Part 24: [Kotak Rahasia]

1.2K 79 0
                                    

Happy Reading ❤

Setiap kejadian ada korelasinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap kejadian ada korelasinya. ~Alditsya Dinata~

Tapi pikirannya itu, langsung saja ia tendang dan menolaknya. Ia tak kuasa jika benar-benar harus jatuh dalam cinta itu.

Ditsya masih belum bisa mengerti apa makna cinta sesungguhnya. Apakah cinta itu harus menunggu?. Menunggu rindu yang tak kunjung usai?.

^°°^

Darren yang sedang asyik memainkan drum band, harus disuguhkan beberapa whatsapp dari Dinda yang memintanya untuk menemaninya belanja.

Pesan Dinda hanya Darren read saja. Tetapi, ribuan kali Dinda terus menelpon membuatnya kesal.

"Assalamualaikum den"
Ucap bibi Lola yang membawakan Darren segelas susu putih.

"Masuk"

Darren mengangkat telpon Dinda yang panggilannya ia tolak hingga ribuan kali itu.

"Darren, kenapa baru angkat! Aku telpon kamu hampir ribuan kali, padahal kamu aktif kenapa gak diangkat?!"

"Ngoceh" batin Darren.

"Den, entar kalo mau minum susu, Den harus makan dulu. Ini bibi udah buatin makanan kesukaan Den Darren. Den Darren sebelum makan harus baca doa dulu. O, iya satu lagi. Den Darren harus cuci tangan sebelum makan supaya ga terinfeksi virus corona. Tapi, lebih bahaya sih, congorna tatangga Den. Uh!, segala na kah dieomongkeun."

"Darren, aku gak mau tau ya, pokoknya kamu harus temenin aku belanja malam ini. Terus abis itu aku mau dinner sama kamu, mama nanyain kamu terus, selama ini kamu gak pernah kerumah. Harus pokoknya"

Darren yang sedang mendengar celotehan Dinda harus dibarengi dengan celotehan Bik Lola membuatnya semakin geram. Akhirnya, ia pun mengiyakan ajakan Dinda.

"IYAAAAAA!!!" Geramnya menutup telpon Dinda secara sepihak, sekaligus menjawab celotehan Bik Lola.

"Waduh. Lebih bahaya marahnya Den Darren ternyata. Bibi keluar dulu ya Den mau cuci cuci."

Darren menghembuskan napasnya kesal, semakin rumit keadaan di keluarganya. Bagaimanapun ia akan menuruti keinginan mamanya sialan itu untuk dijodohkan dengan keluarga Andelova. Jadi, sebisa mungkin Darren mau tak mau harus ikuti keinginan mamanya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu terdengar dari pintu kamarnya. Dirinya sama sekali tidak menanggapi, ia masih asik bermain drum band untuk menghilangkan sebentar rasa kekesalannya.

"Darren?"

Pria paru baya, berahang kokoh itu masuk dengan baju rumahan seperti hari-hari biasa. Sore ini ia tidak terlalu sibuk, sudah hampir tiga harian ia tidak bercengkrama dengan anak sulungnya satu itu.

05 OKTOBER [TAMAT]  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang