Bab 3 : Pria tidak dikenal

13.6K 609 2
                                    

Senja menampakan dirinya pertanda hari akan menjelang malam, namun dikali ini senja dihiasi rintik hujan yang membasahi jalanan Jakarta, Naira yang mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, melihat lampu merah yang baru menyala di depannya, dia mendengus nafasnya kesal.

"Duh, ngapain lagi kena lampu merah, pake lama lagi" gerutu wanita itu di dalam mobil yang mulai kelelahan menunggu agar lampu itu berubah berwarna hijau.

Memang menunggu itu adalah hal yg paling membosankan, apalagi kalo nunggu si doi peka, itu hal yang paling gue nggak suka, kenapa mereka itu nggak peka banget sama kode- kodean?. Rasanya pengen menghapuskan kata "menunggu" itu didunia ini karena nunggu itu nggak enak sama sekali.

Heh, kok gue jadi curhat

Naira yang sedang fokus menunggu dikagetkan dengan seseorang pria yang tidak dikenal mengetuk kaca mobilnya, Naira tidak mau membuka mungkin itu hanya orang pengganggu saja

"Mbak, tolong saya, ini keadaan darurat" kata pria yang tidak dikenal itu yang terus mengetuk kaca jendela mobilnya

Dilihat dari penampilannya dia bukan pria jahat seperti di film-film laga, dari gaya pakaiannya saja Naira tahu dia itu seorang dokter.

Hah dokter? Siapa tahu bisa jadi istrinya- kata Naira dalam hatinya mengingat dia sedang mencari seorang pria untuk dijadikan suami

Naira membuka pintu mobil dan pria tidak dikenal itu memasuki mobilnya dan benar saja pria itu memang dokter dari pakaiannya saja sudah terlihat, memakai jas putih dilengkapi dengan peralatan dokternya, rambutnya yang sedikit basah akibat hujan gerimis tadi menambah kesan gantengnya itu

Kini Naira hanya fokus dengan wajahnya sangat tampan itu bahkan di pipinya nggak ada jerawat sedikitpun, sangatlah terawat, memang Naira sangat menyukai pria yang bersih kayaknya calon suami idaman nih

"Terimakasih sebelumnya, telah mengizinkan saya untuk ikut" kata pria itu seperti pembukaan presentasi aja, wkkkk

Ingin ku tertawa tapi takut dosa- kata Naira dalam batinnya

"Iya, kelihatannya kamu ada tugas yang penting" kata Naira yang bingung nggak tahu pengen nanya apa lagi, saking gugupnya liat dokter tampan disampingnya

Mimpi apa gue semalem bisa ketemu cogan guenteng banget kayak gini- kata Naira dalam batinnya sambil tersenyum nggak jelas

"Tolong anterin aku sampe Pranis hospital ya" kata dokter yang kelihatan darurat itu

"Bisa nggak ngomongnya jangan pake aku kamu, pake lo gue aja biar nggak formal gitu" kata Naira santuy mencairkan suasana

"Iya boleh banget" kata dokter itu dengan polosnya

Polos banget nih dokter harus gue sambet nih biar jadi pacar

"Jadi sebenarnya lo itu dokter?" Tanya Naira yang saking groginya sampe nanya hal- hal segoblok itu, ya jelas dungs dari penampilannya aja dokter ya jelas dokter

"Iya, gue dokter di RS Pranis, gue sebagai dokter kandungan" kata dokter yg menatap matanya membuat Naira semakin grogi

"Lo nggak boleh grogi Nai, meski cogan di depan mata, lo harus nggak boleh salting di depan calon suami" kata Naira dalam hatinya,
Anjir ngayalnya kebangetan tuh si mbak e

Hah, calon suami?

"Kalo gue nikah sama nih dokter bisa tambah kaya gue" kata Naira sambil membayangkan hal itu

Dasar Naira cewek matre

"Ohh, gitu? " Kata Naira yang menyahutinya dengan singkat

Tanya nggak ya? Tapi ini kesempatan bangus ya udah lah gue tanya aja

"Lo punya teman dokter nggak yg masih singgle?" Tanya Naira berhasil membuat alis dokter itu menaik.

Omg apa gue salah nanya itu ya, jawab dong say, gue butuh jawaban lo

"Punya, banyak banget lagi emangnya kenapa?" Tanya dokter itu seperti kepo

"Boleh kenalin gue satu nggak buat calon suami" kata Naira seperti orang kebelet nikah

Naira tidak peduli apa yang dianggap oleh dokter itu, yang penting dia bisa dapet calon suami buat dinikahi, itu saja titik nggak pake koma

"Umur lo sekarang berapa?" Tanya dokter itu

"Gue hampir 30, sisa sebulan lagi udah jadi kepala tiga deh gue" kata Naira mendengus pasrah

"Lo maunya kayak gimana?" Tanya dokter itu seperti menginterogasinya

"Ya gue maunya sih kaya, tampan, mapan dan umurnya beda tipis lah sama gue, kalo sama berondong mah lebih baik jangan kenalin ke gue" kata Naira dengan santuy nya menjelaskan semua itu, membuat dokter ganteng itu hanya mengangguk- ngangguk

Memang wanita ini sedikit aneh, mengatakan semua keinginannya kepada pria yang tidak dikenalnya sama sekali - pikir pria itu sambil tersenyum

"Ada nggak?" Tanya Naira membuyarkan lamunan dokter itu

"Hah, kebetulan banget nih" kata dokter menyerahkan sebuah formulir

"Apaan nih?" Tanya Naira yang tidak sempat membacanya karena masih fokus menyetir

"Nanti lo baca, coba aja ikut siapa tahu beruntung dapet calon suami dokter" kata pria itu

Naira berhenti di depan rumah sakit yang dituju oleh pria itu

"Makasih ya, semoga ketemu di lain waktu"kata pria itu yang kini sudah berjalan menjauh dari mobil Naira

Naira penasaran dengan formulir apa yang diberikan oleh dokter tadi

Naira membacanya satu persatu,
Dicari wanita untuk menjadi istri dari dr Nearlend putra dari Aland Crop silahkan ketentuan berikut...

Naira segera melipat brosur itu, iya benar dia tidak tertarik mungkin Naira menganggapnya sebagai ajang kompetisi. Dia sudah mendapat brosur yang sama dari sahabatnya Ari, tanpa berfikir panjang Naira menyelipkannya di tas paling depan.

Naira melajukan mobilnya segera pulang sebelum senja berubah menjadi malam.

NearlendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang