Saat makan malam tiba dan semua sudah dipersiapkan, Naya dan Abi melangkah masuk ke dalam ruang makan yang sudah dipadati keluarga besar.
Semua pasang mata langsung memandang keduanya yang tampak baru tiba dari suatu tempat.
"Abi, kalian dari mana saja? Kita sudah berkumpul semua di sini," ujar Rasty menatap Abi dan Naya.
"Sorry, Tan, kita habis nyekar di makam Bibi Jana. Bersihin kuburannya dulu sampai sore," sahut Abi santai. Tangannya bergerak menarik kursi untuk Naya kemudian untuk dirinya sendiri.
"Bersihin kuburan? Bukannya kuburan Bibi Jana selalu bersih, ya? Kan, kita sudah sewa tukang bersih kuburan Jana." Juwita menimpali heran. Jana adalah adik kembarnya yang meninggal saat melahirkan putri pertamanya yang diberi nama Jelita dan saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Inggris.
"Enggak tahu. Kami kesana tadi, kuburannya memang banyak rumput dan enggak terurus." Abi mengangkat bahunya tak tahu. "Untung ada Naya yang bantu aku bersihin kuburan bibi," tambahnya menatap Naya sayang.
"Ah, Naya benar-benar menantu idaman ya. Meskipun pekerjaannya sebagai desainer yang berjibaku dengan pensil, kertas, dan alat untuk menjahit baju, Naya ternyata bisa bekerja keras juga." Pujian terlontar dari mulut istri kakak Juwita yang lain. Namanya adalah Veni, merupakan istri dari kakak pertama Juwita yang bernama Viky.
"Tante bisa saja. Kalau soal seperti itu sudah biasa. Aku suka bantu mama juga berkebun," kata Naya menunduk malu-malu. Nia yang mendengar itu kontan tersedak. Kapan Naya pernah memegang rumput dan membersihkannya? Batin wanita itu berujar tak terima.
Semua mengangguk paham. Mereka meneruskan makan malam mereka dengan khidmat tanpa mengeluarkan suara lagi selain suara dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring.
Sementara diam-diam Naya saling melirik dengan Saka dan melempar pandangan sinis pada Reva yang cepat-cepat menundukkan kepala ketika mata mereka saling bertemu pandang.
Beruntung ada adik sepupunya yang mengetahui kegiatan Reva saat ia tidak ada di vila. Ternyata perempuan ini ingin membuat imaje Naya memburuk. Naya tersenyum dalam hati. Hal itu tidak akan ia biarkan terjadi.
Usai makan malam, mereka memencar di beberapa tempat. Orangtua Naya berbincang dengan orangtua Abi serta paman dan bibinya. Sementara yang lain membentuk kelompok mereka memulai perbincangan.
Abi, Naya, dan sepupu Abi yang lain berkumpul di sebuah ruangan luas di lantai dua. Tidak hanya mereka, bahkan Reva, adik-adiknya dan tak ketinggalan Sean serta Saka juga turut hadir.
"Bi, itu keluarga dari orangtua lo?" Naya bertanya dengan suara pelan. Sementara tatapan matanya tertuju pada para gadis, pemuda, bahkan anak-anak yang memancar dalam ruangan luas tersebut.
"Ini keluarga besar dari mama gue. Sedangkan dari papa gue, mereka dateng mungkin pas hari H pernikahan gue," sahut Abi tak kalah pelan.
"Hah? Kenapa bisa begitu?" Naya bertanya heran.
"Karena keluarga besar papa gue ada di luar negeri dan luar kota."
"Oh." Naya mengangguk paham. Gadis cantik itu kemudian menatap Reva yang tengah berbincang hangat dengan sepupu Abi yang seusia mereka.
Naya tersenyum lebar melihat bagaimana Reva berusaha untuk terlihat akrab dengan sepupu Abi yang lain.
"Dasar cari muka," cibir Naya dengan suara pelan.
"Kenapa, Nay?" Abi tak mendengar apa yang diucapkan Naya. Kepalanya menoleh menatap gadis itu dengan pandangan bertanya.
"Enggak." Naya menggeleng pelan. "Dari pada kita duduk-duduk gini, mending ngapain gitu." Naya menatap Abi bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENGEJAR CALON PENGANTIN
Fiksi UmumDi tinggal kekasih yang sudah berpacaran selama satu tahun tidak membuat Anaya Bilqis begitu terpuruk karena ia menganggap pria yang bersamanya bukan jodohnya. Hingga akhirnya orangtua Naya berasumsi bahwa Naya gagal move on dan berniat mencarikan j...