga mempermalukan keduanya di depan publik.
"Saat ini, target gue adalah teman-temannya Reva." Naya tersenyum sinis dengan pikiran yang sudah terencana bagaimana caranya menarik mangsa mendekat.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Aktuelle LiteraturDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...