Happy Reading...
Temaram cahaya pagi menyelinap masuk melalui tralis jendela kamar Ditsya. Suara kokokan ayam saling berlomba-lomba menyuarakan suara merdu mereka. Gadis itu terbangun dari alam bawah sadarnya. Matanya masih berat untuk terbuka. Dengan segala kekuatan yang ia punya. Ditsya, membuka kedua matanya lebar-lebar.
Kantuknya masih terasa. Semalam sehabis menonton pertandingan Amel kemarin, ia tak langsung tidur. Tentu saja gadis itu sedang marathon menonton drama korea.
"Bun, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum" Ditsya melangkahkan kakinya menuju kearah pintu.
"Ditsya?!" Teriak Alisha mengagetkan jantung Ditsya. Dirinya benar-benar sekaget itu, hingga rasanya jantungnya seperti ingin lepas.
"Tumben kamu pagi banget ke sekolah? Biasanya kamu baru selesai mandi." ucap Alisha menghampirinya.
Gadis itu berdecak kesal, tak setuju dengan yang diucapkan Bundanya.
"Berangkat pagi salah... Bangun siang ngomel-ngomel..." Ditsya kembali memajukan bibirnya beberapa senti. Seperti biasanya, penyakit marah-marahnya kumat lagi.
"Ya tumben aja... Kali aja kamu kesambet jin baik" paparnya sambil terkekeh.
Seketika, tawa Alisha behenti kala Ditsya masih diam tak berekspresi. Pandangannya kini beralih kearah ceruk lehernya. "Loh, kamu gak pake kalung?. Kalung kamu kemana?" Alisha bertanya yang membuat Ditsya langsung gelagapan.
Ditsya diam sejenak. Menetralisir kegugupan yang sedang mengguncang hatinya. Perlahan ia melumat dengan keras bibir bawahnya. "Hmm... Kalungnya.. Ada.. Di tas kok" jawabnya dengan senyum kebohongan.
Ditsya langsung pergi tanpa aba-aba.
Grep!
Lengan Alisha berhasil meraih lengan gadis itu yang mulai melangkahkan kakinya pergi menjauh.
"Kamu jangan bohong ya sama Bunda!" telak. Perkataan Alisha membuat Ditsya mati gelagapan.
Hening.
Entah gadis itu harus menjawab apa. Apa yang harus ia katakan?
"Kamu denger Bunda kan?..." Alisha berbicara getir mengguncang bahu Ditsya naik turun.
"Kalungnya kemana? Kamu sadar kan kalo itu kalung pemberian papa kamu satu-satunya.. Kamu lupa? Kamu lupa kalo kamu harus jaga baik-baik kalung itu?. Kemana kalungnya?" serentetan pertanyaan Alisha mampu membuatnya frustasi.
Ditatapnya iris legam wanita itu olehnya. Membuat air matanya kembali meluruh. "Kalungnya... Aku.. Aku.. Aku gadai Bun"
Plakkk
Ditsya memegang pipinya setelah tangan lembut Alisha mendarat di pipinya tersebut.
Tamparan itu benar-benar terasa amat nyata menyakitkan. Ditsya memandang Bundanya dengan getir. Tubuhnya kembali gemetar hebat tak terelakan.
"Ditsya... Kenapa kamu seberani itu?" Alisha masih kecewa. Genangan air di pelupuk matanya hampir saja ingin tumpah.
"Bun... Maaf..." pelan suara gadis itu dengan nada serak.
"Siang ini aku ambil kok kalungnya, kemarin aku pergi sama temen-temen. Ditsya mau bayar makanan tapi, saldonya abis. Jadi terpaksa, terpaksa aku jaminin kalung itu." jelasnya. Berharap Bundanya mengerti.
Alisha memegang kepalanya yang sedikit pusing. Tubuhnya ia turunkan sendiri duduk diatas sofa.
"Maafin Ditsya ya Bun"
KAMU SEDANG MEMBACA
05 OKTOBER [TAMAT] ✅
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] PART MASIH LENGKAP Berawal dari dendam masa lalu ayahnya, Ditsya terjebak dalam sebuah kesalahpahaman. Namun, karena terselut oleh amarah Letnan Kolonel Ramadhan Erliansyah kini mulai membenci gadis itu. Rama sang pen...